Saturday, November 2, 2019

2605. PENDIDIKAN MASA DEPAN



PENDIDIKAN MASA DEPAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1.    PENDIDIKAN YANG MENUMBUHKAN - Berikut ini adalah catatan ringkas dari sambutan Bapak Anies Rasyid Baswedan.
2.    Mantan menteri pendidikan yang sekarang menjabat sebagai gubernur Jakarta ketika membuka acara Education Expo ASESI (Asosiasi Sekolah Sunnah Indonesia) di TMII tanggal 29 Oktober 2017.
3.    Catatan ini dinukil dari grup ASESI dengan sedikit penyesuaian.
4.    Pendidikan adalah tentang masa depan.
5.    Pendidikan adalah tentang menyiapkan generasi baru.
6.    Pendidikan bukan membentuk, tapi pendidikan adalah menumbuhkan.
7.    Karena ia menumbuhkan, maka hal yang fundamental yang dibutuhkan adalah tanah yang subur dan iklim yang baik.
8.    Kalau kita membayangkan anak-anak itu sebagai bibit (biji), maka biji itu tidak kelihatan batangnya, tidak kelihatan akarnya, dan tidak kelihatan daunnya, karena ia masih biji.
9.    Sehebat apa pun sebuah biji, maka tidak akan kelihatan semua komponennya.
10. Namun nanti ketika biji tanaman itu sudah tumbuh berkembang, maka akan terlihat batangnya, akan terlihat daunnya, akan terlihat buahnya, akan terlihat bunganya.
11. Tapi saat itu masih berupa biji, sehingga belum terlihat.
12. Kadang-kadang kita melihat biji seperti melihat tanaman yang lengkap.
13. Lalu kita ingin biji ini punya semuanya.
14. Punya bunga dan lainnya.
15. Tentu tidak bisa.
16. Untuk menjadi tumbuhan yang lengkap, biji itu memerlukan waktu, memerlukan proses penumbuhan.
17. Biji yang baik juga membutuhkan lahan yang subur.
18. Di mana lahan yg subur itu?
19. Di antaranya:
1)    Di rumah. Rumahnya harus menjadi lahan yang subur.
2)    Di sekolah.
3)    Di antara rumah dan sekolah, yaitu di lingkungannya.
20. Karena itu, ketika berbicara tentang pendidikan, maka bayangkan seperti kita menumbuhkan biji itu.
21. Karena itu saya sering mengatakan jangan gunakan kata membentuk, apalagi kalau akhlak.
22. Akhlak itu ditumbuhkan, karakter itu ditumbuhkan tidak bisa dibentuk.
23. Dahulu saat kita sekolah pasti pernah praktik biologi.
24. Tentang 2 tanaman yang ke-1 dipasang dekat matahari, yang ke-2 jauh dari matahari.
25. Beloknya beda bukan?
26. Bibitnya sama, tanahnya sama, potnya sama, arah tumbuhnya sama tidak?
27. Maka jawabannya tidak sama.
28. Jadi kita mau belok kanan atau belok kiri itu bukan daunnya yang dibelokkan, tapi rangsangannya yang berbeda.
29. Cuacanya diatur, lokasinya diatur.
30. Karena itu mengelola sebuah sekolah, mengelola sebuah intitusi pendidikan itu adalah mengelola rekayasa.
31. Sebagai contoh, di rumah kita bisa menjadikan anak-anak kita:
1)    Anak yang individualis.
2)    Anak yang dekat dengan saudara-saudaranya.
32. Misalnya sebuah keluarga ke-1 dengan 4 anak.
1)    Kita buat setiap kamar tidur ada kamar mandinya, agar semuanya rapi bersih semua.
2)    Kamar mandi di dalam kamar tidur .
3)    Sementara keluarga yang lain, dengan 4 anak juga memiliki rumah dengan 1 kamar mandi yang terletak di luar kamar.
33. Maka apa yang terjadi?
34. Keluarga yang ke-1 anak-anaknya tumbuh individualis.
1)    Semuanya diselesaikan sendiri.
2)    Keluar kamar semua sudah bersih.
35. Sedangkan keluarga ke-2:
1)    Anak-anak tiap hari rebutan kamar mandi.
2)    Ada yang sikatannya lama.
3)    Ada yg kalau mandi harus diketok-ketok.
4)    Ada yang sering samponya ketinggalan.
5)    Mereka akan tumbuh berbeda dengan anak-anak di keluarga ke-1.
36. Jangan dibayangkan pendidikan itu sesuatu yang tertulis, dibaca, dihafalkan, lalu diuji.
37. Pendidikan adalah proses pembiasaan.
38. Jadi kita bisa merancang anak kita sesuai skenario yang kita buat.
39. Kemewahan keluarga dan kemewahan institusi pendidikan adalah cara membuat aturan main yang membentuk perilaku.
40. Saya berharap kita yang bergerak dalam bidang pendidikan memikirkan rekayasa itu.
41. Sekolah kita hari ini, anaknya abad 21, gurunya abad 20, dan ruang kelasnya abad 19.
42. Kalau mau memikirkan sekolah dan pendidikan, maka pikirkan masa depan.
43.  Rekayasa untuk masa depan.
44. Umat lslam gagal atau berhasil bukan masalah mampu dan tidak mampu, tapi bagaimana cara mengantisipasi perubahan.
45. Ini PR -nya.
46. Karena itu kalau mengukur keberhasilan anak-anak kita sekarang, jangan melihatnya hari ini.
47. Bijinya di nilai nanti kalau sudah tumbuh baru akan nampak dan bisa dinilai, biji, daunnya, dan batangnya.
48. Jangan terlalu puas dengan penilaian hari ini.
49. Penilaiannya besok, karena inilah proses penumbuhan.
50. Sehingga kami berharap Anda yang mengelola bidang pendidikan jangan puas dengan ukuran hari ini dan menyiapkan masa depan.
51. Dalam proyeksi pendididkan abad 21 ada 3 komponen yang mendasar:
1)    Karakter/akhlaq.
a.    karakter moral (iman, taqwa, jujur, rendah hati)
b.    karakter kinerja (ulet, kerja keras, tangguh, tidak mudah menyerah, tuntas)
2)    Kompetensi (berpikir kritis, kreatif, komunikatif, kolaboratif / kerjasama).
3)    Literasi/Keterbukaan wawasan (baca, budaya, teknologi, keuangan).

52. Di masa sekarang, dalam ujian anak-anak disuruh menjawab pertanyaan di sebuah kertas.
53. Di masa depan mungkin ujian hanya dengan kertas kosong tanpa pertanyaan.
54. Tukang pos bersaing dengan teknologi: WA, email.
55. Profesi hari ini belum tentu di masa depan masih ada, sehingga:
1)    Tanyakan kepada anak-anak besok mau membuat apa?.
2)    Jangan bertanya mau menjadi apa?
56. Pengelola pendidikan jangan terpukau dengan cerita masa lalu, tapi gelisahlah dengan masa depan.
57. Kemenangan harus disiapkan dalam ruang keluarga dan ruang kelas.

Daftar Pustaka
1.    Anies Baswedan


Related Posts:

0 comments:

Post a Comment