PENDIDIKAN MASA
DEPAN
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M.

1.
PENDIDIKAN
YANG MENUMBUHKAN - Berikut ini adalah catatan ringkas dari sambutan Bapak Anies
Rasyid Baswedan.
2.
Mantan
menteri pendidikan yang sekarang menjabat sebagai gubernur Jakarta ketika
membuka acara Education Expo ASESI (Asosiasi Sekolah Sunnah Indonesia) di TMII
tanggal 29 Oktober 2017.
3.
Catatan
ini dinukil dari grup ASESI dengan sedikit penyesuaian.
4.
Pendidikan
adalah tentang masa depan.
5.
Pendidikan
adalah tentang menyiapkan generasi baru.
6.
Pendidikan
bukan membentuk, tapi pendidikan adalah menumbuhkan.
7.
Karena
ia menumbuhkan, maka hal yang fundamental yang dibutuhkan adalah tanah yang
subur dan iklim yang baik.
8.
Kalau
kita membayangkan anak-anak itu sebagai bibit (biji), maka biji itu tidak
kelihatan batangnya, tidak kelihatan akarnya, dan tidak kelihatan daunnya,
karena ia masih biji.
9.
Sehebat
apa pun sebuah biji, maka tidak akan kelihatan semua komponennya.
10. Namun nanti ketika biji tanaman itu
sudah tumbuh berkembang, maka akan terlihat batangnya, akan terlihat daunnya,
akan terlihat buahnya, akan terlihat bunganya.
11. Tapi saat itu masih berupa biji, sehingga
belum terlihat.
12. Kadang-kadang kita melihat biji
seperti melihat tanaman yang lengkap.
13. Lalu kita ingin biji ini punya
semuanya.
14. Punya bunga dan lainnya.
15. Tentu tidak bisa.
16. Untuk menjadi tumbuhan yang lengkap,
biji itu memerlukan waktu, memerlukan proses penumbuhan.
17. Biji yang baik juga membutuhkan
lahan yang subur.
18. Di mana lahan yg subur itu?
19. Di antaranya:
1)
Di
rumah. Rumahnya harus menjadi lahan yang subur.
2)
Di
sekolah.
3)
Di
antara rumah dan sekolah, yaitu di lingkungannya.
20. Karena itu, ketika berbicara tentang
pendidikan, maka bayangkan seperti kita menumbuhkan biji itu.
21. Karena itu saya sering mengatakan
jangan gunakan kata membentuk, apalagi kalau akhlak.
22. Akhlak itu ditumbuhkan, karakter itu
ditumbuhkan tidak bisa dibentuk.
23. Dahulu saat kita sekolah pasti
pernah praktik biologi.
24. Tentang 2 tanaman yang ke-1 dipasang
dekat matahari, yang ke-2 jauh dari matahari.
25. Beloknya beda bukan?
26. Bibitnya sama, tanahnya sama, potnya
sama, arah tumbuhnya sama tidak?
27. Maka jawabannya tidak sama.
28. Jadi kita mau belok kanan atau belok
kiri itu bukan daunnya yang dibelokkan, tapi rangsangannya yang berbeda.
29. Cuacanya diatur, lokasinya diatur.
30. Karena itu mengelola sebuah sekolah,
mengelola sebuah intitusi pendidikan itu adalah mengelola rekayasa.
31. Sebagai contoh, di rumah kita bisa
menjadikan anak-anak kita:
1)
Anak
yang individualis.
2)
Anak
yang dekat dengan saudara-saudaranya.
32. Misalnya sebuah keluarga ke-1 dengan
4 anak.
1)
Kita
buat setiap kamar tidur ada kamar mandinya, agar semuanya rapi bersih semua.
2)
Kamar
mandi di dalam kamar tidur .
3)
Sementara
keluarga yang lain, dengan 4 anak juga memiliki rumah dengan 1 kamar mandi yang
terletak di luar kamar.
33. Maka apa yang terjadi?
34. Keluarga yang ke-1 anak-anaknya
tumbuh individualis.
1)
Semuanya
diselesaikan sendiri.
2)
Keluar
kamar semua sudah bersih.
35. Sedangkan keluarga ke-2:
1)
Anak-anak
tiap hari rebutan kamar mandi.
2)
Ada
yang sikatannya lama.
3)
Ada
yg kalau mandi harus diketok-ketok.
4)
Ada
yang sering samponya ketinggalan.
5)
Mereka
akan tumbuh berbeda dengan anak-anak di keluarga ke-1.
36. Jangan dibayangkan pendidikan itu
sesuatu yang tertulis, dibaca, dihafalkan, lalu diuji.
37. Pendidikan adalah proses pembiasaan.
38. Jadi kita bisa merancang anak kita
sesuai skenario yang kita buat.
39. Kemewahan keluarga dan kemewahan
institusi pendidikan adalah cara membuat aturan main yang membentuk perilaku.
40. Saya berharap kita yang bergerak
dalam bidang pendidikan memikirkan rekayasa itu.
41. Sekolah kita hari ini, anaknya abad
21, gurunya abad 20, dan ruang kelasnya abad 19.
42. Kalau mau memikirkan sekolah dan
pendidikan, maka pikirkan masa depan.
43. Rekayasa untuk masa depan.
44. Umat lslam gagal atau berhasil bukan
masalah mampu dan tidak mampu, tapi bagaimana cara mengantisipasi perubahan.
45. Ini PR -nya.
46. Karena itu kalau mengukur
keberhasilan anak-anak kita sekarang, jangan melihatnya hari ini.
47. Bijinya di nilai nanti kalau sudah
tumbuh baru akan nampak dan bisa dinilai, biji, daunnya, dan batangnya.
48. Jangan terlalu puas dengan penilaian
hari ini.
49. Penilaiannya besok, karena inilah
proses penumbuhan.
50. Sehingga kami berharap Anda yang
mengelola bidang pendidikan jangan puas dengan ukuran hari ini dan menyiapkan
masa depan.
51. Dalam proyeksi pendididkan abad 21 ada
3 komponen yang mendasar:
1)
Karakter/akhlaq.
a.
karakter
moral (iman, taqwa, jujur, rendah hati)
b.
karakter
kinerja (ulet, kerja keras, tangguh, tidak mudah menyerah, tuntas)
2)
Kompetensi
(berpikir kritis, kreatif, komunikatif, kolaboratif / kerjasama).
3)
Literasi/Keterbukaan
wawasan (baca, budaya, teknologi, keuangan).
52. Di masa sekarang, dalam ujian
anak-anak disuruh menjawab pertanyaan di sebuah kertas.
53. Di masa depan mungkin ujian hanya
dengan kertas kosong tanpa pertanyaan.
54. Tukang pos bersaing dengan teknologi:
WA, email.
55. Profesi hari ini belum tentu di masa
depan masih ada, sehingga:
1)
Tanyakan
kepada anak-anak besok mau membuat apa?.
2)
Jangan
bertanya mau menjadi apa?
56. Pengelola pendidikan jangan terpukau
dengan cerita masa lalu, tapi gelisahlah dengan masa depan.
57. Kemenangan harus disiapkan dalam ruang
keluarga dan ruang kelas.
Daftar
Pustaka
1. Anies Baswedan
0 comments:
Post a Comment