DEMOKRASI
TAPI MISKIN
Oleh
: Drs. H. Yusron Hadi, MM

1. Keberanian
Melotot
2. Oleh :
Dahlan Iskan
3. BUKAN
main keberanian Tiongkok menentang opini dunia –dunia Barat.
4. Sampai
pun berani menunda pemilu legislatif di Hong Kong.
5. Padahal
penentangan terhadap pemberlakuan UU Keamanan Nasional di bekas koloni Inggris
itu belum reda.
6. Padahal
soal Laut Tiongkok Selatan masih panas.
7. Pula
soal Xinjiang.
8. Pun
soal pembalasan penutupan konsulat Amerika di kota Chengdu.
9. Apa
yang membuat Tiongkok begitu tidak peduli dengan Barat?
10. Itu
karena menyangkut kedaulatan. Titik.
11. Kalau
Hong Kong dibiarkan seperti tahun lalu ujung-ujungnya satu: Hong Kong minta
merdeka.
12. Itu
kesimpulan Tiongkok.
13. Perjuangan
minta merdeka itu lewat banyak front.
14. Terutama
lewat pemilu dan lewat gerakan masa di jalan-jalan.
15. Dua-duanya
seperti sudah di depan mata.
16. Pemilu
tingkat distrik, tahun lalu, sudah dimenangkan oleh gerakan pro-demokrasi
(baca: promerdeka).
17. Dengan
kemenangan total.
18. Bulan
depan kemenangan itu akan dilanjutkan lewat pemilu legislatif.
19. Dengan
demikian parlemen Hong Kong akan dikuasai gerakan itu.
20. Sudah
tidak cukup waktu bagi Beijing untuk membalikkan aspirasi.
21. Pileg
tinggal 30 hari.
22. Kemenangan
telak Pemilu distrik tahun lalu sudah memberi harapan sangat besar untuk
gerakan ini.
23. Untung
ada pandemi.
24. Dengan
alasan keselamatan umum pemerintah memutuskan menunda pileg.
25. Selama
1 tahun.
26. Memang
begitu sulit mencari alasan hukum untuk penundaan itu.
27. Hampir
mustahil.
28. Mestinya.
29. Jelaslah
alasan pandemi adalah dicari-cari.
30. Itu
lantaran taruhan sebenarnya bukanlah keselamatan umum akibat pandemi.
31. Induk
dari segala alasan –pun yang dicari-cari itu– adalah satu: kedaulatan negara.
32. Bukan
main marahnya dunia Barat.
33. Soal
penundaan Pileg ini langsung dibentrokkan dengan demokrasi.
34. Barat
pun mengusung isu sentral: demokrasi lawan totaliter.
35. Seruan
mereka: dunia harus menegakkan demokrasi di Hong Kong.
36. Keberanian
Tiongkok mengabaikan opini Barat itu bertumpu pada satu: success story.
37. Tiongkok
berhasil mengentas setidaknya 1 miliar
manusia dari kemiskinan absolut.
38. Itu
lebih banyak dari seluruh penduduk Eropa dan Amerika dijadikan satu.
39. Pun
dalam waktu singkat.
40. Kurang
dari 50 tahun.
41. Sementara
banyak negara demokrasi yang sudah merdeka lebih 60 tahun belum bisa
mengentaskan kemiskinan.
42. Pun
menghapus tanda-tandanya saja belum.
43. Tiongkok
menjadi syah beralasan bahwa kekuasaan
bukan semata untuk kekuasaan.
44. Kekuasaan
adalah amanah untuk mensejahterakan rakyat dan memperkuat negara.
45. Negara
yang kuat bisa dipakai untuk mempertahankan kedaulatan.
46. Kini
Tiongkok merasa kedaulatan itu terancam.
47. Tiongkok
perlu tegas di Hong Kong. Ini sekaligus seperti pedang dengan banyak mata.
48. Dan
mata terbesarnya dipelototkan ke Taiwan.
