DEKAT PEMILU NU GADIS
MANIS JADI REBUTAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
NU Jadi Rebutan Elite
Menjelang Tahun Politik.
Ketua Umum Pengurus
Besar.
Nahdlatul Ulama (PBNU) .
Yahya Cholil Staquf.
Di kantor PBNU, Jakarta.
Rabu (12/1/2022).
Nahdlatul Ulama (NU).
Selalu memikat para
elite politik.
Tiap dekat pemilu.
Atau pilkada.
NU menyatakan tak
terlibat.
Kegiatan politik praktis.
Fokus sebagai ormas.
Sesuai hasil Muktamar
1984.
Tapi tetap punya pengaruh
kuat.
Dekat pemilu.
Dan pemilihan presiden.
Semua elite politik.
Rajin sowan pengurus NU.
Hingga para kiai di
daerah.
NU punya peran besar.
Dalam politik Tanah Air.
Pemilu tahun 1955.
Zaman Orde Lama.
Dipimpin Presiden
Sukarno.
NU berjaya sebagai
partai politik.
Hasil pemilu tahun 1955.
1)
Partai Nasional Indonesia (PNI) = 57
kursi.
2)
Masyumi
= 57 kursi.
3)
Nahdlatul
Ulama (NU) = 45 kursi.
4)
Partai Komunis Indonesia (PKI) = 39
kursi.
5)
Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
= 8 kursi.
6)
Partai Kristen Indonesia (Parkindo) =
8 kursi.
7)
Partai
Katolik = 6 kursi.
8)
Partai Sosialis Indonesia (PSI) = 5
kursi.
9)
Ikatan Pendukung Kemerdekaan
Indonesia (IPKI) = 4 kursi.
10) Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti)
= 4 kursi.
(Sumber
Wikipedia)
NU punya banyak kader militan.
Disebut warga Nahdliyin.
NU jadi incaran banyak
elite.
Demi kepentingan politiknya.
Mereka merapat ke:
1)
Pengurus NU.
2)
Para kiai.
3)
Pesantren.
Para kiai NU punya basis
massa.
Memberi pengaruh kuat.
Bagi dukungan politik
warga.
Para santri.
Lazimnya patuh.
Terhadap ucapan dan tindakan.
Para kiai.
NU punya 2 karakter.
Yaitu:
1)
Struktural.
2)
Kultural.
NU struktural.
Diwakili pengurus NU.
NU kultural.
Yaitu pengaruh NU dalam budaya.
Kalimat positif.
NU seperti gadis manis.
Jadi rebutan.
Kalimat negatif.
NU terombang ambing.
Seperti buih.
(Sumber Wikipedia)
0 comments:
Post a Comment