Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label AL-QURAN BERSIFAT QATH'I WURUD. Show all posts
Showing posts with label AL-QURAN BERSIFAT QATH'I WURUD. Show all posts

Friday, February 12, 2021

8590. AL-QURAN BERSIFAT QATH'I WURUD

 


AL-QURAN BERSIFAT QATH’I WURUD

Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

 

Hadis (menurut KBBI V) adalah sabda, perbuatan, dan takrir (ketetapan) Nabi Muhammad yang diriwayatkan atau diceritakan oleh para sahabat untuk menjelaskan hukum Islam.

Hadis adalah segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad tentang ucapan, perilaku, perbuatan, dan ketetapan yang bersifat fisik dan psikis sebelum menjadi Nabi dan sesudahnya.

 

 

 

Ulama “Ushul Fiqih” membatasi pengertian:

 

 

1.      Hadis adalah “perkataan Nabi Muhammad yang berkaitan dengan hukum Islam”.

 

 

 

 

2.      Sunah  adalah “perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad yang berkaitan dengan hukum Islam”.

 

 

 

Para ulama tafsir berpendapat tentang perintah patuh kepada Allah dan Rasul-Nya ditemukan dalam Al-Quran dengan redaksi berbeda.

 

 

1.      Perintah ke-1:

 “Athi’u Allah wa Rasul” .

(Patuhi Allah dan Rasul).

 

 

2.      Perintah ke-2:

 

“Athi’u Allah wa athi’uRasul”.

 

(Patuhi Allah dan patuhi Rasul).

 

 

 

Perintah ke-1 mencakup kewajiban patuh kepada Nabi dalam hal yang sejalan dengan perintah Allah.

 

 

 

Karena redaksi yang dipakai mencukupkan sekali saja memakai kata “Athi’u”.

 

 

Yang artinya “Taati” atau “Patuhi”.

 

 

 

Perintah ke-2 mencakup kewajiban patuh kepada Nabi.

 

 

Meskipun dalam hal yang tidak disebutkan secara eksplisit oleh Allah dalam Al-Quran.

 

 

 

 

Bahkan kewajiban patuh kepada Nabi dilakukan terlebih dahulu, dalam kondisi tertentu.

 

 

 

Meskipun seseorang sedang melakukan perintah Allah.

 

 

 

Misalnya, kasus Ubay bin Kaab.

 

 

 

Ketika Ubay bin Kaab sedang mengerjakan salat.

 

 

 

 Ubay bin Kaab dipanggil oleh Rasulullah.

 

 

 

Ubay bin Kaab menghentikan salatnya dan  mendatangi Nabi,  meskipun salatnya belum selesai.

 

 

 

 

Al-Quran surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 59.

 

 

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

 

 

 

 

 

 

 Hai orang-orang beriman, taati Allah dan taati Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

 

 

 

 

 

 

Al-Quran surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 65.

 

 

 

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا


 

 

 

 

 

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

 

 

 

 

 

 

Orang beriman menerima semua ketetapan Nabi dengan penuh kesadaran dan kerelaan tanpa perasaan enggan dan tanpa pembangkangan sedikit pun.

 

 

 

 

Itulah syarat keabsahan keimanan seseorang.

 

 

Tetapi, di sisi  lain ada perbedaa antara hadis dan Al-Quran dalam redaksi dan cara penyampaian atau penerimaannya.

 

 

Wahyu Allah.

 

1.      Dalam redaksinya, diyakini bahwa wahyu Al-Quran disusun langsung oleh Allah.

 

 

2.      Malaikat Jibril hanya sekadar menyampaikan kepada Nabi Muhammad.

 

 

3.      Nabi Muhammad langsung menyampaikannya kepada umatnya.

 

 

4.      Demikian seterusnya dari satu ke generasi berikutnya.

 

 

5.      Redaksi wahyu Al-Quran dipastikan tidak mengalami perubahan apa pun.

 

 

6.      Karena sejak diterima oleh Nabi,  kemudian disampaikan kepada para sahabat.

 

 

7.      Lalu ditulis dan dihafal oleh banyak sahabat.

 

 

8.      Kemudian disampaikan secara mutawatir oleh banyak orang.

 

 

9.      Yang mustahil akan sepakat untuk berbohong.

 

 

10.               Atas dasar ini, wahyu dalam Al-Quran bersifat “Qath’i Wurud”.

 

 

11.               Artinya sebuah “dalil yang meyakinkan ”bahwa datangnya dari Allah berupa Al-Quran atau berasal dari Nabi berupa hadis mutawatir.

 

 

12.               Hadis mutawatir adalah sifat hadis yang punya banyak sanad, yang diriwayatkan oleh banyak perawi pada tingkat sanadnya.

 

 

 

13.               Sehingga para perawi mustahil bersepakat untuk berdusta atau memalsukan hadis.

 

 

 

HADIS NABI

 

 

1.      Pada umumnya hadis Nabi disampaikan secara orang per orang.

 

 

2.      Dan sering muncul dengan redaksi agak berbeda dengan redaksi yang diucapkan oleh Nabi.

 

 

3.      Para ulama hadis menjelaskan bahwa para sahabat sudah ada yang menuliskan teks hadis.

 

 

 

4.      Tetapi umumnya penyampaian atau penerimaan kebanyakan hadis yang ada sekarang hanya berdasar hafalan para sahabat dan tabiin.

 

 

5.      Sahabat adalah para pemeluk Islam yang hidup sezaman dengan Nabi Muhammad.

 

 

6.      Tabiin adalah para penganut ajaran Nabi Muhammad generasi kedua setelah para sahabat.

 

 

7.      Hali ini membuat kedudukan hadis dalam autentiknya bersifat “Zhanni Wurud”.

 

 

8.      Artinya hanya memberi “kesan yang kuat” atau “perkiraan yang kuat” bahwa datangnya dari Nabi.

 

 

9.      Hal ini, tidak berarti ada keraguan terhadap keabsahan hadis.

 

 

10.               Karena banyak faktor dalam diri Nabi, para sahabat, dan kondisi sosial masyarakat ketika itu yang saling menopang.

 

 

 

11.               Sehingga membuat generasi berikutnya merasa tenang dan yakin bahwa hadis Nabi sangat terjaga keasliannya.

11.

 

 

 

 

Daftar Pustaka

1.      Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisahdan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  

2.      Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran