KEMBALI KE AL-QURAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang makna kembali kepada Al-Quran
dan hadis Nabi?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1. Sejak pertengahan tahun 1950-an Masehi sampai
sekarang, kaum Muslim telah melalui dua periode yang berbeda dalam sikap hidup
mereka.
2. Periode ke-1, Napoleon dengan
ekspedisinya ke Mesir telah membuka mata dan menghentakkan umat Islam, bahwa terdapat
sesuatu yang luar biasa yang telah terjadi pada belahan dunia di tempat lain.
1) Kejutan yang luar biasa tersebut dapat berupa
api yang membakar atau cahaya yang menerangi, dan memunculkan sesuatu yang
positif yaitu kesadaran bahwa umat Islam telah tertinggal dalam kemajuan ilmu
dan teknologi.
2) Segi negatifnya adalah umat Islam yang
silau dengan kemajuan pihak Barat, sebagian berupaya menirunya tanpa menyeleksi
atau berusaha menutupi kelemahan dengan mengingat kejayaan umat Islam pada
zaman lampau.
3) Hilangnya kepercayaan diri, ketika umat
Islam melihat kemajuan Barat dijadikan kompensasi untuk melahirkan sesuatu yang
dikenal sebagai “sastra kebanggaan dan kejayaan masa lampau” dalam dunia sastra
Arab.
4) Dalam bidang tafsir Al-Quran, setiap ada
penemuan baru diklaim bahwa “penemuan tersebut sudah dibicarakan dalam Al-Quran”,
sehingga sebagian umat Islam terbius dengan kejayaan pada masa lalu, dan situasi
inilah yang terjadi pada periode pertama.
3. Periode ke-2, Umat Islam bangkit untuk
menemukan identitasnya dan mempertahankan ajaran agamanya, dan hal ini adalah
sesuatu yang baik, meskipun di sisi lain tetap mengandung segi négatif.
1) Jika dalam periode pertama sebagian umat
berupaya meniru segala yang dihasilkan oleh Dunia Barat, maka pada periode
kedua terdapat pihak yang berusaha mempertahankan segala yang dihasilkan oleh leluhur.
2) Semboyannya adalah,”Umat Islam tidak akan
berjaya, jika tidak menempuh jalan yang ditempuh oleh para leluhur.
3) Kemudian lahir semboyan yang hingga kini
masih terdengar, “Marilah kita kembali kepada Al-Quran dan sunah Nabi”.
4) Semua umat Islam pasti setuju bahwa umat
Islam harus kembali kepada Al-Quran dan hadas Nabi, tetapi yang menjadi masalah
bagaimana cara kembalinya.
5) Al-Quran dan hadis Nabi adalah redaksi
yang termaktub (tertulis), dan keduanya adalah kalimat-kalimat yang sangat
indah, tetapi karena berwujud bahasa, maka seperti halnya semua bahasa, dapat memiliki
berbagai fungsi.
4. Sebagian umat Islam memfungsikan Al-Quran
dan hadis Nabi berikut ini.
1) Melihat pada sisi keindahan langgam dan
iramanya.
2) Sebagai syair yang dikecam dalam Al-Quran.
5. Yang menggunakan bahasa sekadar untuk
tujuan tersebut, digambarkan oleh Al-Quran sebagai orang yang mengembara di setiap
lembah dan suka mengucapkan sesuatu yang mereka sendiri tidak akan melakukannya.
6. Al-Quran surah Asy-Syuara (surah ke-26) ayat
224-226.
وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ أَلَمْ تَرَ
أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ
Dan penyair-penyair itu diikuti oleh
orang-orang yang sesat. Tidakkah
kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah, dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa
yang mereka sendiri tidak mengerjakan (nya)?
7. Sebagian umat Islam menggunakan bahasa
pada “nama-namanya”, bukan pada esensinya. Misalnya kaum musyrik menamakan berhala
adalah tuhan.
8. Al-Quran menjelaskan itu hanya nama-nama
yang kamu dan orang tuamu menjulukinya demikian, sedangkan tidak ada kekuatan
yang diberikan oleh Allah atas nama-nama itu.
9. Al-Quran surah An-Najm (surah ke-53) ayat
23.
إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا
أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ إِنْ
يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ
مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَىٰ
Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu
mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk
(menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan
apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang
petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.
10. Bahasa atau nama-nama akan berfungsi
dengan baik apabila ada kekuatannya.
11. Kekuatan bahasa bukan terletak pada
langgamnya, tetapi terdapat pada sesuatu di balik langgam atau nama itu.
1) Misalnya kalimat,”Kereta api akan berangkat
pukul sembilan pagi”.
2) Hal itu tidak banyak artinya bagi si
musafir apabila dia tidak bergerak, sehingga berada di stasiun kereta api sebelum
jam berangkat.
3) Jika seseorang hanya menghafalkan dan
mengulanginya ribuan kali, maka kalimat itu sekadar menjadi nama tanpa
kekuatan.
12. Demikian juga, apabila kita kembali
kepada Al-Quran dan hadis Nabi, tetapi terbatas pada pesona langgam dan
iramanya atau “nama-namanya” belaka, maka hal itu kurang bermakna.
13. Para ulama sepakat bahwa kebangkitan umat
Islam dapat diraih, apabila umat Islam kembali berpedoman kepada Al-Quran dan hadis
Nabi, yang sesuai dengan cara Nabi Muhammad mengajarkannya.
Daftar Pustaka
1.
Shihab,
M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.
Shihab,
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan
Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.
Shihab,
M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.
Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment