Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label ABU DZAR AL-GHIFARI MANTAN PREMAN MASUK ISLAM AWAL. Show all posts
Showing posts with label ABU DZAR AL-GHIFARI MANTAN PREMAN MASUK ISLAM AWAL. Show all posts

Monday, December 14, 2020

8059. ABU DZAR AL-GHIFARI MANTAN PREMAN MASUK ISLAM AWAL



 ABU DZAR ALGHIFARI MANTAN PREMAN MASUK ISLAM AWAL

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

 

 

 

 

Abu Dzar Al-Ghifari dilahirkan dengan nama Jundub bin Al-Ghifari.

 

 

Ayahnya bernama Junadah Al-Ghifari dan ibunya bernama Ramla binti Alwaqik, dari suku Ghifari, daerah yang jauh di luar Mekah, Arab Saudi.

 

 

 

Abu Dzar Al-Ghifari termasuk assabiqunal awwalun (orang-orang yang terdahulu dan pertama masuk Islam) yang menentang pemujaan berhala.

 

 

 

Nabi mencela penyembahaan berhala.

 

 

Abu Dzar Al-Ghifari mendatangi Nabi Muhammad langsung ke Mekah untuk menyatakan keislamannya.

 

 

 

Abu Dzar Al-Ghifari adalah orang dewasa ke-6 yang masuk Islam pertama kali.

 

 

 

Abu Dzar Al-Ghifari bercerita kepada Nabi bahwa dia berasal dari suku Ghifari, Nabi tersenyum mendengarnya.

 

 

Bani Ghifari terkenal sebagai kelompok preman yang sering merampok kafilah dagang di belantara padang pasir.

 

 

 

Bani Ghifari mahir berperang, ahli berkuda, piawai melakukan perjalanan malam hari.

 

 

Sehingga mereka amat ditakuti para kafilah dagang.

 

 

 

Nabi semakin kagum Abu Dzar Al-Ghifari datang sendirian untuk menyatakan masuk Islam.

 

 

 

Nabi berdakwah secara rahasia dan  bersabda,”Sungguh,Allah memberi hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.”

 

 

 

Nabi berpesan kepada Abu Dzar Al-Ghifariagar menyembunyikan keislamannya dan segera pulang kepada kaumnya.

 

 

Abu Dzar Al-Ghifari seorang perantau sendirian.

 

 

Sangat berbahaya jika diketahui memeluk Islam dan dia memahami pesan Nabi.

 

 

 

Tetapi Abu Dzar Al-Ghifari mantan preman, tidak punya perasaan takut, dan berjiwa pemberontak.

 

 

Dia berjanji,”Demi Tuhan, yang menguasai jiwaku, aku tidak akan pulang sebelum meneriakkan keislamanku.”

 

 

 

Abu Dzar Al-Ghifari berjalan ke arah Masjidil Haram dan berteriak dengan lantang.

 

 

”Asyhadu anal ilaha illallah, waasyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”

 

 

(Aku bersaksi tidak ada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah).

 

 

 

Itulah suara ikrar syahadat yang pertama kali di Mekah dan di bumi yang diteriakkan di depan masyarakat umum.

 

 

 

Kaum Quraisy langsung mengeroyoknya hingga dia pingsan.

 

 

 

Abbas bin Abdul Muththalib (paman Nabi yang belum masuk Islam), berkata diplomatis.

 

 

”Wahai kaum Quraisy, dia berasal dari Bani Ghifari.

 

 

Kalian pedagang yang sering melewati daerah mereka, bagaimana jika mereka tahu, kalian telah menyiksanya?”

 

 

 

Abu Dzar Al-Ghifari dilepaskan.

 

 

 

Tetapi hari berikutnya dia melakukan hal sama.

 

 

Meneriakkan dengan keras ikrar dua kalimat syahadat.

 

 

 

Kaum Quraisy mengeroyoknya lagi.

 

 

Nabi memerintahkan Abu Dzar Al-Ghifari pulang kembali kepada kaumnya.

 

 

 

Abu Dzar berdakwah kepada kaumnya (Bani Ghifar) dan tetangganya (Bani Aslam). 

