Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label ANIES BASWEDAN BANGUN JAKARTA DENGAN KOLABORASI. Show all posts
Showing posts with label ANIES BASWEDAN BANGUN JAKARTA DENGAN KOLABORASI. Show all posts

Saturday, February 5, 2022

12461. ANIES BASWEDAN BANGUN JAKARTA DENGAN KOLABORASI

 

 



ANIES BASWEDAN BANGUN JAKARTA DENGAN KOLABORASI

Oleh: Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Kolaborasi artinya kerja sama.

 

Hari Kemerdekaan tahun ini.

 

Tampak berbeda bagi anak-anak.

 

Di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara.

 

Senyum mereka merekah.

 

Menyaksikan Kampung Susun Akuarium.

 

 Akhirnya berdiri setelah perjuangan panjang.

 

Pada 5 tahun lalu.

 

Anak-anak  pulang dari sekolah.

Harapan masa depan cerah langsung sirna.

 

Rumah orang 1 kampung.

Diratakan dengan buldoser.

 

Sebuah ironi.

 

Warga jadi pengungsi di kampungnya sendiri:

 

Rumah disapu.

Dan status kependudukan dicabut.

 

Masa depan terasa gelap.

 

Tapi tanggal 17 Agustus 2021.

 

Meskipun kenangan buruk tak bisa dihapus.

 

Masa depan tampak hidup kembali.

 

Kampung Susun Akuarium berhasil tegak berdiri.

 

Semua warga urun rembuk.

 

Tentang rancangan yang diinginkan.

 

Sesuai pola interaksi sosial.

 

Dan kegiatan ekonomi mereka.

 

Warga tak dicerabut dari akarnya.

 

Tapi merasa punya apa yang menjadi hak mereka.

 

Bahkan, pola kepemilikannya.

Tak transaksional.

 

Warga bukan sekadar sebagai penyewa.

 

Tapi warga membentuk koperasi pemukiman.

 

Anggotanya hanya warga penghuni.

 

"Pemerintah mempercayakan koperasi untuk mengelola.

 

Dan merawat kampung susun.

 

Mereka masih sederhana  ekonominya.

 

Tapi jangan sepelekan kemampuan warga.

 

Mereka bisa bekerja bersama.

 

Dan mengelola kampung susunnya secara kolektif," kata Anies Baswedan.

 

Kolaborasi kolektif dalam Kampung Susun Akuarium.

 

Bukti bahwa membangun kampung kota.

 

Bukan sekadar mendirikan bangunan.

 

Tapi menghadirkan ruang hidup.

Yang memanusiakan warganya.

 

Cerita Kampung Susun Akuarium.

 

Hanya salah 1 dari 21 kampung.

 

Yang ditata lebih humanis.

 

Kita menyebutnya:

 

Community Action Plan (CAP).

Kata kuncinya: Community!

 

Yaitu Memanusiakan Warga.

 

Pendekatan pembangunan top down.

 

Yaitu dari atas ke bawah.

 

Hanya menjadikan warga sekadar sebagai objek.

 

Tak lagi relevan.

 

Sekarang zamannya kolaborasi.

 

Warga adalah subjek aktif.

 

Dalam pembangunan.

Bukan jadi objek.

 

Yang ditinggalkan deru kemajuan.

 

Community Action Plan (CAP).

 

Yaitu ikhtiar bersama mewujudkan pendekatan kolaboratif.

 

Dan memanusiakan warga.

 

Dalam pembangunan kampung kota.

 

Kampung lain.

Seperti Kampung Tanah Merah.

 

Yang sebelumnya terisolir.

 

Kini mendapat akses.

 

Lewat  pembangunan infrastruktur, seperti:

 

1.      Jembatan.

2.      Transportasi umum.

3.      Penyediaan air bersih.

 

Bahkan rumah yang sudah berdiri puluhan tahun.

 

Tapi tak ber-IMB.

Yaitu Izin Mendirikan Bangunan.

 

Karena status legal atas tanah belum tuntas.

 

Kini diberi solusi.

 

Berupa IMB kolektif.

 

Yaitu 1 IMB.

 

Untuk semua bangunan.

Dalam 1 Rukun Tetangga (RT).

 

"Bukan IMB tiap rumah.

 

Tapi tiap komunitas.

 

Sebuah terobosan.

 

Yang baru pertama kali dilakukan di Indonesia," ujar Anies Baswedan.

 

Dengan adanya IMB kolektif.

 

Maka para warga bisa terima:

 

1.      Aliran listrik.

2.      Aliran air.

3.      Dan pelayanan dasar lainnya.

 

Status tanah yang belum tuntas.

 

Tak perlu membuat warga kehilangan hak dasarnya.

 

Seperti air dan listrik.

 

Solusi semacam itu muncul.

