EGOISME PEROKOK
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang egoisme seorang yang merokok?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Seorang perokok berat berkata, “Merokok adalah hak pribadi saya, maka apa pun bahaya merokok adalah risiko saya pribadi, dan saya akan menanggungnya sendiri, bukankah hidup ini adalah milik saya sendiri?”
Temannya berkata kepada orang yang merokok,”Maaf Mas, bukan begitu, dalam ajaran agama Islam dan pertimbangan akal manusia, hidup yang kita nikmati adalah pemberian dari Allah, dan diperintahkan oleh Allah digunakan untuk keselamatan dan kesejahteraan diri kita, keluarga, masyarakat, dan seluruh umat manusia.
Setiap manusia mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri dan kewajiban terhadap orang lain, karena Nabi Muhammad bersabda,”Sesunguhnya fisik jasmani seorang manusia memiliki hak atas dirinya sendiri”.
Kewajiban bagi setiap manusia muncul karena penggunaan berbagai kenikmatan dan fasilitas yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia untuk diolah oleh manusia dengan masyarakat sekitarnya.
Apabila manusia menyia-nyiakan hidupnya, maka kewajiban manusia yang lain untuk mengingatkannya, karena mengingatkan manusia yang salah dan keliru adalah kewajiban sesama manusia yang lain.
Semua sikap dan tindakan seorang manusia pasti memberikan pengaruh terhadap dirinya, keluarga, dan lingkungannya, yang akan memberikan dampak positif atau negatif, sehingga sangat salah dan keliru apabila kita menganggap bahwa masalah merokok dan kegiatan lainnya adalah urusan pribadi.
Seorang perokok yang mengepulkan asap ke udara dan orang-orang yang tidak merokok di sekitarnya terpaksa harus menghirup udara yang telah dikotori oleh racun nikotin dari rokok dan mencium bau aroma rokok yang diisap.
Senyum simpul kegembiraan yang ditampilkan oleh seseorang pada pagi hari yang cerah akan menularkan kegembiraan tersebut terhadap sekelilingnya dan membuat suasana yang indah dan menyenangkan bagi semua orang di sekitarnya.
Sebaliknya, suara teriakan dan jeritan gejolak amarah dari orang-orang yang sedang bertengkar akan mendebarkan jantung orang-orang yang mendengarnya, sehingga setiap manusia pasti terpengaruh oleh kondisi lingkungannya.
Cinta dan kasih sayang dapat kita peroleh dari orang tua kita, keluarga kita, dan masyarakat sekitar, sedangkan sikap, perilaku, dan ilmu pengetahuan dapat kita raih dari para guru dan para ilmuwan yang mendidik dan mengajar kita.
Perasaan aman dan ketenangan dapat diperoleh dari kehadiran petugas keamanan, polisi, tentara, dan para hakim yang adil dan bijaksana, serta para seniman yang menyejukkan jiwa kita, dan para ilmuwan yang membuka cakrawala pikiran kita, demikian seterusnya.
Kita berteduh di bawah pohon yang rindang dan dapat menikmati buah-buahan yang segar, karena ditanam oleh generasi terdahulu, sehingga sangat wajar apabila kita sekarang merasa ikut terpanggil untuk menjaga lingkungan kita dan berkewajiban untuk menanam pohon atau kebaikan berupa apa pun yang dapat dinikmati oleh generasi berikutnya.
Apabila demikian, maka sebaiknya kita tidak berkata, “Saya bebas melakukan apa pun dan di mana pun, karena itu adalah hak pribadi saya, tidak boleh ada orang yang melarangnya, dan saya akan mempertanggungjawabkannya.”
Tetapi agama Islam mengajarkan untuk mengorbankan kepentingannya sendiri untuk kepentingan orang lain, seperti dalam Al-Quran surah Al-Hasyr, surah ke-59 ayat 9.
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Allah memuji sekelompok sahabat Nabi yang “Mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri mereka sendiri, meskipun mereka sendiri dalam kesusahan”.
Hal ini sangat berbeda dengan orang-orang yang merokok dan kegiatan apa pun yang tidak baik, yang mengutamakan kepentingan dan kesenangannya sendiri, meskipun mengancam kesehatan orang lain dan dapat merusak lingkungannya.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment