PANGGILAN IBADAH HAJI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang panggilan ibadah haji?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Al-Quran surah Al-Haj, surah ke-22 ayat 27.
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”.
Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim, “Kumandangkanlah panggilan kepada manusia untuk melaksanakan ibadah haji”. Nabi Ibrahim menjawab,”Ya Allah, suara saya tidak akan terdengar oleh seluruh manusia”. Kemudian Allah berfirman,”Yang penting serukan panggilan itu, Kami yang akan memperdengarkannya”.
Sungguh Maha Benar Allah, sekarang ini semua umat Islam di seluruh pelosok penjuru dunia, pasti pernah mendengar adanya panggilan ibadah haji, dan memahami adanya kewajiban ibadah haji sebagai tamu-tamu Allah.
Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 197.
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”
Al-Quran menjelaskan kepada para tamu undangan untuk beribadah haji, “Datanglah dengan membawa bekal", itulah kelak yang akan menentukan “layanan Tuan rumah” kepada para tamu.
Kakbah adalah “rumah” Allah tanpa warna warni yang mengesankan kesederhanaan, dan bangunan Kabah dapat mengarah ke mana saja, karena dari mana pun para tamu masuk, asalkan membawa bekal yang baik, maka para tamu akan diterima oleh Allah.
Terdapat tata cara “protokoler” yang ditetapkan oleh Allah, yang mungkin menimbulkan pertanyaan atau mungkin ditertawakan apabila bekal yang dibawa tidak mencukupi.
Para tamu Allah diminta untuk mengelilingi bangunan Kakbah, mondar mandir antara bukit Sofa dan Marwa, melontar dengan kerikil kecil, mencium batu hitam Hajar Aswad, pakaian yang dikenakan oleh lelaki tidak boleh berjahit, alas kaki jangan menutup mata kaki, dan ketika berpakaian ihram, maka tidak boleh berhias lagi.
Menyisir rambut, menggunting kuku, dan mencabut bulu apabila dilakukan akan terkena denda, lebih-lebih lagi bercumbu suami dan istri, membunuh binatang, dan mencabut tumbuhan akan terkena “dam” (denda).
Banyak sekali pengunjung di sekeliling Kakbah, sehingga banyak kepentingan yang dapat berbenturan, serta terdapat penggoda, setan dan iblis banyak yang berkeliaran menanti mangsa atau mencari pengikut.
Apabila bekal kita tidak cukup, maka bukan “rumah” Allah yang kita jumpai, tetapi sarang iblis yang akan kita huni, dan bekal yang terbaik adalah “takwa”, yaitu nama himpunan simpul keagamaan yang mencakup pengetahuan, ketabahan, keikhlasan, kesadaran akan jati diri, serta persamaan manusia dan kelemahannya di hadapan Allah.
Dengan bekal pengetahuan, sang tamu akan sadar bahwa apa yang dilihat dan dilakukannya adalah simbol yang penuh makna, dan apabila dihayati akan mengantarkannya ke dalam pemahaman bahwa “rumah” Allah yang mengarah ke segala arah melambangkan Allah yang berada di segala arah.
Ketika kesadaran ini muncul, maka tanpa segan para tamu akan mencium atau atau melambaikan tangan ke arah batu hitam “Hajar Aswad”, karena melambangkan “tangan” Allah yang diulurkan untuk menerima para tamunya yang datang dan mengikat janji setia.
Dengan bekal kesadaran akan persamaan manusia dan kelemahannya di hadapan Allah, maka para tamu akan melepaskan atribut “kebesaran dunia” pada saat melepaskan pakaian sehari-harinya dan menggantinya dengan pakaian ihram.
Sejak saat inilah para tamu Allah tidak gampang tersinggung, dan tidak cepat marah, karena perasaan “kesombongannya” telah ditinggalkannya dan diganti dengan perasaan tunduk dan patuh dihadapan Allah.
Langkah pertama untuk memperoleh dan menjaga bekal takwa adalah dengan meluruskan niat, menyingkirkan segala rayuan, menghapus semua iming-iming dunia, dan hanya menghadapkan wajah kepada Allah semata.
Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 196.
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۖ وَلَا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّىٰ يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ ۚ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۚ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗ ذَٰلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidiah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidiah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidilharam (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya”.
Sempurnakan haji dan umrah karena Allah semata, karena Nabi bersabda,”Nilai setiap perbuatan ditentukan oleh niat pelakunya”.
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ
“Sesungguhnya, semua amal perbuatan tergantung kepada niatnya”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment