ALAM
SEMESTA TAK BISA MEMILIH TAKDIR
Oleh:
Drs. H.M. Yusron Hadi, MM
Kata “takdir”
(taqdir) terambil dan kata “qaddara” berasal dari akar kata “qadara” artinya “mengukur”,
“memberikan kadar” atau “ukuran”.
Allah
telah menakdirkan demikian artinya Allah telah memberikan kadar atau ukuran
atau batas tertentu dalam diri, sifat, atau kemampuan maksimal makhluk-Nya”.
Semua makhluk
telah ditetapkan takdirnya oleh Allah.
Semua
makhluk tidak dapat melampaui batas ketetapannya.
Allah menuntun
dan menunjukkan arah yang seharusnya dituju.
Al-Quran
surah Al-A‘la (surah ke-87) ayat 1-3.
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ
الْأَعْلَى الَّذِي
خَلَقَ فَسَوَّىٰ وَالَّذِي
قَدَّرَ فَهَدَىٰ
Sucikan nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, yang
menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar
(masing-masing) dan memberikan petunjuk.
Al-Quran
surah Yasin (surah ke-36) ayat 38.
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ
لَهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Dan
matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikian takdir atau ketetapan Yang
Maha Perkasa dan Maha Mengetahui.
Al-Quran
surah Yasin (surah ke-36) ayat 39.
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ
حَتَّىٰ عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan
manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir)
kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
Al-Quran
surah Al-Furqan (surah ke-25) ayat 2.
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ
كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا
Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia
telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukurannya dengan
serapi-rapinya.
Al-Quran
surah Al-Hijr (surah ke-15) ayat 21.
وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا
خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ
Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada
sisi Kami khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan takdir
atau ukuran yang tertentu.
Al-Quran
menjelaskan bahwa makhuk yang remeh dan kecil pun diberikan takdir.
Al-Quran
surah Al-A’la (ke-87) ayat 4-5.
وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَىٰ فَجَعَلَهُ
غُثَاءً أَحْوَىٰ
Dia Allah yang menumbuhkan rumput-rumputan, lalu
dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitaman.
Rerumputan
tumbuh subur, kemudian layu dan kering, ukuran kadar kesuburan dan
kekeringannya, kesemuanya telah ditetapkan oleh Allah melalui hukum-Nya yang berlaku pada alam semesta.
Jika ingin
melihat rerumputan subur menghijau, maka sirami dengan air.
Jika
rerumputan dibiarkan tanpa perawatan sehingga diterpa panas matahari terik,
maka rerumputan itu pasti akan mati kering kehitam-hitaman.
Demikian
takdir Allah menjangkau seluruh makhluk-Nya.
Al-Quran
surah At-Thallaq (surah ke-65) ayat 3.
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ
ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak
disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu.
Semua
peristiwa yang terjadi di alam semesta, dalam sisi kejadiannya, kadar atau
ukuran tertentu, pada tempat dan waktu tertentu, itu disebut takdir atau
ketentuan.
Tidak ada
sesuatu yang terjadi tanpa takdir Allah, termasuk manusia.
Segala
peristiwa atau kejadian apa pun berada dalam pengetahuan dan ketentuan Allah.
lstilah
sunatullah sering salah kaprah disebut hukum alam.
Sebagian
ulama membedakan sunatullah dengan takdir.
1) Sunatullah
digunakan Al-Quran untuk hukum Allah yang pasti berlaku bagi masyarakat.
2) Takdir
mencakup hukum kemasyarakatan dan hukum alam.
Dalam
Al-Quran:
1)
Sunnatullah terulang 8 kali.
2)
Sunnatina hanya 1 kali.
3)
Sunnatul awwalin terulang 3 kali.
4)
Semua mengacu kepada hukum Allah yang
berlaku pada masyarakat.
Al-Quran
surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 38.
مَا كَانَ عَلَى النَّبِيِّ مِنْ
حَرَجٍ فِيمَا فَرَضَ اللَّهُ لَهُ ۖ سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ
ۚ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا
Tidak ada suatu keberatan pun atas Nabi
tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang
demikian) sebagai sunah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan takdir
atau ketetapan Allah adalah suatu ketetapan yang pasti berlaku.
Al-Quran
surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 62.
سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا
مِنْ قَبْلُ ۖ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا
Sebagai sunah Allah yang berlaku atas
orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tidak akan
mendapati perubahan pada sunah Allah.
