Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label ADA 5 SYARAT MANUSIA HARMONIS SEBAGAI KHALIFAH. Show all posts
Showing posts with label ADA 5 SYARAT MANUSIA HARMONIS SEBAGAI KHALIFAH. Show all posts

Sunday, October 24, 2021

11393. ADA 5 SYARAT MANUSIA HARMONIS SEBAGAI KHALIFAH

 



ADA 5 SYARAT MANUSIA HARMONIS SEBAGAI KHALIFAH

Oleh: Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 30.

 

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

 

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

 

 

 

 Para ulama mengupas ayat di atas memakai metode tematik.

 

Brpendapat khalifah punya 3 unsur saling terkait.

 

Ditambah unsur ke-4 yang berada di luar.

 

Tapi amat menentukan arti khalifah dalam pandangan Al-Quran.

 

Unsur ke-1.

Manusia yang disebut khalifah.

 

Unsur ke-2.

Alam semesta sebagai “ardh”.

 

Unsur ke-3.

Hubungan manusia dengan alam semesta.

 

Unsur ke-4.

Berada di luar.

Yaitu Allah yang memberi tugas.

 

 Pengangkatan Nabi Adam sebagai khalifah.

 

Dijelaskan oleh Allah dalam bentuk tunggal.

 

Yaitu “inni”.

Artinya “sesungguhnya Aku”.

 

Dan kata “jail”.

Artinya “akan mengangkat”.

 

Pengangkatan Nabi Daud memakai kata “inna”.

 

Artinya“Sesungguhnya Kami”.

 

Dan dengan bentuk kata kerja masa lampau.

 

Yaitu  jaalnaka”.

Artinya “Kami telah menjadikan kamu”.

 

 Menurut kaidah.

Bahwa bentuk plural menunjukkan ada pihak lain terlibat.

Bersama Allah.

 

Artinya pengangkatan Nabi Daud sebagai khalifah.

 

Ada pihak lain terlibat.

Selain Allah.

 

Yaitu masyarakat pengikutnya.

 

 

Pengangkatan Nabi Adam ditampilkan dalam bentuk tunggal.

 

Karena  khalifah itu berupa rencana.

 

Yaitu “Aku akan mengangkat”.

 

Dan tidak ada pihak lain bersama Allah yang terlibat.

 

Berarti Nabi Daud dan semua khalifah.

 

Melibatkan masyarakat dalam mengangkatnya.

 

Maka dituntut memperhatikan kehendak masyarakatnya.

 

 Hubungan manusia dengan sesama.

Dan dengan alam semesta.

 

Bukan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan.

 

Atau antara tuan dengan hambanya.

 

Tapi hubungan bersama patuh kepada Allah.

 

Ketika manusia mampu mengelola alam semesta.

 

Hal itu bukan karena  kekuatan manusia.

 

 

Tapi karena Allah menundukkan alam untuk manusia.

 

 

 Al-Quran surah Ibrahim (surah ke-14) ayat 32.

 

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْأَنْهَارَ

 

Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu agar bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.

 

 

Al-Quran surah Az-Zukhruf (surah ke-43) ayat 13.

 

لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

 

Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu jika kamu telah duduk di atasnya; dan agar kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.”

 

 Khalifah menuntut interaksi manusia dengan sesama.

 

Dan dengan alam semesta.

 

Sesuai petunjuk dalam wahyu Allah.

 Semua harus ditemukan kandungannya oleh manusia.

 

Sambil memperhatikan perkembangan.

Dan situasi lingkungannya.

 

Al-Quran surah Az-Zukhruf (surah ke-43) ayat 32.

 

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ ۚ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

 

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memakai sebagian lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.

 

 

Kurang tepat jika kata “sukhriya” diartikan“ menundukkan”.

 

Tapi “al-taskhir” adalah hubungan dalam kedudukan sama.

 

Yang membedakan hanya partisipasi.

Dan kemampuan masing-masing.

 

Serta logis jika yang “kuat” lebih banyak mendapat bagian.

 

 Kata “sikhriya” dalam surah Al-Mukminun.

 

Menggambarkan ejekan dan tekanan.

 

Yang dilakukan kelompok kuat terhadap kelompok lain.

 

Yang disebut “mustadh'afin”.

 

Kata “sukhriya” menjelaskan hubungan interaksi yang diridai Allah.

 

Prinsip pokok hubungan sesama manusia.

 

Sebagai sarana memenuhi kebutuhan.

 

Sehingga harmonis.   

  Islam tidak mengenal prinsip,

 

“Anda boleh melakukan apa saja.

 

Asalkan tidak melanggar hak orang lain”.

 

Tapi mengenalkan,

 

”Mereka mendahulukan pihak lain atas diri mereka.

 

Meskipun mereka sendiri butuh”.

 

 

Al-Quran surah Al-Hasyr (surah ke-59) ayat 9.

 

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

 

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Ansar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Ansar) tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, meskipun mereka dalam kesusahan. Dan barang siapa dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka orang yang beruntung.

 

 

Prof. Mubyarto berpendapat.

Ada 5 hal pokok agar manusia  harmonis sebagai khalifah di bumi.

 

1.      Kebutuhan dasar masyarakat harus terpenuhi.

Juga harus bebas dari ancaman dan ketakutan.

 

2.      Manusia terjamin dalam mencari nafkah.

 

Tanpa terlalu menguras  tenaganya.

 

3.      Manusia bebas memilih cara mewujudkan hidupnya.

Sesuai cita-citanya.

 

4.      Tersedia peluang masyarakat untuk  mengembangkan bakat dan minatnya.

 

5.      Partisipasi aktif dalam kehidupan sosial politik.

 

Sehingga tiap orang tidak hanya menjadi objek orang lain.

 

 

Daftar Pustaka

1.   Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  

2.   Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

3.   Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2