Tuesday, November 19, 2019

3757. ORANG BODOH WAJIB TAKLID


ORANG BODOH WAJIB TAKLID
(Seri ke-4)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
1.    RISALAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH
2.    Karya Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.
3.    Tahun 1287 sampai 1366 Hijriah.
4.    Penjelasan wajibnya taqlid bagi orang yang tidak memiliki keahlian untuk berijithad.
5.    Menurut pandangan jumhur ulama, setiap orang yang tidak memiliki keahlian untuk sampai pada tingkat kemampuan sebagai mujtahid mutlak.
6.    Meskipun ia telah mampu menguasai beberapa cabang keilmuan yang dipersyaratkan di dalam melakukan ijtihad.
7.    Maka wajib baginya untuk mengikuti (taqlid) pada satu qaul dari para imam mujtahid dan mengambil fatwa mereka.
8.    Agar ia dapat keluar dan terbebaskan dari ikatan beban (taklif) yang mewajibkannya untuk mengikuti siapa saja yang ia kehendaki dari salah satu imam mujtahid.
9.    Allah berfirman,”Maka bertanyalah kalian semua kepada ahli ilmu jika kalian semua tidak mengetahui.”
10. Allah mewajibkan bertanya bagi orang yang tidak mengetahui.
11. Sikap bertanya adalah wujud sikap taqlid seseorang kepada orang yang alim.
12. Firman Allah ini berlaku secara umum untuk semua golongan yang dikhithabi (obyek sasaran perintah). َ
13. Secara umum, firman Allah ini mewajibkan untuk bertanya segala sesuatu yang tidak kita ketahui, sesuai dengan kesepakatan jumhur ulama.
14. Orang yang beridentitas awam, pasti ada sejak zaman generasi sahabat, tabi’in dan hingga zaman setelahnya.
15. Mereka wajib meminta fatwa kepada para mujtahid dan mengikuti fatwa-fatwa mereka dalam hokum syari’ah dan menerapkan sesuai petunjuk ulama.
16. Para mujtahid dan ulama bersegera menjawab pertanyaan mereka tanpa memberi isyarah untuk menuturkan dalil.
17. Para mujtahid dan ulama tidak melarang orang awam minta fatwa tanpa ada pengingkaran.
18. Kondisi demikian yang lantas disepakati adanya kewajiban bagi orang awam untuk mengikuti pendapat seorang mujtahid.
19. Orang awam tidak memiliki kemampuan dan otoritas untuk memahami Kitab dan Sunah.
20. Tentu pemahaman orang awam tidak dapat diterima, jika tidak cocok dengan pemahaman ulama ahlul haq yang agung dan terpilih.
21.  Orang yang ahli bid’ah dan orang yang sesat, mereka memahami hukum-hukum secara batil dari Kitab dan Sunah.
22. Apa pun yang diambil oleh ahli bid’ah, tidak dapat dipegang sebagai kebenaran.
23. Orang awam tidak diwajibkan untuk tetap konsisten mengikuti satu mazhab saja dalam menyikapi setiap masalah baru yang muncul.
24. Meskipun ia telah menetapkan untuk mengikuti 1 mazhab tertentu, seperti mazhabnya Imam Syafi’i, tidak selamanya ia harus mengikuti madzhab ini.
25.  Bahkan diperkenankan baginya untuk pindah pada mazhab yang lain selain madzhab Syafi‟i.
26. Orang awam tidak memiliki kemampuan melakukan pengkajian masalah dan istidlal (melakukan pencarian sumber dalil).
27.  Orang awam tidak memiliki kemampuan membaca sebuah kitab sebagai referensi dalam sebuah mazhab.
28. Jika ia mengatakan bahwa saya adalah bermazhab Syafi‟i, maka pernyataan demikian tidak sah sebagai pengakuan, kalua hanya sekedar ucapan belaka.
29. َTetapi menurut sebuah pendapat yang lain menyatakan bahwa ketika seorang awam itu konsisten mengikuti satu madzhab tertentu maka wajiblah baginya untuk menetapkan mazhab pilihannya.
30. Karena jelas seorang awam itu meyakini bahwa mazhab yang ia pilih adalah mazhab yang benar.
31. Maka konsekuensi yang harus ia terima adalah wajib menjalankan apa yang menjadi ketentuan mazhab yang diyakininya.
32. Orang yang taqlid boleh mengikuti selain imamnya dalam sebuah masalah yang timbul padanya.
33. Misalnya, dia taqlid pada satu imam dalam melaksanakan salat Zuhur, dan ia taqlid dan mengikuti imam lain dalam melaksanakan salat Ashar.
34. Jadi taqlid setelah selesainya melakukan sebuah amal atau ibadah adalah boleh.
35. Untuk memahami hal ini dapatlah digambarkan sebuah masalah.
36. Jika orang bermazhab Syafi’i melakukan salat dan ia menyangka atas sahnya salat menurut pandangan mazhabnya.
37. Ternyata salatnya batal menurut mazhab yang dianutnya dan sah bila menurut pendapat yang lain.
38. Maka baginya boleh langsung taqlid pada mazhab lain yang mengesahkan salatnya.
39. Dengan demikian cukup terpenuhi kewajiban salatnya.


Daftar Pustaka.
1.    Internet Faza Media.
2.    Risalah Ahlussunnah Wal Jamaa’h: Karya Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim  Asy’ari (Tahun 1287 H sampai 1366 Hijriah).


Related Posts:

0 comments:

Post a Comment