Sunday, July 30, 2017

156. KOSA

TAFSIR AL-QURAN DAN PEMILIHAN KOSAKATA
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Beberapa orang bertanya,”Tolong dijelaskan hubungan antara Tafsir Al-Quran dan Pemilihan Kosakata? ? Profesor Quraish Shihab menjelaskan Hubungan Tafsir Al-Quran dengan Pemilihan Kosakata.
      Tafsir merupakan keterangan atau penjelasan tentang ayat Al-Quran agar maksudnya lebih mudah dipahami. Kosakata adalah perbendaharaan kata.
      Kata merupakan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
      Al-Quran menggunakan kosakata yang digunakan oleh orang Arab pada zaman Nabi Muhammad, tetapi pengertian kosakata tersebut tidak selalu sama dengan pengertian yang populer di kalangan mereka.
      Al-Quran menggunakan kosakata tersebut, tetapi bukan dalam bidang semantik yang mereka kenal. Semantik adalah pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata.
       Perkembangan bahasa Arab memberikan pengertian baru untuk  kosakata yang digunakan dalam Al-Quran. Seorang mufasir tidak bebas memilih pengertian yang dikehendakinya atas dasar pengertian satu kosakata pada masa pra-Islam, atau yang kemudian berkembang.
      Mufasir ialah orang yang menerangkan makna atau maksud ayat Al-Quran. Mufasir merupakan orang yang ahli dalam penafsiran.
       Seorang mufasir harus memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan serta konteks pembicaraan ayat, juga harus memperhatikan penggunaan Al-Quran terhadap setiap kosakata, dan mendahulukannya dalam memahami kosa kata tersebut daripada pengertian yang dikenal pada masa pra-Islam.
     Secara umum para mufasir tidak boleh menggunakan pengertian baru yang berkembang kemudian.
      Apabila tidak ditemukan pengertian khusus untuk satu kosakata atau terdapat petunjuk yang menjelaskan ayat Al-Quran, maka para mufasir bebas memilih arti yang dimungkinkan.
      Misalnya, kata “alaq” dalam wahyu pertama. Al-Quran surah Al-Alaq, surah ke-96 ayat 2. “Allah telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”
       Kata “Alaq” mempunyai banyak arti, antara lain: segumpal darah, sejenis cacing lintah, sesuatu yang berdempet dan bergantung, kebergantungan, dan sebagainya.
     Seorang mufasir mempunyai kebebasan untuk memilih salah satu kosakata dari arti tersebut, dengan menampilkan alasannya.
      Perbedaan pendapat para mufasir karena pemilihan kosakata atau arti tersebut harus ditoleransi dan ditampung, selama dikemukakan dalam batas tanggung jawab dan kesadaran. Para mufasir tetap memperoleh pahala dari Allah, meskipun pada akhirnya pendapat tersebut terbukti keliru.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

0 comments:

Post a Comment