Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label AL-QURAN DITAFSIRKAN DENGAN SAINS MODERN. Show all posts
Showing posts with label AL-QURAN DITAFSIRKAN DENGAN SAINS MODERN. Show all posts

Saturday, March 20, 2021

9020. AL-QURAN DITAFSIRKAN DENGAN SAINS MODERN

 


AL-QURAN DITAFSIRKAN DENGAN SAINS MODERN

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

KETIKA JAYA SUPRANA

BERTANYA HAKIKAT ISLAM

 

 

Saya diundang sebagai narasumber.

 

 

Di acara Jaya Suprana Show.

 

 

Selasa, 16 Maret 2021, baru lalu.

 

 

 Temanya cukup menggelitik:

 

 Al-Qur’an Inspirasi Sains.

 

 

“Terima kasih, Pak Agus telah berkenan hadir di acara talkshow ini,’’ katanya.

 

 

 

Saat memandu acara yang disiarkan secara live di youtube itu.

 

Tema itu menggelitik dalam 2 arti.

 

1.      Orang yang mengundang adalah Jaya Suprana.

 

 

Orang non muslim.

 

Untuk membahas makna Al-Qur’an.

 

Kitab suci umat Islam.

 

 

2.      Membahas keterkaitan antara agama dan sains.

 

 

Hal itu menjadi kontroversial.

 

 

Karena, banyak kalangan berpendapat.

 

 

 

Bahwa agama dan sains adalah dua hal yang tidak bisa disatukan.

 

 

Bahkan, bisa bertentangan.

 

 

Sebagaimana tercatat dalam sejarah kebangkitan Eropa.

 

 

Dengan dihukumnya ilmuwan legendaris Galileo Galilei oleh pihak gereja beberapa abad silam.

 

 

 

 

Ketertarikan Jaya Suprana bermula dari debat saya dengan seorang anggota WAG.

 

 

 

 

Di mana Jaya menjadi adminnya.

 

 

 

Kami berdebat tentang hubungan antara agama dan sains.

 

 

 

Bahwa, agama berada di wilayah keyakinan dogmatis.

 

 

 

Sedangkan sains berada di wilayah pembuktian empiris.

 

 

 

 

Saya membantahnya.

 

 

 

Karena, dalam ajaran Islam, sains tidak terpisah dari Islam secara utuh.

 

 

 

Sebagaimana ilmu sejarah, ilmu politik, ilmu ekonomi, budaya, sosial, kesehatan, bahasa, dan lain sebagainya.

 

 

 

Justru, semua ilmu itu menjadi alat bagi umat lslam.

 

 

 

 

Untuk memahami petunjuk Al-Qur’an lebih mendalam.

 

 

 

Bahwa, seorang penafsir selayaknya menguasai ilmu-ilmu itu.

 

 

 

Agar tafsirnya tidak bertentangan dengan kaidah ilmu bahasa, ilmu sejarah, ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya.

 

 

 

Termasuk dengan sains.

 

 

Memang, semua ilmu itu tidak bersifat mutlak.

 

 

 

Dan terus berkembang.

 

 

Tidak masalah.

 

 

Karena, penafsiran terhadap kandungan Al-Qur’an pun berkembang.

 

 

 

Sesuai zamannya.

 

Yang tidak berkembang adalah teksnya.

 

 

Masih sama.

 

 

Dari dulu sampai kini.

 

 

Tetapi, konteksnya terus berubah seiring dengan peristiwa yang terjadi.

 

 

Sehingga, Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk agar bersifat membumi.

 

 

Salah satu ketertarikan Jaya adalah tentang tasawuf.

 

 

Khususnya, Tasawuf Modern yang menjadi tema syiar.

 

 

 

“Sebenarnya tasawuf itu apa?

 

 

Saya lihat banyak sekali ragamnya,” tanyanya.

 

 

 

 

Sambil menyebut para sufi di Anatolia Turki.

