HOS COKROAMINOTO BAPAK PENDIRI
BANGSA
Drs.
H. M. Yusron Hadi, M.M.
Satu
abad yang lalu, Budi Utomo, organisasi yang cukup berpengaruh saat itu, melalui
koran Djawi Isworo, secara terang-terangan melakukan penghinaan terhadap
Rasulullah Saw dengan mengatakan Beliau adalah laki-laki pemadat dan menikmati
candu.
Yang
teramat sangat marah pada saat itu adalah seorang pemuda yang kelak menjadikan
titik balik lahirnya Indonesia.
Pemuda
dengan girah luar biasa itu COKROAMINOTO.
Yang
dg sigap mengajak orang-orang yang bergirah sama untuk mempersiapkan Muktamar
Kaum Muslimin tanggal 17-2-1918.
Tak
cukup sampai disitu,
Cokro
berkeliling Indonesia menceritakan sejarah Rasulullah untuk membangkitkan
kecintaan umat Islam terhadap Nabi-nya.
Perjalanan
itu tidak sia-sia.
Cokro
berhasil membentuk Tentara Kanjeng Rasulullah dengan menghimpun 2,5 juta
tentara.
Bahkan
nama Indonesia itu lahir di rumah Cokro.
Sebelum
itu belum ada nama Indonesia.
Tahun
1924, bersama Agus Salim, Cokro membuat Muktamar Al-Islam dengan 2 agenda utama.
Yaitu
:
1. Berpegang teguh pada tali Allah
2. Jangan berpecah belah
Cita-cita
Cokro hanya satu, menjadikan Indonesia merdeka dengan Al-Quran sebagai tulang
punggungnya.
ltulah
mengapa pada HUT RI ke-10, Agus Salim berpidato.
"Alhamdulillah
Indonesia sudah merdeka, tapi belum sesuai dengan cita-cita pendirinya".
Cokro
punya murid yang akhirnya menjadi tokoh sayap kiri sampai kanan.
Kita
mengenal Semaun, Aidit, Sukarno, dan Kartosuwiryo.
Kartosuwiryo
adalah asisten dan sekretaris pribadi
beliau.
Jika
mau jujur, maka pemikiran Kartosuwiryo paling otentik dengan Cokro, sang
Founding Father.
Bagaimana
seorang Cokro punya pemikiran visioner dan membahana seperti itu.
DNA
ayahnya tak terelakkan mewarisi sikap Brave Heart yg langka saat itu.
Ayah
Cokro adalah salah satu panglima tertinggi perjuangan kemerdekaan Indonesia,
Pangeran Diponegoro.
Kenapa
semua seakan saling berangkai, dan buku sejarah tak pernah menceritakan itu,
why ??
Itulah
Deviasi Sejarah, seakan ditutup-tutupi, agar girah dan perjuangan umat Islam
itu tak membahana dan kian meraksasa.
Pangeran
Diponegoro dikisahkan dalam buku sejarah, melawan Belanda karena tanahnya
direbut paksa.
Perjuangan
Pangeran Diponegoro tidak sereceh dan serendah itu.
Tapi
benar-benar utusan Ke-Khalifaan Turki Usmani, dengan sebuah visi: "
Biladil Islam fii Tanah Jawi bil Quran ".
Dari
fakta sejarah yg berhasil diungkap oleh Profesor Ahmad Mansyur melalui bukunya
"Api sejarah".
Terbukti
dan fakta yang tak terbantahkan bahwa Indonesia lahir dari tangan para ulama
yang berjuang atas dasar Islam.
Mereka
yang kita kenal sebagai pejuang nasional tak lain adalah para ulama.
Yang
bukan saja penghafal Quran.
Tapi
benar-benar membumikan nilai Quran di Indonesia.
Terbukti
adanya 70 kerajaan Islam yg tersebar di seluruh penjuru indonesia.
Ke-Khalifahan
bukan hal baru saat itu.
(Sumber
internet Trisnowati)
0 comments:
Post a Comment