ABU DZAR ALGHIFARI MANTAN PREMAN MASUK ISLAM AWAL
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Abu Dzar
Al-Ghifari dilahirkan dengan nama Jundub bin Al-Ghifari.
Ayahnya
bernama Junadah Al-Ghifari dan ibunya bernama Ramla binti Alwaqik, dari suku
Ghifari, daerah yang jauh di luar Mekah, Arab Saudi.
Abu Dzar Al-Ghifari termasuk assabiqunal awwalun
(orang-orang yang terdahulu dan pertama masuk Islam) yang menentang pemujaan berhala.
Nabi mencela penyembahaan berhala.
Abu Dzar Al-Ghifari mendatangi Nabi
Muhammad langsung ke Mekah untuk menyatakan keislamannya.
Abu Dzar Al-Ghifari adalah orang dewasa
ke-6 yang masuk Islam pertama kali.
Abu Dzar Al-Ghifari bercerita kepada
Nabi bahwa dia berasal dari suku Ghifari, Nabi tersenyum mendengarnya.
Bani Ghifari terkenal sebagai kelompok preman
yang sering merampok kafilah dagang di belantara padang pasir.
Bani Ghifari mahir berperang, ahli berkuda,
piawai melakukan perjalanan malam hari.
Sehingga mereka amat ditakuti para
kafilah dagang.
Nabi semakin kagum Abu Dzar Al-Ghifari datang
sendirian untuk menyatakan masuk Islam.
Nabi berdakwah secara rahasia dan bersabda,”Sungguh,Allah memberi hidayah kepada
siapa saja yang dikehendaki-Nya.”
Nabi berpesan kepada Abu Dzar Al-Ghifariagar
menyembunyikan keislamannya dan segera pulang kepada kaumnya.
Abu Dzar Al-Ghifari seorang perantau
sendirian.
Sangat berbahaya jika diketahui memeluk
Islam dan dia memahami pesan Nabi.
Tetapi Abu Dzar Al-Ghifari mantan preman,
tidak punya perasaan takut, dan berjiwa pemberontak.
Dia berjanji,”Demi Tuhan, yang menguasai
jiwaku, aku tidak akan pulang sebelum meneriakkan keislamanku.”
Abu Dzar Al-Ghifari berjalan ke arah
Masjidil Haram dan berteriak dengan lantang.
”Asyhadu anal ilaha illallah, waasyhadu
anna Muhammadar Rasulullah.”
(Aku bersaksi tidak ada tuhan selain
Allah, dan aku bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah).
Itulah suara ikrar syahadat yang pertama
kali di Mekah dan di bumi yang diteriakkan di depan masyarakat umum.
Kaum Quraisy langsung mengeroyoknya hingga
dia pingsan.
Abbas bin Abdul Muththalib (paman Nabi
yang belum masuk Islam), berkata diplomatis.
”Wahai kaum Quraisy, dia berasal dari
Bani Ghifari.
Kalian pedagang yang sering melewati daerah
mereka, bagaimana jika mereka tahu, kalian telah menyiksanya?”
Abu Dzar Al-Ghifari dilepaskan.
Tetapi hari berikutnya dia melakukan hal
sama.
Meneriakkan dengan keras ikrar dua kalimat
syahadat.
Kaum Quraisy mengeroyoknya lagi.
Nabi memerintahkan Abu Dzar Al-Ghifari pulang
kembali kepada kaumnya.
Abu Dzar berdakwah kepada kaumnya (Bani
Ghifar) dan tetangganya (Bani Aslam).
Beberapa tahun kemudian, ketika Rasululah
di Madinah berdatangan rombongan besar manusia, terdengar suara gemuruh, mereka
meneriakkan suara takbir.
Rombongan besar Bani Ghifar dan Bani
Aslam datang menghadap Nabi yang menyambut dengan mata berkaca-kaca.
Rasulullah bersabda,”Bani Ghifar telah
diampuni Allah.”
Nabi berpaling menghadap Bani Aslam dan bersabda,”Bani
Aslam telah diterima dengan selamat oleh Allah.”
Pada tahun ke-9 Hijriah (Nabi berumur 62 tahun) terjadi Perang Tabuk yang terkenal
dengan Jaisyul Usrah (Perang di masa sulit).
Beberapa orang tertinggal dari rombongan
Nabi.
Salah seorang yang tertinggal adalah Abu
Dzar Al-Ghifari.
Sewaktu pasukan Nabi beristirahat,
datang seorang sahabat melaporkan bahwa tampak dari kejauhan seorang yang
berjalan sendirian.
Nabi bersanda,” Semoga itu Abu Dzar
Al-Ghifari.”
Ternyata benar, Abu Dzar Al-Ghifari
sedang memanggul perbekalan di punggungnya.
Meskipun wajahnya tampak kelelahan,
tetapi dia sumringah karena dapat bertemu
dengan Nabi.
Nabi menatapnya dengan kagum, tersenyum
penuh santun dan kasih dan bersabda.
”Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada
Abu Dzar Al-Ghifari, dia berjalan sendirian,
meninggal sendirian, dan akan dibangkitkan sendirian.”
Nabi memahami watak Abu Dzar Al-Ghifari
sebagai mantan preman hidup dalam
lingkungan keras.
Nabi pernah bertanya, “Wahai Abu Dzar
Al-Ghifari, bagaimana pendapatmu apabila ada pemimpin yang mengambil upeti
untuk keperluan pribadinya?”
Abu Dzar Al-Ghifari menjawab dengan
tegas,”Demi Allah, yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, maka aku akan
meluruskan dengan pedangku.”
Nabi tersenyum,“Maukah kamu, saya beri
jalan yang lebih baik?”
Abu Dzar mengangguk, “Bersabarlah
engkau, sampai menjumpai aku,” kata Nabi.
Sewaktu Abu Bakar dan Umar bin Khattab
menjadi Khalifah, Abu Dzar tidak terusik.
Tetapi ketika Usman bin Affan menjadi
Khalifah, dia mulai terusik dengan gaya hidup mewah yang mengikuti gaya hidup
Persia dan Romawi.
Nabi pernah melarangnya untuk
menggunakan pedang, tetapi Nabi tidak melarang memakai lidah dan nasihat.
Abu Dzar Al-Ghifari mulai mengkritik
penguasa, karena melihat jurang perbedaan kaya dan miskin.
Al-Quran surah At-Taubah (surah ke-9) ayat 34.
۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْأَحْبَارِ
وَٱلرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَٰلَ ٱلنَّاسِ بِٱلْبَٰطِلِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ
ٱللَّهِ ۗ وَٱلَّذِينَ يَكْنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلْفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِى
سَبِيلِ ٱللَّهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Hai
orang-orang beriman, sesungguhnya sebagian besar orang alim Yahudi dan rahib Nasrani
benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalangi
(manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukan kepada mereka, (bahwa
mereka akan mendapat) siksa yang pedih,
Al-Quran
surah At-Taubah (surah ke-9) ayat 35.
يَوْمَ يُحْمَىٰ عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَىٰ بِهَا
جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ ۖ هَٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنفُسِكُمْ فَذُوقُوا۟
مَا كُنتُمْ تَكْنِزُونَ
pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan)
kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,
maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”.
Abu Dzar Al-Ghifari mengasingkan diri ke
pedalaman Rabadzah yang letaknya jauh di luar kota Madinah, dan meninggal di
Rabadzah.
Daftar
Pustaka
1.
Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan
Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.
Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran.
Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.
Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an
Ver 3.2,
5.
Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment