Saturday, March 29, 2025

40122. PENSIUN PENUH KONSENTRASI URUSAN NANTI

 

 


PENSIUN PENUH KONSENTRASI URUSAN NANTI

Oleh: Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Bus masuk terminal.

Penumpang turun.

 

Berganti kendaraan kecil.

Menuju hotel.

 

Hotel Cemoro Indah, Bromo.

 

Pak Kholik membagi kunci kamar.

Tiap kamar berisi 2 atau 3 tempat tidur.

 

Diatur secara acak.

Kecuali 3 orang.

 

Pak Kholik, Pak Baher, dan Pak Zainul Nuri.

Harus selalu sekamar.

 

Di mana saja.

Kapan saja. Mirip Coca-cola.

Sampai pensiun.

 

Peserta berkumpul di lapangan.

 

Menuju kendaraan Jeep Hardtop.

 

Kendaraan 4 WD alias 4 wheels drive merupakan salah satu versi mobil.

 

Mobil pakai penggerak pada 4 rodanya.

Agar mampu berjalan di medanyang berat.

 

Mendapatkan tenaga dan dorongan sempurna.

Biasanya mobil ini berkasis besar.

 

Misalnya, mobil jenis SUV dan Crossover.

 

Peserta diajak berkeliling.

Mengitari gunung Bromo.

 

Melintasi lautan pasir.

Kendaraan naik dan turun dengan tajam.

Uji nyali.

 

Kami berhenti di beberapa lokasi.

Berfoto bergantian.

 

Dengan gaya masing-masing.

Gaya “bul-bul”.

 

Bergaya anak muda.

Meskipun semuanya sudah tua.

 

Sudah berumur 50-an tahun.

Biasa disebut “seket”.

 

Bisa bermakna

 “seneng kethuan”.

 

Artinya: Suka memakai kopiah.

 

Belum 60 tahun.

Belum “sewidak”.

 

Maaf, bisa bermakna “sekarate wis cedak”.

Sudah mendekati ajalnya.

 

Anggota MKKS berkumpul.

Di lokasi kumpulan kuda.

 

Kami bersiap menunggang kuda.

Menuju kawah gunung Bromo.

 

Pak Arie menaiki kuda.

Saya juga.

 

 

Tali kuda dikendalikan si pemilik.

Bisa disebut si kusir.

 

Waktu kami datang.

 

Si kusir yang bernama Kasir sedang duduk di kasur yang kasar.

 

Pak Arie duduk di atas kuda.

Begitu pula saya.

 

      Tiba-tiba terdengar suara yang mengejutkan,

 

”Tret..tret tuut.. tutut..ciuuuut.”

 

Berasal dari belakang kuda yang saya naiki.

 

Terdengar suara “ciut”.

Yang berarti “sempit”.

 

Meskipun lautan pasir amat luas.

 

Si kusir yang bernama Kasir berkata,

“Wah kasihan, kudanya masuk angin.”

 

“Bukan masuk angin, Pak.

Tapi, keluar angin,” teriak Pak Arie.

 

Saya membela Pak Kasir,

 

“Benar Pak Arie, perut kuda masuk angin.

Sehingga terdengar suara kentut.”

 

“Salah! Yang benar keluar angin.

 

Bukan masuk angin,” jelas Pak Arie.

 

Sejak saat itu.

Sampai sekarang.

 

Saya menganggap kudanya “masuk angin”.

 

Pak Arie tetap bersikukuh menganggap “keluar angin”.

 

Sing waras ngalah.

 

Debat kusir terbawa sampai pensiun.

 

Mulai 1 April 2017.

Pak Arie masuk usia purnatugas.

 

Pensiun dari guru PNS.

Sekaligus dari “ambtenar”.

 

Mestinya, semua orang yang pensiun tidak perlu debat kusir.

 

Jangan tertipu urusan “tetek bengek”.

 

Pensiun bisa bermakna Penuh konsentraSI Urusan Nanti.

 

Termasuk saya.

Semoga.

 

(Catatan Gunung Bromo)

 

 

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment