Monday, May 29, 2017

84. PERANG MUKTAH

PERANG MUKTAH.
PERANG ANEH, 3.000 PASUKAN ISLAM,
MELAWAN 200.000 PASUKAN ROMAWI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Jumadilawal tahun 8 Hijriah. Bertepatan Agustus 629 Masehi. Nabi berumur 61 tahun. Terjadi Perang Muktah. Perang terbesar zaman Nabi. Perang menegangkan dan mencengangkan. Pembuka jalan menaklukkan negeri di luar Arab Saudi.
     Muktah, nama sebuah desa. Perbatasan masuk wilayah negeri Syam. Penyebabnya, Haris bin Umar, utusan Nabi, dibunuh. Dia mengirim surat kepada pemimpin Bushra. Di tengah perjalanan dihadang Syurahbil bin Amr. Haris bin Umar dibawa ke Qaishar dan digorok lehernya.
     Nabi menyiapkan pasukan sejumlah 3.000 orang. Pasukan Islam terbesar, selain Perang Parit. Zaid bin Haritsah sebagai Panglima Perang. Nabi bersabda,” Jika Zaid bin Haritsah gugur, digantikan Jakfar bin Abi Thalib. Jika Jakfar bin Abi Thalib gugur digantikan Abdullah bin Rawahah.”
      Zaid bin Haritsah membawa bendera perang. Selembar kain berwarna putih. Bertulisan hitam. “Lailahaillallah. Muhammadarasullullah.” Tidak ada tuhan selain Allah. Nabi Muhammad utusan Allah.
      Pasukan Islam berangkat. Menuju tempat terbunuhnya Haris bin Umar. Mengajak penduduk masuk Islam. Jika mereka tidak mau. Pasukan Islam harus memohon pertolongan kepada Allah. Untuk memerangi mereka.
      Nabi bersabda, ”Dengan nama Allah. Perangi di jalan Allah, orang-orang yang kafir kepada Allah. Jangan kalian berhianat. Jangan berubah pikiran. Jangan membunuh anak-anak, wanita, orang tua renta, dan orang yang menyepi di pertapaan rahib. Jangan menebang pohon. Jangan merobohkan bangunan. “
       Pasukan Islam siap berangkat. Umat Islam mengerumuni mereka. Abdullah bin Rawahah, salah satu komandan perang. Berpamitan sambil menangis. ”Mengapa engkau menangis?” tanya mereka.  Abdullah bin Rawahah berkata, “Demi Allah. Aku menangis, bukan karena cinta dunia. Atau rindu kepada kalian. Tetapi, aku pernah mendengar Nabi membaca Alquran, “Dan Tidak ada seorang pun di antara kalian. Melainkan mendatangi neraka. Hal ini suatu kepastian dari Tuhanmu.” Abdullah bin Rawahah melanjutkan, “Aku tidak tahu, apa yang terjadi denganku, setelah aku meninggal.”
     Nabi Muhammad mengantarkan pasukan Islam. Sampai di Tsaniyatul Wada dan mengucapkan selamat jalan. Pasukan Islam bergerak ke utara. Berhenti di Muan, termasuk daerah Syam. Perbatasan dengan Hijaz utara. Pasukan Islam mengetahui Heraklius membawa  pasukan sebanyak 200.000 orang sedang menunggu.
      Pasukan Islam kaget dan tercengang. Tak membayangkan di daerah amat jauh. Berhadapan dengan musuh sebanyak itu. Tiga ribu pasukan Islam melawan dua ratus ribu pasukan musuh. Perang yang aneh dan langka.
     Pasukan Islam bingung. Dua hari pasukan Islam bermarkas di Muan. Ada yang berpikir mengirim surat kepada Nabi. Ingin mendapatkan bantuan atau perintah tertentu.
      Tetapi, Abdullah bin Rawahah memberikan motivasi,”Wahai semua orang. Demi Allah. Apa yang tidak kalian sukai dalam bepergian ini. Justru itulah yang kita cari. Yaitu mati syahid.”
     Abdullah bin Rawahah melanjutkan, “Kita tidak berperang dengan manusia, karena jumlah, kekuatan, dan banyaknya orang. Kita berperang karena agama. Allah akan memuliakan kita.  Mari kita berangkat,  di sana ada kebaikan. Kita menang atau mati syahid.“ 
      Pasukan Islam maju ke medan perang. Berbelok dan bermaskas di Muktah. Sayap kanan dipimpin Qutbah bin Qatada. Sayap kiri dipimpin Ubadah bin Malik. Sungguh aneh, 3.000  pasukan Islam berhadapan dengan 200.000 pasukan Romawi. Pertempuran yang disaksikan dunia. Sangat langka dan mengherankan.
      Zaid bin Haritsah membawa bendera perang. Dia bertempur gagah berani. Terkena tombak musuh. Dia gugur, mati syahid. Bendera perang dipegang Jakfar bin Abi Thalib. Dia maju betrempur luar biasa. Dia gugur, mati syahid. Bendera perang diambil Abdullah bin Rawahah. Dia pun gugur, mati syahid.
     Tsabit bin Arqam mengambil bendera perang. Dia berkata, “Wahai semua orang. Angkatlah seseorang di antara kalian.” ”Kamu saja,” teriak seseorang. “Aku tidak sanggup, “ teriaknya. Khalid bin walid mengambil bendera perang.
    Khalid bin Walid bertempur gagah berani. “Sembilan pedang patah di tanganku. Yang kupegang tinggal satu pedang lebar model Yaman,” kata Khalid, sesuai perang. Nabi berada di Madinah. Nabi mendapatkan wahyu.
      ”Zaid bin Haritsah membawa bendera, dia gugur. Lalu Jakfar bin Abi Thalib mengambilnya, dia pun gugur. Abdullah bin Rawahah memegangnya. Dia gugur,” kata Nabi, sambil berlinang air mata. “Hingga salah satu pedang Allah memegangnya. Allah memberikan kemenangan kepadanya,” lanjut Nabi.
       Khalid bin Walid mengubah komposisi pasukan. Pasukan depan dipindah ke belakang. Pasukan kiri di pindah ke kanan. Begitu sebaliknya. Pasukan musuh kaget dan kebingungan. Mereka mengira pasukan Islam memperoleh bantuan.
      Pasukan Islam mundur teratur. Tetap dalam posisi berperang. Pasukan musuh tak mau mengejar. Dianggapnya sebuah tipuan. Pasukan Romawi kembali ke negerinya. Pasukan Islam balik ke Madinah dengan selamat.
      Pamor pasukan Islam naik. Semua bangsa Arab kagum. Sejumlah 3.000 tentara Islam, mampu melawan 200.000 tentara Romawi. Luar biasa. Banyak suku dan kabilah Arab masuk Islam. Perang Muktah awal dari gerakan pasukan Islam menguasai wilayah yang luas.
  Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004

0 comments:

Post a Comment