Sunday, July 30, 2017

155. MEKAH

TAFSIR AL-QURAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan hubungan antara Tafsir Al-Quran dengan Ilmu Pengetahuan? Profesor Quraish Shihab menjelaskan hubungan antara   Tafsir Al-Quran dengan Ilmu Pengetahuan.
      Tafsir merupakan keterangan atau penjelasan tentang ayat Al-Quran agar maksudnya lebih mudah dipahami. Ilmu ialah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu dalam bidang tertentu.
      Sebagian ulama berpendapat masalah “syariat”, yaitu Al-Quran dan hadis harus dipahami berdasarkan pemahaman masyarakat pada zaman turunnya.
      Hal Ini mengakibatkan pembatasan dalam memahami teks ayat Al-Quran berdasarkan pemahaman disiplin ilmu dan tingkat pengetahuan masyarakat pada masa turunnya Al-Quran yang masih terbelakang dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
     Pembatasan seperti itu sulit diterima, karena Al-Quran diturunkan untuk semua umat manusia di mana saja dan kapan saja. 
      Mustahil bisa menjadikan semua orang berpikir dengan pola yang sama.  Al-Quran memerintahkan setiap orang berpikir, tentunya setiap orang akan menggunakan pikirannya berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan.
      Oleh karena itu, gagasan teks ayat Al-Quran harus dipahami berdasarkan pemahaman disiplin ilmu dan tingkat pengetahuan masyarakat pada zaman Nabi sulit diterima.
      Perbedaan pemikiran ilmiah kontemporer dengan pembenaran setiap teori ilmiah. Kontemporer ialah bermakna pada masa kini atau dewasa ini. Teori ilmiah adalah pendapat berdasarkan penelitian dan penemuan ilmiah.
       Ketika ilmu pengetahuan membuktikan secara pasti dan mapan bumi bulat, maka mufasir akan memahami dan menafsirkan firman Allah dalam Al-Quran surah Nuh, surah ke-71 ayat 19.  “Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan.”
       Kata “hamparan” tidak bertentangan dengan bumi bulat, karena bumi “terhampar” bisa disaksikan manusia ketika melangkahkan kakinya, dan redaksi ayat tersebut  bukan “Allah menciptakan”,  tetapi  “Allah menjadikan untuk kamu” sebagai hamparan.
      Para ahli  sudah bisa mendeteksi jenis kelamin janin bayi dalam perut ibunya,  pemahaman terhadap ayat Al-Quran surah Ar-Ra’du, surah ke-13 ayat 8.
     “Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.”
      Pemahaman kata “apa”, yang tadinya bermakna sebagai “jenis kelamin bayi” menjadi lebih umum dari sekadar jenis kelamin. Sehingga mencakup masa depan, bakat, jiwa, dan segala perinciannya.
      Kata “apa” dalam istilah Al-Quran dapat mencakup segala sesuatu. Dan kalimat “Allah mengetahui”,  bukan berarti “hanya Allah saja yang mengetahui”, apabila yang dimaksud dengan “apa” adalah jenis kelamin janin.
      Pemahaman dan penafsiran ayat Al-Quran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tentunya tidak bisa ditempuh, apabila ayat Al-Quran harus dipahami seperti zaman Nabi. 
      Pemakaian teori ilmiah yang belum mapan dalam penafsiran ayat Al-Quran, harus dibatasi. Karena bisa mengakibatkan mengulang kesalahan zaman dahulu. Ketika penafsiran Kitab Suci (Kristen) terbukti bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang sejati. 
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

0 comments:

Post a Comment