PENGERTIAN FRAMING BERITA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Al-Quran
surah Al-Hujurat ayat 6.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن
جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا
بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
FRAMING BERITA
Adalah metode penyajian fakta kebenaran suatu kejadian yang tidak
ditolak secara total.
Tapi dibelokkan secara halus, dengan memberi penonjolan pada aspek
tertentu.
Siapa pun yang mengendalikan media akan menguasai pikiran
masyarakat.
Itulah kalimat yang sering kita dengar bagaimana media yang sangat
besar mampu mengubah dunia.
Saat ini manipulasi informasi tidak lepas dari peran propaganda,
biasanya dikendalikan elit politik.
Framing adalah membingkai sebuah peristiwa.
Framing dipakai untuk mengetahui cara pandang yang dipakai
wartawan atau media massa saat menyeleksi isu dan menulis berita.
Framing merupakan metode penyajian realitas di mana kebenaran
tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total.
Tapi dibelokkan secara halus, dengan memberikan penonjolan pada
aspek tertentu.
Penonjolan aspek tertentu dari isu berkaitan dengan penulisan
fakta.
Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa dipilih dan bagaimana
aspek itu ditulis.
Hal ini sangat berkaitan dengan pamakaian diksi atau kata,
kalimat, gambar atau foto, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada umum.
Framing media terhadap fakta tertentu akan memperlihatkan secara
jelas arah kebijakan politis media itu.
Misalnya, ada kegiatan
demo yang diikuti cuma 6 orang.
Jangan difoto jumlah
orangnya.
Tapi foto dan
tonjolkan tulisannya.
Jika difoto jumlah orangnya, maka akan tampak jumlahnya sangat
sedikit.
Maka harus ditonjolkan tulisannya agar orang lupa tentang jumlah
orangnya.
Teknik ini biasanya dimulai oleh orang yang berpengaruh di media
sosial.
Pengikutnya tanpa berpikir panjang langsung menyebarkannya.
Tidak heran jika saat ini pengguna media sosial begitu mudahnya
dibenturkan.
CONTOH FRAMING BERITA
1. Faktanya ada orang yang dikejar-kejar
orang lain dengan membawa sebilah pisau.
2. Tapi kamera hanya menampilkan
sudut tertentu.
3. Maka gambar yang sampai
pemirsa terjadi sebaliknya.
4. Orang yang membawa pisau
digambarkan diancam oleh orang yang dikejar-kejar.
5. Berita menjadi terbalik.
6. Si pengancam diberitakan
menjadi pihak terancam.
7. Faktanya diubah menjadi
sebaliknya oleh media itu.
8. Korban berubah menjadi
pelaku.
CONTOH FRAMING BERITA
LAIN
1. Seorang pria melihat
seekor harimau menyerang seorang wanita.
2. Sontak pria itu menyerang
harimau itu hingga mati.
3. Hari berikutnya media
menulis, "Pahlawan Amerika menyelamatkan seorang gadis dari serangan harimau."
4. Laki-laki itu meralat,
"Saya bukan orang Amerika."
5. Hari berikutnya media
menulis, "Pahlawan asing menyelamatkan seorang gadis Amerika dari serangan
harimau."
6. Laki-laki itu berkata,
"Sebenarnya saya seorang Muslim"
7. Hari berikutnya.. Breaking
News; "Seorang teroris menyerang seekor harimau yang tidak bersalah ketika
sedang bermain dengan seorang wanita."
Gambaran di atas bentuk framing media sekarang ini.
Media memakai bahasa hiperbola untuk membesar-besarkan fakta.
Framing bukan kebohongan.
Tapi mereka mencoba membelokkan fakta secara halus.
Caranya dengan memilih angle (sudut pandang) yang berbeda.
Framing dilakukan dengan cara menyeleksi berita mana yang mereka
pilih, mana yang tidak.
Menonjolkan unsur tertentu, menambahkan kata, bunyi, atau gambar
tertentu.
Tujuannya meniadakan, atau setidaknya mengaburkan informasi
sebenarnya.
(Sumber internet)
0 comments:
Post a Comment