SOEDIRMAN
GURU KECIL JENDERAL BESAR
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. Soedirman
ketika muda, aktif berorganisasi di Muhammadiyah.
2. Dia
pernah menjadi pemimpin Hizbul Wathan, kepanduan Muhammadiyah daerah Banyumas.
Selain itu, dia juga aktif di Pemuda Muhammadiyah.
3. Bahkan,
dia terpilih menjadi Wakil Majelis Pemuda Muhammadiyah cabang Banyumas,
kemudian Jawa Tengah.
4. Bagi
Soedirman, berorganisasi adalah pengabdian, bukan tempat mencari penghidupan.
5. Dia
kadang mengutamakan kepentingan organisasi daripada keluarga.
6. Karena
itu, kendati menjadi pemimpin, rumah tangganya serba kekurangan.
7. Orang
pun heran.
8. Namun,
baginya itu wajar saja.
9. “Bukankah
yang besar itu adalah organisasi.
10. Besarnya
dan mekarnya organisasi bukan berarti harus besar dan mewahnya si pemimpin.
11. Untuk
mencukupi biaya hidupnya, dia aktif sebagai guru di HIS Muhammadiyah di
Cilacap,” demikian tertulis dalam biografi Sudirman Prajurit TNI Teladan. HIS
(Hollandsch Inlandsche School) adalah sekolah dasar dengan masa belajar 7
tahun.
12. Jenderal
Besar Soedirman muhammadiyah
13. Soedirman
Pimpinan Pemuda Muhammadiyah
14. Sebagai
guru, Soedirman mendapat gaji f.3 (tiga gulden Belanda) per bulan.
15. Dia
menjadi guru bukan semata karena kekurangan.
16. Dia
bisa saja mencari pekerjaan lain yang gajinya lebih besar, mengingat saat itu
dia cukup populer sebagai Pemimpin Pemuda Muhammadiyah.
17. “Apakah
artinya uang sebanyak itu (f.3) untuk hidup dalam jangka waktu satu bulan?
18. Jelasnya
bagi Soedirman pekerjaan sebagai pengajar didasarkan atas keikhlasan dan
kesadaran serta rasa tanggung jawab akan pentingnya pendidikan bagi generasi
muda,” demikian disebut dalam buku terbitan Dinas Sejarah TNI AD itu.
19. Soedirman
menyadari kekurangannya sebagai guru karena hanya lulusan sekolah menengah
pertama, MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) Wiworotomo.
20. Dia
tak memiliki ijazah sekolah guru, HIK (Hollandsch Inlandsche Kweekschool).
Untuk mengatasi kekurangannya, dia memilih les kepada guru-gurunya di MULO
Wiworotomo.
21. Dia
juga mendapatkan pengetahuan keguruan dari R. Mokh. Kholil yang memimpin
Muhammadiyah Cilacap dan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah.
22. Soedirman
Beijazah Guru
23. Kendati
tak berijazah guru, Soedirman memiliki bakat sebagai pendidik.
24. Dia
punya pengalaman dalam membimbing anak-anak pandu Hizbul Wathan.
25. Bahkan,
ketika di MULO Wiworotomo, dia dijuluki “guru kecil” karena diandalkan gurunya
untuk membantu teman-temanya yang kesulitan dalam pelajaran.
26. Tak
hanya disukai murid-muridnya karena mengajarnya mudah dimengerti, Soedirman
juga disenangi guru-guru lain.
27. Bahkan,
kepercayaan dari para pengajar membuat Soedirman terpilih menjadi kepala
sekolah HIS Muhammadiyah.
28. Gajinya
naik menjadi f.25,50. Baginya kenaikan gaji itu cukup membantu kekurangannya
dalam rumah tangga.
29. Namun,
yang lebih penting adalah kepercayaan yang diberikan rekan-rekannya dan
pimpinan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah.
30. Tentu
saja, kenaikan pangkat menjadi kepala sekolah berkat ketekunan dan
kesungguhannya sebagai pendidik.
31. Ada
pengalaman unik ketika Soedirman masih menjadi guru.
32. Dia
menceritakannya kepada Pak Kholil. Suatu hari, ketika sedang mengajar, dia
didatangi seorang Tambi (orang Keling dari Bombay).
33. Setelah
becakap-cakap, orang beragama Hindu itu melihat telapak tangan Soedirman dan
berkata: “kelak engkau menjadi orang yang besar, tabahlah.” Soedirman
menganggap ramalan itu biasa saja.
34. Soedirman
Jadi Panglima Besar
35. Menjelang
pendudukan Jepang, Soedirman terpaksa melepaskan pekerjaan yang dicintainya
sebagai kepala sekolah HIS Muhammadiyah.
36. Saat
itu situasinya tak memungkinkan menjalankan pendidikan karena semua orang
terpusat pada serangan Jepang.
37. Dia
bahkan menjadi ketua sektor LBD (Lucht Besherming Dienst) atau Dinas
Perlindungan Bahaya Udara yang dibentuk Belanda.
38. Pada
masa pendudukan Jepang, Soedirman menjadi anggota Syu Sangikai (semacam dewan
perwakilan), kemudian anggota Jawa Hokokai Karesidenan Banyumas.
39. Setelah
mengikuti pelatihan Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor, dia ditempatkan sebagai
daidancho (komandan batalion) Daidan III di Kroya, Banyumas.
40. Setelah
Indonesia merdeka, Kolonel Soedirman menjabat komandan Divisi V TKR Purwokerto.
41. Saat
itu, dia mengatur strategi melawan Sekutu di Ambarawa.
42. Karier
militernya mencapai puncak setelah dia terpilih menjadi panglima besar tentara
Indonesia –inikah maksud “orang besar” yang diramalkan orang Tambi itu?
43. Ketika
Belanda melancarkan agresi militer kedua, Soedirman dalam keadaan sakit melawan
dengan bergerilya dari 19 Desember 1948 sampai 10 Juli 1949.
44. Jenderal
Soedirman, guru yang jadi panglima besar, meninggal dunia pada 29 Januari 1950.
(Sumber:
internet)
0 comments:
Post a Comment