AIR
MATA SIEM MEI HWA REUNI 212
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. Pengalaman
"Air Mata" Siem Mei Hwa di Reuni 212
2. Awalnya
aku hanya ingin tahu dan ingin melihat saja.
3. Tentang
reuni 212 yang katanya di hadiri jutaan manusia.
4. Pukul
06.00 WIB aku berangkat dari Depok menuju Monas tempat berkumpulnya alumni 212.
5. Jam 7
kurang aku sudah sampai.
6. Aku
terkejut dan takjub, karena memasuki bunderan HI manusia sudah berjubel.
7. Mobilku
pun berjalan merayap di antara jamaah yang rata-rata berbaju dan berpeci putih.
8. Mereka
begitu ramah mempersilakan mobilku lewat.
9. Namun
aku tak bisa meneruskan, karena sudah tidak bisa masuk lebih jauh lagi dan
jalan sudah dipadati manusia.
10. Seorang
jamaah dengan sopan bertanya padaku, "Mau kemana Bu?",
11. "Mau
cari parkir pak," jawabku tersenyum.
12. "Ibu
mutar ke kanan terus lurus kurang lebih 100 m dari sini ada tempat parkir di
halaman gedung itu, masih bisa parkir, " katanya santun sekali.
13. Setelah
berjalan terseok akhirnya sampai juga aku di gedung yang ditunjukkan bapak
tadi.
14. Selesai
memarkir aku dan keluargaku keluar dari halaman gedung.
15. Aku
terkejut bahkan terperangah.
16. Karena
jalan sudah penuh sesak dg lautan manusia.
17. Mereka
kompak tanpa di komando membaca sholawat dan mengibarkan ratusan bendera tauhid
berwarna warni.
18. Aku
tahu bendera tauhid dari dunia medsos.
19. Aku
dan keluargaku pesimistis, apakah mereka menerima kami untuk ikut nimbrung.
20. Ataukah
sebaliknya mereka akan mengusir kami.
21. Dan
aku pun berpikir bagaimana bila terjadi rusuh?
22. Dalam
situasi yang pesimistis dan kebimbangan.
23. Tiba-tiba
beberapa jamaah menghampiri kami dan memberikan topi yang bertulisan tauhid.
24. Dan
anggota keluargaku pun diberikan beberapa slayer.
25. Kami
di persilahkan ikut bergabung.
26. Rasa
euforia menghinggapi keluarga.
27. Kami
rela berdesakan dengan orang lain yang tak saling mengenal tapi jiwanya ada
rasa kebersamaan.
28. Akupun
tak dapat menahan tangis haru begitu juga anggota keluargaku.
29. Jutaan
rasa yang menghinggapi kami membuat aku terisak.
30. Beberapa
jamaah memberikan tisue kepadaku.
31. Aku
mengusap air mataku, belum pernah perasaan ini berkecamuk sebegitu dahsyatnya.
32. Rasa
takjub dan bangga belum pernah aku lihat manusia sebanyak ini begitu tertib.
33. Puji
Tuhan, ini sungguh luar biasa.
34. Apalagi
saat mendengar lantunan sholawat yang begitu kompak.
35. Tak
henti-hentinya aku mengusap air mata yang menggenangi mataku.
36. Setelah
berjalan sekian puluh meter.
37. Aku
bertemu dengan rekan-rekan yang aku tahu mereka adalah non muslim.
38. Rupanya
mereka merasakan hal yang sama denganku.
39. Dan
aku semakin lebih takjub, karena banyak yang non muslim pun berdatangan.
40. Ikut
membaur dengan para jutaan jamaah.
41. Mereka
pun tak membedakan kami, kami dapat makan dan minuman seperti jamaah yang lain.
42. Mereka
memandang kami sebagai saudara.
43. Yang
lebih mengharu birukan seorang nenek tua memelukku sambil menangis memberikan
sebungkus nasi uduk.
44. Tuhanku...rasanya
lutut ini lemas tak berdaya.
45. Air
mata ini semakin deras membanjiriku. Begitupun yang menyaksikan peristiwa ini.
46. Mereka
seakan terbawa arus yang ku alami.
47. Aku
yang tadinya sempat menilai negatif thinking tentang ini semua.
48. Jadi
mendapatkan suatu nilai moral yang luar biasa.
49. Aku
dan keluarga besarku yang biasa dengar Pasteur khotbah di gereja, atau dengar
Bhikkhu di vihara. Tak pernah sampai seharu ini.
50. Puji
Tuhan. Di sinilah, di 212 lah aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri.
51. Bahwa
merekalah orang-orang yang mempunyai hati terpilih.
52. Yang
mempunyai pesan moral yang tiada ternilai.
53. Untuk
menyikapi rasa persaudaraan sesama anak bangsa.
(Siem Mei Hwa atau Susi Meliana Waty)
0 comments:
Post a Comment