Monday, December 23, 2019

4086. GUS BAHA HAKIKAT SURGA


GUS BAHA HAKIKAT SURGA
Oleh: Drs. H. M. YusronHadi, M.M.
1.    HAKlKAT SURGA DAN NERAKA
2.    Gus Baha pernah menyampaikan begini:
1)    "Dalam disiplin Ilmu Tasawuf, menurut Imam Al Ghozali ; representasi Al-Qur'an tentang surga dan neraka hanya gambaran 'litaqribil afham' .
2)    Yaitu gambaran untuk mendekatkan pemahaman logika manusia.
3)    Al Qur'an adalah kalam Allâh yang qodim.
4)    Ketika turun ke level hawadits, tentu menggunakan bahasa hawadits.
5)    Neraka, dengan bermacam kepedihan azabnya adalah simbol perwujudan dari sukhtullâh (kemurkaan Allâh).
6)    Surga dengan gelimang nikmatnya adalah sebagai perwujudan dari simbol rida Allâh.
7)    Itu saja hakikatnya."
3.    Gus Baha melatih kita berfikir dengan logika sahih.
4.    Agar dalam melakukan kebaikan dan ibadah, murni hanya berdasar iman, syukur, cinta, mengagungkan, dan rindu kepada rida Allâh saja.
5.    Bukan lagi orientasi surga, neraka, atau transaksi dunia lainnya.
6.    Caranya, kita harus kembali pada ajaran tasawuf.
7.    Dengan menjiwai secara penuh kalimah munajat ; "Ilahî anta maqsûdi wa ridhôka matlûbi".
8.    Namun jika belum bisa dan belum mampu, harus selalu dilatih, dan dilatih lagi.
9.    Gus Baha memberi analogi (qiyas).
1)    Kata beliau, "1+1 berapa?
2)    Kamu menjawab 2 itu.
3)    Menunggu saya beri hadiah satu juta, atau tetap menjawab 2 demi menjaga status kewarasan (akal sehat)?
4)    Tentunya tetap menjawab 2, kan?"
5)    "Kenapa demikian?
6)    Karena 1+1 = 2 itu adalah hakikat.
7)    Dan hakikat itu, lâtahtâju ila ujroh; yang namanya mempertahankan hakikat itu,
8)    tidak lagi butuh upah.
9)    Jelas ya?"

10. "Sekarang Allâh sebagai Tuhan itu hakikat atau bukan?
Jawabnya: Hakikat.
11. Misalnya begini; "Ya Allâh, jika Engkau memberikan surga, maka saya akan katakan Engkau Tuhan.”
12. Namun jika tidak, “Maka tunggu dulu'."
13. Orang yang seperti itu, waras atau tidak?
14. Jawabannya, “Pasti orang itu tidak waras."
15. Dengan memahami itu, kita akan berpikir.
16. Ya Alláh, betapa malunya hamba, untuk mengatakan 1+1=2 hamba tidak butuh upah.
17. Tetapi kenapa untuk bersaksi bahwa engkau adalah Tuhan, kita masih berharap surga dan takut neraka, bahkan sampai transaksi masalah duniawi?
18. Betapa bodohnya kita?!" pungkas Gus Baha.

(Sumber: internet)


Related Posts:

0 comments:

Post a Comment