 

 

Dan, Kahlil Gibran di Lebanon.

 

 

Serta, biksu-biksu di Tibet.

 

 

“Tasawuf adalah ilmu yang mengajarkan proses pendekatan kepada Tuhan, Sang Penguasa alam semesta.

 

 

 

Bukan sekadar tatacara ibadah.

 

 

Yang sering menjadikan penganut agama terjebak pada ritual belaka.

 

 

 

Ilmu tasawuf memang berkembang di berbagai agama.

 

 

 

Bagi mereka yang ingin masuk ke kedalaman ajarannya.

 

 

 

Untuk bertemu dan berasyik masyuk dengan Tuhannya.

 

 

Dalam koridor kasih sayang.

 

 

Termasuk Islam.

 

 

Karena itu, masing-masing aliran tasawuf punya ciri khas sendiri.

 

 

 

Bahkan, tasawuf Islam pun berkembang secara sangat beragam.

 

 

 

Sesuai bimbingan para mursyidnya.

 

 

 

Meskipun, ujung-ujungnya sama.

 

 

Yakni, proses mendekatkan diri kepada Allah.

 

 

Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

 

 

“Saya belajar Kejawen.

 

 

Dan, sangat tertarik dengan ajaran Manunggaling Kawula lan Gusti.

 

 

 Yang menurut saya sangat luar biasa.

 

 

Apakah itu bagian dari ajaran Tasawuf?” tanya pemain piano dan pencipta lagu itu.

 

 

 

“Ya. Di dalam tasawuf Islam itu disebut sebagai Wahdatul Wujud.

 

 

 Bersatunya segala wujud atau eksistensi.

 

 

Yang bersumber dari wujud tunggal.

 

 

 

Yakni Allah Sang Pencipta segala.

 

 

Tokoh sufi yang mengajarkan Manunggaling Kawula lan Gusti di tanah Jawa adalah Syekh Siti Jenar, seorang muslim.

 

 

 

Sekitar abad ke-16.

 

 

Sedangkan Wahdatul Wujud diajarkan oleh tokoh sufi dari Andalusia Spanyol.

 

 

 

Bernama Ibnu Arabi.

 

 

Di sekitar abad ke-12.

 

 

Keduanya mengajarkan hal yang kurang lebih sama.

 

 

 

Bahwa segala eksistensi.

 

 

 

 

Jagat raya beserta segala isinya.

 

 

 

 

Tak lebih adalah sebagian perwujudan dari eksistensi-Nya.

 

 

 

Karena, segala sesuatu memang berasal dan bersumber dari-Nya belaka.

 

 

“Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.

 

 

 

 

Sesungguhnya semua ini milik Allah, dan sesungguhnya semuanya bakal kembali kepada-Nya,” begitulah ajaran Islam menggambarkan.

 

 

 

 

“Oh, jadi kalimat yang sering diucapkan saat bela sungkawa itu.

 

 

 

 

Sesungguhnya punya makna yang sangat mendalam ya?” timpalnya.

 

 

 

“Jadi, sesungguhnya Tuhan itu tidak berbentuk manusia ya.

 

 

Tapi tidak bisa digambarkan.

 

 

Karena, menjadi asal-usul dan sumber dari segala eksistensi di jagat raya.

 

 

 

Termasuk, Pak Agus ini berasal dari diri-Nya,” sambungnya tertegun.

 

 

 

Sambil menyatakan ketakjubannya sampai merasa terharu.

 

 

 

“Iya. Itulah yang di dalam Al Qur’an digambarkan sebagai Tuhan yang: Laisa kamitslihi syai-un”.

 

 

 

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya.

 

Al-Quran surah Asy-Syura (surah ke-42) ayat 11.

 

 

 

فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

 

 

 

(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia yang Maha Mendengar dan Melihat.

 

 

 

Dan, Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

[QS. Asy Syura: 11]

 

 

 

Allahu a’lam bissawab …

 

 

(Sumber Agus Mustofa)