 

 

 

Beberapa tahun kemudian, ketika Rasululah di Madinah berdatangan rombongan besar manusia, terdengar suara gemuruh, mereka meneriakkan suara takbir.

 

 

 

Rombongan besar Bani Ghifar dan Bani Aslam datang menghadap Nabi yang menyambut dengan mata berkaca-kaca.

 

 

 

Rasulullah bersabda,”Bani Ghifar telah diampuni Allah.”

 

 

Nabi berpaling menghadap Bani Aslam dan bersabda,”Bani Aslam telah diterima dengan selamat oleh Allah.”

 

 

 

Pada tahun ke-9 Hijriah (Nabi berumur  62 tahun) terjadi Perang Tabuk yang terkenal dengan Jaisyul Usrah (Perang di masa sulit).

 

 

Beberapa orang tertinggal dari rombongan Nabi.

 

 

Salah seorang yang tertinggal adalah Abu Dzar Al-Ghifari. 

 

 

 

Sewaktu pasukan Nabi beristirahat, datang seorang sahabat melaporkan bahwa tampak dari kejauhan seorang yang berjalan sendirian.

 

 

 

Nabi bersanda,” Semoga itu Abu Dzar Al-Ghifari.”

 

 

 

Ternyata benar, Abu Dzar Al-Ghifari sedang memanggul perbekalan di punggungnya.

 

 

Meskipun wajahnya tampak kelelahan, tetapi dia sumringah karena  dapat bertemu dengan Nabi.

 

 

 

Nabi menatapnya dengan kagum, tersenyum penuh santun dan kasih dan  bersabda.

 

 

 

”Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Abu Dzar Al-Ghifari, dia berjalan sendirian,  meninggal sendirian, dan akan dibangkitkan sendirian.”

 

 

 

Nabi memahami watak Abu Dzar Al-Ghifari sebagai mantan preman hidup  dalam lingkungan  keras.

 

 

 

Nabi pernah bertanya, “Wahai Abu Dzar Al-Ghifari, bagaimana pendapatmu apabila ada pemimpin yang mengambil upeti untuk keperluan pribadinya?”

 

 

 

Abu Dzar Al-Ghifari menjawab dengan tegas,”Demi Allah, yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, maka aku akan meluruskan dengan pedangku.”

 

 

 

Nabi tersenyum,“Maukah kamu, saya beri jalan yang lebih baik?”

 

 

 

Abu Dzar mengangguk, “Bersabarlah engkau, sampai menjumpai aku,” kata Nabi. 

 

 

 

Sewaktu Abu Bakar dan Umar bin Khattab menjadi Khalifah,  Abu Dzar tidak terusik.

 

 

 

Tetapi ketika Usman bin Affan menjadi Khalifah, dia mulai terusik dengan gaya hidup mewah yang mengikuti gaya hidup Persia dan Romawi.

 

 

 

Nabi pernah melarangnya untuk menggunakan pedang, tetapi Nabi tidak melarang memakai lidah dan nasihat.

 

 

 

Abu Dzar Al-Ghifari mulai mengkritik penguasa, karena melihat jurang perbedaan kaya dan miskin.

 

 

 

Al-Quran surah At-Taubah (surah ke-9) ayat 34.

 

 

 

۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْأَحْبَارِ وَٱلرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَٰلَ ٱلنَّاسِ بِٱلْبَٰطِلِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۗ وَٱلَّذِينَ يَكْنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلْفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ


 

 

 

Hai orang-orang beriman, sesungguhnya sebagian besar  orang alim Yahudi dan rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukan kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,


Al-Quran surah At-Taubah (surah ke-9) ayat 35.

 

 

يَوْمَ يُحْمَىٰ عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَىٰ بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ ۖ هَٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنفُسِكُمْ فَذُوقُوا۟ مَا كُنتُمْ تَكْنِزُونَ


 

 

pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”.




 

 

 

Abu Dzar Al-Ghifari mengasingkan diri ke pedalaman Rabadzah yang letaknya jauh di luar kota Madinah, dan meninggal di Rabadzah.

 

 

 

Daftar Pustaka

1.              Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

2.              Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.              Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.              Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2,

5.              Tafsirq.com online.