Sunday, November 8, 2020

6418. IMAM SYAFII BERKATA AL-ASRI SUDAH CUKUP UNTUK PETUNJUK MANUSIA

 


IMAM SYAFII BERKATA AL-ASRI CUKUP UNTUK PETUNJUK MANUSIA

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Al-Quran surah Al-Ashri (surah ke-103) ayat 1-3.

 

 

وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

 

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran. 

 

Waktu harus diisi dengan berbagai kegiatan yang  positif.

 

Al-Quran surah Al-Ashri (surah ke-103) menyebut 4 hal yang bisa menyelamatkan manusia dari kerugian, yaitu:

 

 (a) beriman.

(b) beramal saleh.

 

(c) saling berwasiat dalam kebenaran.

(d) saling berwasiat dengan kesabaran.

 

Setelah beriman kepada Allah adalah “amilush-shalihat” (melakukan amal kebaikan).

 

Kata “amal” (pekerjaan) dipakai Al-Quran untuk menggambarkan “perbuatan yang disadari oleh manusia dan jin”.

 

 Sebagian ulama berpendapat “amal” dalam Al-Quran tidak semuanya mengandung arti “berwujudnya suatu pekerjaan di alam nyata”.

 

Niat untuk melakukan sesuatu yang baik juga disebut “amal”.

 

Niat yang baik sudah dinilai sebagai “amal”.

 

Al-Quran surah Al-Zalzalah (surah ke-99) ayat 7.

 

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

 

Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.

 

 

       Amal perbuatan manusia yang beraneka ragam bersumber dari 4 daya yang dimilikinya, yaitu:

 

1.               Daya tubuh.

Yang memungkinkan manusia punya      keterampilan teknis.   

    

 

2.               Daya akal.

Yang memungkinkan manusia bisa  mengembangkan ilmu dan teknologi, serta memahami dan memanfaatkan sunatullah.

 

3.               Daya kalbu.

Yang memungkinkan manusia punya  moral, estetika, etika, serta mampu berkhayal, beriman, dan merasakan kebesaran Allah.

 

4.               Daya hidup.

Yang memungkinkan manusia bisa  menyesuaikan diri dengan lingkungan, mempertahankan hidup, dan menghadapi tantangan dalam kehidupan.

 

 

      Ke-4 daya ini jika dipakai sesuai petunjuk AIlah, akan menjadikan perbuatan itu sebagai “amal saleh”.

 

Kata “shalih” terambil dari akar kata  “shaluha”.

Shaluhah  dalam kamus  bahasa  Al-Quran “antonimnya”  (lawan kata) dari kata “fasid”(rusak). 

 

 Kata “saleh” diartikan sebagai “terhentinya kerusakan”.

 

Kata “shalih” juga diartikan “bermanfaat” dan “sesuai”.

 

Amal saleh” adalah pekerjaan yang dilakukan tidak menyebabkan “madharrat” (kerusakan), atau atau akan menghasilkan “manfaat” dan “kesesuaian”.

 

 

Kata “shaluha” dalam berbagai bentuknya terulang dalam Al-Quran 180 kali.

 

Kata “shaluha” ada yang dibentuk,  sehingga “butuh objek” (transitif),  dan  ada  yang “tidak butuh objek”  (intransitif).

 

      Bentuk pertama menyangkut kegiatan objek penderita, yang memberi kesan objek itu mengandung kerusakan dan ketidaksesuaian.

 

Pekerjaan yang dilakukan akan menjadikan objeknya rusak.

 

Bentuk kedua menunjukkan terpenuhinya nilai manfaat dan kesesuaian  pekerjaan yang  dilakukan.  

 

 

      Usaha menghindarkan kerusakan pada sesuatu dan menyingkirkan  “madharrat” (kerusakan) yang ada padanya disebut “ishlah”.

 

Usaha menjagaa kesesuaian dan manfaat pada sesuatu disebut “shalah”.

 

Al-Quran tidak menjelaskan tolok ukur pemenuhan nilai keserasian.

 

Para ulama berbeda pendapat tentang definisi “amal saleh”.

 

Sebagian ulama berpendapat “amal saleh” adalah “segala perbuatan yang berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan”.

 

Jika orang mampu melakukan “amal saleh” disertai “iman”, maka dia telah memenuhi 2 hal (beriman dan amal saleh) dari 4 hal yang harus dipenuhi untuk membebaskan dari kerugian total.

 

Yang ke-3 dan ke-4 adalah “Tawashauw bil haq” dan “tawashauw bish-shabr” (saling menasihati tentang kebenaran dan kesabaran.

 

Kata “haq” dapat diartikan “kebenaran yang diperoleh melalui pencarian ilmu”.

 

Kata “shabr” adalah “ketabahan menghadapi segala sesuatu”, dan “kemampuan  untuk menahan rayuan nafsu untuk mencapai yang terbaik”.

 

 

Surah Al-Ashri (surah ke-103) ayat 1-3 berpesan agar  orang tidak  hanya mengandalkan “iman” saja.

 

Tetapi juga “amal saleh” .

 

Bahkan “iman” dan “amal saleh” belum cukup, karena masih butuh “ilmu”.

Sebagian ulama berpendapat iman, amal saleh, dan ilmu sudah cukup memadai bagi seseorang.

 

Tetapi orang masih perlu “saling memberi nasihat agar tetap tabah dan sabar dalam kebenaran”. 

 

Al-Quran menjelaskan amal perbuatan bukan sekadar upaya memenuhi kebutuhan manusia untuk makan, minum, dan rekreasi.

 

Tetapi bekerja yang beraneka  ragam sesuai dengan bakat dan minat manusia.

 

Rasulullah bersabda,”Manusia yang akalnya belum terkalahkan oleh nafsunya, wajib mengatur waktunya, sebagian untuk munajat dengan Allah, introspeksi dan memikirkan ciptaan Allah, serta untuk diri dan keluarganya guna memenuhi kebutuhan makan dan minum”. 

 

 

Imam Syafii berkata,”Jika manusia memahami dan memikirkan kandungan      surah Al-Ashri (surah ke-103) ayat 1-3, maka sudah cukup menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia”.

 

 

 

 Daftar Pustaka

1.               Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   

2.               Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.               Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.               Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.               Tafsirq.com online.

0 comments:

Post a Comment