Al-Quran
surah Fathir (surah ke-35) ayat 43.
اسْتِكْبَارًا فِي الْأَرْضِ وَمَكْرَ
السَّيِّئِ ۚ وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ ۚ فَهَلْ يَنْظُرُونَ
إِلَّا سُنَّتَ الْأَوَّلِينَ ۚ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَبْدِيلًا ۖ وَلَنْ
تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَحْوِيلًا
Karena
kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat.
Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya
sendiri. Tidaklah yang mereka nantikan melainkan (berlakunya) sunah (Allah yang
telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak
akan mendapatkan penggantian bagi sunah Allah, dan sekali-kali tidak (pula)
akan menemui penyimpangan bagi sunah Allah.
Matahari,
bulan, bintang dan seluruh alam semesta telah ditetapkan oleh Allah yang takdirnya
tidak bisa ditawar.
Al-Quran
surah Fushshilat (surah ke-41) ayat 11.
ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ
وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا
أَتَيْنَا طَائِعِينَ
Kemudian Dia menuju langit dan langit itu
masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya
menjawab, “Kami datang dengan suka hati”.
Ayat
Al-Quran ini menjelaskan alam semesta tidak bisa memilih.
Manusia
mempunyai kemampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan oleh Allah
kepadanya.
Manusia
tidak bisa terbang seperti burung.
Hal
ini adalah salah satu ukuran atau batas kemampuan yang dianugerahkan Allah
kepada manusia.
Manusia
tidak mampu melampauinya, kecuali jika manusia memakai akalnya untuk
menciptakan suatu alat.
Akal
manusia juga mempunyai ukuran yang tidak mampu dilewati.
Manusia
berada di bawah hukum Allah.
Segala
yang dilakukan manusia tidak terlepas dari hukum yang telah mempunyai kadar dan
ukuran tertentu.
Hukum
Allah untuk manusia cukup banyak.
Manusia
diberikan kemampuan untuk memilihnya.
Manusia
dapat memilih takdir (ketentuan) yang ditetapkan Allah.
Api ditetapkan
Allah bersifat panas dan membakar.
Udara dapat
menimbulkan kesejukan atau dingin, itu takdir Allah.
Manusia
boleh memilih api yang membakar atau udara yang sejuk.
Di
sinilah letak pentingnya ilmu pengetahuan, ilham, atau petunjuk dari Allah.
Doa yang
diajarkan oleh Rasulullah, “Ya Allah, jangan Engkau biarkan aku sendiri dengan
pertimbangan nafsu akalku saja, meskipun sekejap."
Khalifah
Umar bin Khattab berencana mengunjungi negeri Syam (Syria, Palestina, dan sekitarnya),
tetapi membatalkannya ketika di wilayah tersebut terjangkit wabah penyakit.
Sahabat
Umar bin Khattab bertanya,”Apakah Khalifah lari dan menghindar dari takdir Allah?”.
Khalifah
Umar bin Khattab menjawab,”Saya lari dan menghindar dari takdir Allah kepada
takdir Allah yang lain”.
Ali
bin Abi Thalib duduk bersandar pada tembok rapuh, beliau lalu pindah ke tempat
yang lain.
Penjelasan
Ali bin Abi Thalib hampir sama dengan keterangan Umar bin Khattab bahwa
robohnya tembok adalah takdir Allah.
Orang
yang tidak menghindar akan terkena akibatnya.
Tetapi
jika orang menghindarinya, maka dia akan luput dari bahaya, itu takdir atau
ketentuan Allah.
Kemampuan
manusia untuk berpikir agar menghindar dari bahaya, adalah takdir (ketetapan)
yang dianugerahkan oleh Allah.
Semua
manusia tidak dapat luput dari takdir (ketetapan) baik dan buruk.
Tidak elok
rasanya, jika kejadian merugikan manusia dikatakan takdir Allah.
Tetapi,
peristiwa yang baik dan positif pun adalah takdir dari Allah.
Kesimpulan.
Takdir
(ketetapan) tidak menghalangi manusia dalam berusaha sekuat tenaga dan pikiran
untuk menentukan masa depannya sendiri, sambil mohon bantuan dan bimbingan Allah
Yang Maha Pengasih lagi Penyayang.
Daftar
Pustaka
1.
Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan
Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.
Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan
Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.
Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital
Qur’an Ver 3.2
5.
Tafsirq.com online



