MALU
RASANYA 212
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. MALU
RASANYA, Oleh M. Nigara
2. (Wartawan
Senior, Mantan Wasekjen PWI)
3. LAMA
saya pertimbangkan untuk menuliskan hal ini.
4. Ada
rasa yang berbeda dari biasanya.
5. Maklum
banyak di antara mereka adalah orang-orang yang saya kenal.
6. Tetapi
rasa malu yang membuncah membuat saya akhirnya menuliskan juga otokritik ini.
7. Ya,
sebagai orang yang pernah bergelut sebagai wartawan, sempat menjadi Pemred, dan
Pemimpin Umum di beberapa media cetak nasional.
8. Sungguh
saya malu melihat apa yang saat ini dilakukan oleh mereka yang masih aktif di
media.
9. Sebagai
sesama wartawan, tentu basis keilmuan kita sama.
10. Bagi
kita, kebenaran wajib dilaporkan.
11. Bagi
kita, berpihak dalam melaporkan fakta dalah haram hukmunya.
12. Apalagi
jika dilakukan karena ada imbalan materi.
13. Bagi
kita, kebebasan dan netralitas wajib dijaga dan harus terjaga.
14. Untuk
itu, kita dilindungi oleh hukum dan dan undang-undang.
15. Tapi,
belakangan ini, tepatnya sekitar 2 tahun terakhir.
16. Ada
yang aneh menyeruak di dunia pers kita.
17. Netralitas
seperti tersapu gelombang.
18. Keberpihakan
menjadi terang-benderang.
19. Fakta
di depan mata, bukan lagi berita.
20. Mereka
telah mengubah jatidiri kewartawanan menjadi pedagang.
21. Mereka
telah mengkhianati kejujuran.
22. Mayoritas
media mainstream tidak lagi berada di orbit jurnalisme yang sesungguhnya.
23. Mereka
ramai-ramai telah -maaf- menjual diri mereka dengan sangat murah.
24. Sungguh
memalukan.
25. Mereka
telah berubah menjadi WTS (Wartawan Tanpa Suratkabar) yang hidupnya hanya
mengejar amplop.
26. Hersubeno
Arief dan Ilham Bintang adalah 2 sahabat saya yang telah lebih dulu menorehkan
opininya.
27. Bunuh
diri pers, kata Hersu, begitu biasa saya sapa, menuliskan pandangannya. Keras
dan tegas.
28. Begitu
juga Ilham, menuliskan rakyat telah menemukan cara sendiri untuk menyampaikan
berita.
29. "Rakyat
telah mencabut media mainstream dari sanubarinya!"
30. Tak
terbayangkan, ada jutaan manusia (saya sengaja tidak menulis umat islam dan
umat-umat agama lainnya).
31. Berkumpul
bersama di 1 tempat (saya juga sengaja tidak menuliskan Monas).
32. Sangat
damai, tertib, dan mampu membersihkan tempat dengan baik, tidak jadi berita.
33. Sungguh
aneh, fakta besar dilewati begitu saja.
34. Mereka
mengabaikan seolah-olah mata mereka buta dan kuping mereka tuli.
35. Kawan,
sungguh malu rasanya engkau berbuat seperti itu.
36. Sebagai
sesama wartawan, aku ingin bertanya di mana nuranimu?
37. Di
mana engkau sematkan kejujuranmu?
38. Kawan,
engkau boleh memilih siapapun untuk menjadi apa pun.
39. Tetapi
ketika engkau menggunakan jubah kewartawanan, engkau wajib menyuarakan
kebenaran.
40. Engkau
bukan dirimu, tapi englau adalah garda terdepan dari kebenaran.
41. Pertanyaannya:
"Tidakkah engkau melihat jutaan manusia berkumpul di 1 tempat Ahad
(2/12/18)?"
42. Lalu,
kemana engkau berada hingga engkau abaikan semua itu?
43. Sekali
lagi, malu rasanya melihat semua itu.
44. Pertanyaannya,
malukah engkau dengan prilakumu?
45. Beruntung
masih ada tvone yang secara gagah meliput detik demi detik seluruh peristiwa
itu.
46. Ya,
seperti slogannya: tvone memang beda!
47. Sekali
lagi, semoga ada rasa malu di hatimu seperti malu yang menyeruak di dadaku.
48. Semoga
Allah SWT mengampuni kita semua.
49. Dan
semoga NKRI juga dalam lindunganNya, aamiin.
(Sumber: internet)
0 comments:
Post a Comment