Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label AGAMA TAK BISA DIGANTI HATI NURANI. Show all posts
Showing posts with label AGAMA TAK BISA DIGANTI HATI NURANI. Show all posts

Tuesday, November 23, 2021

11780. AGAMA TAK BISA DIGANTI HATI NURANI

 



AGAMA TAK BISA DIGANTI HATI NURANI

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

  

Kata “agama” (menurut KBBI V) dapat diartikan “ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia dan lingkungannya”.

 

 

Tidak mudah mendefinisikan agama.

 

Apalagi di  dunia ini kita menemukan kenyataan bahwa agama sangat beragam.

 

Dan pandangan orang terhadap agama ditentukan oleh pemahamannya terhadap ajaran  agama itu sendiri.

  

Ketika pemimpin gereja di Eropa menghukum dan menindas para ilmuwan akibat penemuannya.

 

 

 Yang dianggap bertentangan dengan kitab suci.

  

Para ilmuwan akhirnya menjauh dari agama dan meninggalkannya. 

 

 Apakah manusia bisa melepaskan dirinya dari agama?

  

Adakah alternatif lain yang bisa mengganti agama?  

  

Menurut ajaran Islam, beragama adalah fitrah.

 

Yaitu sesuatu yang  melekat  pada diri manusia.

 

Dan terbawa sejak lahir.

 

 

 

Al-Quran surah Ar-Rum (surah ke-30) ayat 30.

  

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

 

 

Maka hadapkan wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

  

Artinya manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama.

  

Karena manusia makhluk yang butuh agama.

Tetapi manusia bisa  menunda sampai menjelang matinya.

  

Pada akhirnya, sebelum manusia meninggal dunia.

  

Sebelum roh  meninggalkan jasadnya.

 

Manusia butuh beragama. 

Kebutuhan manusia bertingkat-tingkat.

  

1)      Udara untuk bernapas.

 

Kebutuhan udara harus segera dipenuhi.

 

2)      Butuh air minum.

 

Air minum bisa ditunda lebih lama dibanding butuh udara.

  

3)      Butuh makanan.

 

Makanan bisa ditunda lebih lama  dibanding butuh air minum.

  

4)      Butuh seksual.

 

Bisa ditunda lebih lama dibanding butuh minuman.

 

 

5)      Butuh Tuhan.

 

Bisa ditunda sampai manusia akan mati.

  

Ketika terjadi konfrontasi antara para ilmuwan di Eropa dengan Gereja, para ilmuwan meninggalkan agama.

 

 Kemudian para ilmuwan sadar akan kebutuhan kepada pegangan yang pasti.

 

 

Mereka menjadikan hati nurani sebagai alternatif pengganti  agama. 

  

Para ilmuwan menyadari bahwa alternatif ini sangat labil.

  

Karena hati nurani  dibentuk oleh lingkungan dan pendidikan.

  

Hati nurani si A bisa berbeda  dengan  hati nurani si  B.

 

Sehingga  tolok  ukur yang pasti sangat rancu.

 

Kemudian lahir filsafat eksistensialisme.

 

 

Yang membolehkan manusia  melakukan apa saja.

  

Yang dianggapnya baik dan menyenangkan.

 

Tanpa terikat nilai agama dan moral.

 

 

Tetapi, semuanya tidak membuat agama tergusur.

  

Karena fitrah beragama ada dalam diri manusia.

  

Meskipun keberadaannya sering tidak diakui.

  

Selama manusia masih punya perasaan cemas dan mengharap.

  

Selama itu pula manusia akan beragama dan berhubungan  dengan Tuhan.

  

Karena rasa takut adalah salah satu dorongan terbesar  untuk beragama. 

  

Ilmu akan mempercepat sampai ke tujuan.

 

Tetapi agama menentukan arah yang dituju.

 

 

Ilmu akan menyesuaikan manusia dengan lingkungannya.

  

Tetapi agama akan menyesuaikan dengan jati dirinya.

  

Ilmu adalah hiasan lahir.

 Tetapi agama adalah hiasan batin.

  

 Ilmu akan memberi kekuatan dan menerangi jalan.

  

Tetapi agama akan memberi harapan dan dorongan bagi jiwa.

  

Ilmu akan menjawab pertanyaan” “Bagaimana?”.

 

Tetapi agama akan menjawab pertanyaan:  “Mengapa?”.

 

Ilmu tidak jarang mengeruhkan pikiran pemiliknya.

  

Tetapi agama selalu menenangkan jiwa pemeluknya yang tulus. 

  

Manusia terdiri atas akal, jiwa, dan jasmani.

 

 

Akal dan rasio manusia ada wilayahnya.

  

Tidak semua masalah bisa selesai dengan akal.

  

Karya seni tidak dapat dinilai semata-mata oleh akal, karena yang lebih berperan adalah kalbu. 

  

Akal dan rasio bagaikan kemampuan berenang yang akan berguna saat  berenang di sungai atau di laut  yang airnya tenang.

  

Tetapi jika ombak dan gelombang telah membahana.

  

Maka orang pandai berenang dan tidak bisa berenang sama-sama butuh pelampung.  

  

Dalam hubungannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  

Agama sangat berperan jika  manusia tetap ingin menjadi manusia. 

 

  

Sekarang kemajuan ilmu bidang bio-teknologi sudah sampai kepada batas yang menjadikan manusia berhasil melakukan rekayasa genetika.

  

Apakah keberhasilan ini akan dilanjutkan sehingga menghasilkan makhluk hidup yang dapat menjadi tuan bagi penciptanya sendiri?

  

Apakah ini baik atau buruk?

  

Yang dapat menjawabnya adalah nilai agama.

  

Bukan seni dan bukan  filsafat.

  

Alternatifnya adalah kembali beragama.

  

Orang yang  mengabaikan agama.

  

Akan terpaksa menciptakan agama baru untuk memuaskan jiwanya.  

  

Agama diwahyukan oleh Tuhan.

  

Benihnya muncul dari pengenalan dan pengalaman manusia awal di pentas bumi.

  

Manusia perlu 3 hal, yaitu:

 1.  Keindahan.

2.  Kebenaran.

3.  Kebaikan.

  

Gabungan ketiganya disebut kesucian.

 

Manusia ingin tahu siapa atau apa Yang Maha Suci.

  

Dan ketika itu dia menemukan Tuhan.

  

Sejak itu pula manusia berusaha berhubungan dengan Tuhan.

  

Dan berusaha  meneladani  sifat-sifat Tuhan.  

  

Usaha manusia itu yang disebut beragama.

  

Artinya beragama adalah terpatrinya rasa kesucian dalam jiwa seseorang.

Orang yang beragama akan selalu berusaha untuk mencari dan mendapatkan yang benar, baik, dan indah.  

  

Mencari yang benar akan menghasilkan ilmu.

  

Mencari yang baik akan  menghasilkan akhlak.

  

Mencari yang indah akan menghasilkan seni. 

 

 Agama bukan hanya kebutuhan manusia.

 Tetapi juga selalu relevan dengan kehidupannya.

  

Karena semua manusia pasti mendambakan kebenaran, keindahan, dan kebaikan.

  

  

Daftar Pustaka

1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   

2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.    Tafsirq.com online.