LULUSAN STM TEKNIK MESIN MENJADI GURU (6)
Oleh: Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.
PERTAMA KALI NAIK PESAWAT UDARA
Anak desa naik pesawat udara, karena guru.
Benar! Saya pertama kali naik pesawat terbang, karena
berstatus guru di SMP Negeri Juanda.
Waktu itu, sekitar tahun 1980-an ada murid putera tentara
menawarkan naik pesawat terbang gratis.
Saat itu, peringatan Hari Armada. Ada pilot yang ingin
menambah jam terbang.
Tentu saja, tawaran itu kami terima dengan gembira.
Duduk di dalam pesawat terbang menghadap ke
samping. Bukan ke depan atau ke belakang.
Terjadilah pengalaman luar biasa. Anak desa terbang pertama
kali.
Pesawat kecil berisi empat orang, termasuk pilot dan
copilot. Selama sekitar satu jam kami berputar di sekitar langit
Juanda.
Pertama kali berada di udara. Saya berusaha
melihat pemandangan ke arah bawah. Lewat jendela kecil.
Saya mencari desa
dan atap rumah saya dari udara. Menikmati pemandangan sekitar.
Pemandangan yang menakjubkan. Selama di udara, bergejolak
perasaan gembira dan takut sekaligus.
Alhamdulillah, akhirnya pesawat dapat mendarat dengan
mulus. Semua gembira. Apalagi saya.
MENJADI KOMANDAN UPACARA
Bertugas puluhan tahun. Menghadapi aneka model
dan gaya murid, guru, dan pegawai.
Dengan karakter dan perilaku yang beragam. Membuat saya
memperoleh banyak pengalaman. Suka dan duka. Berpindah tempat tugas: pembagian
guru ke SMP Negeri Juanda, sejak 1 Desember 1981.
Mendekati tempat tinggal, mulai 1 Agustus 1986 mutasi ke
SMP Negeri 1 Sukodono.
Suatu saat, saya bertanya bagaimana cara seorang
penari mampu diam.
Tidak bergerak
selama beberapa menit. “Gerak-gerakkan anggota tubuh yang tertutup, misalnya
jempol dan jari kaki, agar peredaran darah tetap lancar,” jawab seorang guru
seni tari.
Saya mencoba menerapkan ilmu tersebut, ketika menjadi
komandan upacara. Waktu itu, SMP Negeri 1 Sukodono mendapatkan giliran menjadi
komandan upacara 17 Agustus, tingkat kecamatan.
Tidak ada guru yang bersedia, termasuk guru olah raga.
Akhirnya, saya mengajukan diri. Menjadi komandan upacara.
Di lapangan kecamatan Sukodono. Pak Camat sebagai inspektur
upacara.
Dengan pengalaman sebagai Pembina Mahir Pramuka. Saya
berhasil melaksanakan tugas dengan baik. Alhamdulillah.
GURU SELEBRITI
Mendapatkan tugas baru. Sebagai guru dengan
tugas tambahan kepala SMP Negeri 3 Porong, terhitung 5 Maret 2002.
Ditugaskan di SMP Negeri 1 Jabon, sejak 17 Februari 2004.
Pindah tugas ke SMP Negeri 2 Buduran, sejak 3 April 2007.
Mulai 15 Januari 2014 mutasi ke SMP Negeri 1 Balongbendo,
sampai sekarang.
Sungguh, cakupan wilayah tempat tugas yang relatif luas.
Saya tetap masuk kelas. Bertatap muka langsung
dengan siswa.
Sesuai dengan kewajiban guru yang mendapat tugas tambahan
sebagai kepala sekolah.
Mengampu mata pelajaran matematika. Di semua sekolah tempat
bertugas.
Suasana berinteraksi dengan murid, tidak tergantikan.
Sangat menggembirakan sekaligus menggemaskan.
Kwangsan adalah nama sebuah desa di kecamatan
Sedati, kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Balai desa Kwangsan berhadapan dengan gedung BPMTV (Balai
Pengembangan Media Televisi Pendidikan) yang dikelola Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Hanya terpisah sebuah jalan desa.
Sirojudin, nama Kepala Desa Kwangsan saat ini.
Perangkat desa dan beberapa ibu sedang berkumpul di
balai desa.
Para ibu menunggu putra-putrinya yang belajar di TK
(Taman Kanak-Kanak) Dharma Wanita. Gedung TK berada di samping balai
desa.
Saya mampir ke balai desa, sewaktu mengikuti Workshop
Penulisan Kreatif di BPMTV. “ Pak Yusron ini adalah guru saya waktu SMP,” kata
Sirojudin.
“Apakah benar Pak, kok kelihatan lebih tua muridnya
dibandingkan dengan gurunya?” kata seorang perangkat desa.
Saya mengangguk. Ibu-ibu tersenyum.
Saya juga. Saat itu, saya merasa sebagai guru selebriti.
(tugas menulis selesai)
0 comments:
Post a Comment