 

Setelah diskusi panjang dengan warga.

 

Dan semua pemegang kepentingan.

 

Sebagai pengemban amanah.

 

Kita ikhtiar terus mewadahi.

 

Dan memberi ruang aspirasi  bersama.

 

Untuk  mencari solusi.

 

"Pendekatan birokratis.

 

Yang cenderung otoritatif.

 

 Dan menutup alternatif solusi.

 

Dalam memecahkan beragam masalah warga.

 

Tak lagi kita gunakan," kata Anies Baswedan.

 

 

Yang terbaru.

 

Pembangunan Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung.

Untuk warga Bukit Duri.

 

Pendekatan komunitas bersama warga local.

 

Dan arsitek pendamping.

 

Berupaya menghadirkan kampung susun.

 

Yang beranjak dari kebutuhan.

 Dan aktivitas warga.

 

"Keliru, jika memandang kampung kota, seperti:

 

1.      Kampung Akuarium.

2.      Tanah Merah.

 

3.      Bukit Duri.

4.      Dan banyak kampung kota lainnya.

 

 Hanya sebagai kumpulan rumah.

 

Kampung-kampung kota.

 

Yaitu cermin paling nyata dari persatuan.

 

Kampungnya 1.

Tapi isinya 1.001 unsur manusia.

 

Itulah kampung kita," tegas Anies Baswedan.

 

Pembangunan kampung kota.

 

Jangan dimaknai semata  pembangunan.

Deretan bangunan mati.

 

Tapi dipandang sebagai 1 kesatuan.

 

Bangunan sosial yang hidup.

 

Itulah kampung.

 

Itulah alas budaya kebersamaan bangsa kita.

 

Kampung-kampung kota itu berupaya kita ayomi.

 

Tidak dihakimi.

 

Tapi dihilangkan masalahnya.

 

Bukan menghilangkan kampungnya.

 

Pendekatannya pun berbeda.

 

Untuk masing-masing daerah.

 

Tak pakai 1 solusi untuk semua.

 

Tiap daerah punya karakter.

 

Dan masalah hidup berbeda.

 

Uniknya harus diberdayakan.

 

Bukan malah disingkirkan dan distandarkan.

 

Kami tak merasa paling tahu.

Dan tak otoritatif.

 

Pemprov DKI berupaya menghadirkan ruang kolaborasi antarkomunitas.

 

Warga, fasilitator, pakar, dan pemerintah.

 

Bekerja sama mencari solusi.

 

Untuk tiap kampung kota.

 

Masih terngiang ucapan Sandyawan Sumardi.

 

Pegiat komunitas di Bukit Duri.

 

Saat Pemprov DKI bersama komunitas warga.

 

Akan membangun Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung.

 

Dia mengatakan.

 

“Punya rumah hunian sendiri.

 

Adalah awal kisah hidup perjuangan kami.”

 

Bagi para warga.

Rumah bukan sekadar bangunan fisik.

 

Rumah adalah ruang hidup.

 

Sebuah harapan akan masa depan.

Yang lebih baik di ibu Kota.

 

Sayangnya.

Ketika bicara kemajuan.

Ada persepsi dianggap normal.

 

Yaitu pasti ada warga.

Yang menjadi korban derap kemajuan.

 

Persepsi ini secara implisit mengatakan.

 

Bahwa penyingkiran dianggap normal.

 

Selama korbannya orang lain.

Bukan dirinya.

 

"Kita ubah paradigma.

 

Yang tak memanusiakan itu.

 

Yaitu menjadi:

1.      Kemajuan harus memanusiakan.

 

2.      Memberi kesetaraan.

 

3.      Memberi kesempatan sama.

 

Bagi semua warganya.

 

Tanpa itu semua.

 

Maka solidaritas dan persatuan warga.

 

Mustahil akan terwujud," ucap Anies Baswedan.

 

Jakarta adalah kota harapan.

 

Yaitu ruang yang mewadahi ragam mimpi dan harapan.

 

Dari seluruh penjuru Republik.

 

Semua suku dan agama.

Dari seluruh penjuru negeri.

 

Semuanya ada di Jakarta.

 

Jakarta sebagai rumah untuk semua.

 

Hal ini gagasan.

 

Yang terus kita wujudkan.

Dengan karya dan kebijakan.

 

Jakarta sebagai rumah.

 

Yang terasa hangat.

Bagi seluruh warganya.

 

Sebagai rumah.

Yang menghadirkan interaksi menyatukan dan mengayomi.

 

Tidak memisahkan.

Dan tak mengasingkan.

 

Jakarta sebagai rumah yang menyatukan.

 

Karena hadirnya kesetaraan dan keadilan social.

 

Bagi seluruh warganya!," tutur Anies Baswedan.

 

(Sumber oke.news)