GUS
BAHA HAKIKAT SURGA
Oleh:
Drs. H. M. YusronHadi, M.M.

1. HAKlKAT
SURGA DAN NERAKA
2. Gus
Baha pernah menyampaikan begini:
1) "Dalam
disiplin Ilmu Tasawuf, menurut Imam Al Ghozali ; representasi Al-Qur'an tentang
surga dan neraka hanya gambaran 'litaqribil afham' .
2) Yaitu
gambaran untuk mendekatkan pemahaman logika manusia.
3) Al
Qur'an adalah kalam Allâh yang qodim.
4) Ketika
turun ke level hawadits, tentu menggunakan bahasa hawadits.
5) Neraka,
dengan bermacam kepedihan azabnya adalah simbol perwujudan dari sukhtullâh
(kemurkaan Allâh).
6) Surga
dengan gelimang nikmatnya adalah sebagai perwujudan dari simbol rida Allâh.
7) Itu
saja hakikatnya."
3. Gus
Baha melatih kita berfikir dengan logika sahih.
4. Agar
dalam melakukan kebaikan dan ibadah, murni hanya berdasar iman, syukur, cinta,
mengagungkan, dan rindu kepada rida Allâh saja.
5. Bukan
lagi orientasi surga, neraka, atau transaksi dunia lainnya.
6. Caranya,
kita harus kembali pada ajaran tasawuf.
7. Dengan
menjiwai secara penuh kalimah munajat ; "Ilahî anta maqsûdi wa ridhôka
matlûbi".
8. Namun
jika belum bisa dan belum mampu, harus selalu dilatih, dan dilatih lagi.
9. Gus
Baha memberi analogi (qiyas).
1) Kata
beliau, "1+1 berapa?
2) Kamu
menjawab 2 itu.
3) Menunggu
saya beri hadiah satu juta, atau tetap menjawab 2 demi menjaga status kewarasan
(akal sehat)?
4) Tentunya
tetap menjawab 2, kan?"
5) "Kenapa
demikian?
6) Karena
1+1 = 2 itu adalah hakikat.
7) Dan
hakikat itu, lâtahtâju ila ujroh; yang namanya mempertahankan hakikat itu,
8) tidak
lagi butuh upah.
9) Jelas
ya?"
10. "Sekarang
Allâh sebagai Tuhan itu hakikat atau bukan?
Jawabnya: Hakikat.
11. Misalnya
begini; "Ya Allâh, jika Engkau memberikan surga, maka saya akan katakan
Engkau Tuhan.”
12. Namun
jika tidak, “Maka tunggu dulu'."
13. Orang
yang seperti itu, waras atau tidak?
14. Jawabannya,
“Pasti orang itu tidak waras."
15. Dengan
memahami itu, kita akan berpikir.
16. Ya
Alláh, betapa malunya hamba, untuk mengatakan 1+1=2 hamba tidak butuh upah.
17. Tetapi
kenapa untuk bersaksi bahwa engkau adalah Tuhan, kita masih berharap surga dan takut
neraka, bahkan sampai transaksi masalah duniawi?
18. Betapa
bodohnya kita?!" pungkas Gus Baha.
(Sumber:
internet)
0 comments:
Post a Comment