Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label Al-Quran Tak Bahas Wujud Tuhan. Show all posts
Showing posts with label Al-Quran Tak Bahas Wujud Tuhan. Show all posts

Tuesday, October 20, 2020

5883. AL-QURAN TAK BICARA WUJUD TUHAN

 


AL-QURAN TAK BICARA WUJUD TUHAN

Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

Orang zaman dahulu percaya adanya Tuhan.

 

Sejak zaman dahulu, hampir semua umat manusia meyakini adanya Tuhan Yang Mengatur alam semesta ini.

 

Orang Yunani Kuno menganut paham politeisme (keyakinan banyak tuhan).

 

Orang Hindu masa lampau punya banyak dewa, yang diyakini sebagai tuhan-tuhan.

 

Penduduk Mesir meyakini adanya:

1) Dewa Iziz.

2) Dewi Oziris.

3) Dan tertinggi adalah Dewa Ra'.

 

Masyarakat Persia mempercayai adanya tuhan Gelap dan tuhan Terang.

 

Pengaruh keyakinan itu merambah masyarakat Arab.

 

Jika orang Arab ditanya, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”

 

Mereka menjawab,“Yang menciptakan adalah Allah”.

 

Tetapi, pada saat sama mereka juga menyembah 3 berhala besarnya, yaitu:

1) Al-Lata.

2) Al-Uzza.

3) Manat.

 

Al-Quran datang meluruskan keyakinan itu.

 

Al-Quran membawa ajaran tauhid.

 

Tauhid mengakui hanya Allah Yang Maha Esa.

 

Al-Quran tidak membahas wujud Tuhan.

 

Dalam mushaf Al-Quran, tidak ditemukan ayat yang membicarakan wujud Tuhan.

 

Kitab Taurat, Kitab Injil, dan Al-Quran tidak menguraikan tentang wujud Tuhan.

 

Wujud Tuhan sangat terasa dengan jelas oleh manusia, sehingga tidak perlu dijelaskan.

 

Al-Quran mengisyaratkan kehadiran Tuhan ada dalam diri setiap insan.

 

Itu fitrah bawaan manusia sejak asal kejadiannya.

 

Al-Quran surah Ar-Rum (surah ke-30) ayat 30.

 

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

     Maka hadapkan wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

 

Manusia diciptakan Allah punya naluri beragama tauhid.

 

Jika ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidak wajar.

 

Orang tidak beragama tauhid hanya karena terpengaruh lingkungannya.

 

Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 172.

 

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ

      Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul, Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi“. Kami melakukan yang demikian, agar di hari kiamat, kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami, Bani Adam, adalah orang-orang yang lengah terhadap keesaan Tuhan".

 

 

Ketika manusia termenung seorang diri.

 

Pikiran tenang.

 

Terdengar suara hati nurani.

 

Yang mengajak dialog akan adanya Tuhan Yang Maha Mutlak.

 

Suara dalam hati nurani manusia menyadari betapa lemahnya manusia di depan Tuhan.

 

Betapa Maha Kuasa dan Perkasa Tuhan Yang Maha Agung.

 

Suara itu fitrah manusia.

 

Setiap orang punya fitrah sejak lahir.

 

Karena sibuk dan dosa-dosa, suara fitrah terabaikan.

 

Suara fitrah tidak terdengar lagi.

 

Jika didengarkan.

 

Kemudian benar-benar tertancap dalam jiwa.

 

Maka fitrah manusia akan muncul.

 

Yaitu hanya bergantung kepada Allah saja.

 

Hanya Allah tempat bergantung.

 

“La haula wa la quwwata illabillahil Aliyyil Azhim”.

 

Tidak ada daya untuk memperoleh manfaat dan tidak ada kuasa untuk menolak mudarat.

 

Kecuali bersumber dari Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.

Sehingga tidak ada lagi rasa takut yang menghantui.

 

Tidak ada rasa sedih mencekam hati manusia.

 

Al-Quran surah Fushshilat (surah ke-41) ayat 30.

 

 

    إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ

       Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami adalah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Jangan kamu takut dan jangan merasa sedih”. Dan gembirakan mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.

 

 

Al-Quran surah Ar-Ra’du (surah ke-13) ayat 28.

 

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

     Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Memang, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.

 

 

Al-Quran menjelaskan kehadiran Tuhan fitrah manusia dan kebutuhan hidupnya.

 

Jika ada orang mengingkari wujud Tuhan, maka itu bersifat sementara.

 

Pada akhirnya sebelum meninggal, dia akan mengakui keberadaan Tuhan.

 

Tetapi pengakuan itu sudah terlambat.

 

Al-Quran surah Yunus (surah ke-10) ayat 90-91.

 

۞ وَجَٰوَزْنَا بِبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ ٱلْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُۥ بَغْيًا وَعَدْوًا ۖ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَدْرَكَهُ ٱلْغَرَقُ قَالَ ءَامَنتُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱلَّذِىٓ ءَامَنَتْ بِهِۦ بَنُوٓا۟ إِسْرَٰٓءِيلَ وَأَنَا۠ مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
ءَآلْـَٰٔنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنتَ مِنَ ٱلْمُفْسِدِينَ

      Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka), hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam, dia berkata, “Saya percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan?

 

 

Kebutuhan manusia bertingkat-tingkat.

 

Ada kebutuhan harus dipenuhi segera.

 

Yaitu kebutuhan udara untuk bernapas.

 

Ada kebutuhan bisa ditunda beberapa saat.

 

Yaitu kebutuhan minum.

 

Kebutuhan manusia untuk makan, bisa ditunda lebih lama dibanding kebutuhan minum.

 

Kebutuhan seksual bisa lebih lama ditangguhkan dibanding kebutuhan makan dan minum.

 

Demikian seterusnya.

 

Kebutuhan manusia yang paling lama bisa ditunda adalah kebutuhan keyakinan adanya Allah Yang Maha Kuasa.

 

Ketika manusia hampir mendekati meninggal dunia.

 

Baru manusia merasa butuh pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.

 

Daftar Pustaka

1.  Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  

2.  Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Misan, 2009.

3.  Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.  Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2