49. Yang
nada-nadanya juga kian tidak sabar untuk merdeka.
50. Taiwan
dan Hong Kong mengembangkan rasa senasib.
51. Hong
Kong berkepentingan mendorong keberanian Taiwan untuk segera merdeka. Mumpung
Donald Trump menjadi Presiden Amerika.
52. Taiwan
juga berkepentingan mendorong Hong Kong untuk duluan merdeka.
53. Mumpung
Trump menjadi presiden.
54. Waktu
saya berhari-hari berada di Taiwan akhir tahun lalu pertanda-pertanda seperti
itu terlihat dengan nyata.
55. Malam
itu saya berada di tengah-tengah massa kampanye terakhir capres incumbent Tsai
Ing-wen.
56. Begitu
banyak aktivis Hong Kong yang berada di arena kampanye itu.
57. Dengan
terang-terangan.
58. Dengan
spanduk-spanduk gerakan Hong Kong merdeka.
59. Mereka
berbaur dengan massa paling keras di Taiwan.
60. Yang
sejak lama menuntut agar Taiwan merdeka.
61. Untuk
selanjutnya merebut kembali Tiongkok dari kekuasaan komunis.
62. Kini
Tiongkok sudah in action di Hong Kong.
63. Diabaikannya
apa pun reaksi dunia.
64. Pun
reaksi di Hong Kong sendiri.
65. Tiongkok
sudah punya pengalaman yang lebih pahit dari itu: Tian An Men.
66. Di
tahun 1989.
67. Hari
itu digelar demo pro-demokrasi di Beijing.
68. Yang
terbesar dalam sejarah gerakan pro-demokrasi. Kian hari demo itu kian besar.
69. Di
hari ke-20, 4 Juni 1989, pendemo berhasil menguasai jalan raya terlebar dan
terpenting di Beijing: Jalan Chang An Jie.
70. Lebarnya
18 lajur.
71. Letaknya
di antara Forbiden City dan lapangan Tian An Men.
72. Besarnya
massa sampai memenuhi lapangan luas itu.
73. Sampai
ke musolium mayat Mao Zedong di timur lapangan.
74. Ketika
militer mengerahkan armada tank ke arena itu puluhan tank militer terbakar.
75. Pendemokah
yang membakar?
76. Atau
gerakan intelijen?
77. Agar
ada alasan untuk melindas demo itu?
78. Yang
jelas senja itu udara sejuk sekali.
79. Musim
dingin sudah lewat.
80. Musim
panas belum tiba.
81. Itu
masih akhir musim semi.
82. Matahari
kian tenggelam.
83. Malam kian gelap.
84. Lalu
terjadilah sejarah itu: pendemo pasang badan.
85. Mereka
tiduran memblokade jalan raya.
86. Dilindas.
87. Tidak
ada catatan berapa ratus yang meninggal.
88. Atau
berapa ribu.
89. Dalam
sekejap jalan raya itu sudah bersih kembali.
90. Mayat-mayat
hilang.
91. Darah
tidak berbekas.
92. Dunia
marah.
93. Marah
sekali.
94. Tiongkok
tidak peduli.
95. Negara
itu terus membangun dan memperbaiki diri.
96. Kemarahan
Barat itu ternyata tidak lama.
97. Mereka
kembali berbondong-bondong ke Tiongkok.
98. Untuk
investasi.
99. Alasan
mereka: keamanan dan kestabilan politik di Tiongkok terjamin.
100.
Di samping pasarnya sangat besar.
101.
Dibanding drama Tian An Men itu apalah artinya
kejadian di Hong Kong.
102.
Barat memang marah.
103.
Tapi tidak semarah soal Tian An Men.
104.
Tidak bisa dibayangkan.
105.
Bagaimana seandainya Tiongkok masih negara
miskin.
106.
Betapa lebih beraninya Barat.
107.
Padahal Tiongkok sekarang negara kaya.
108.
Superpower.
109.
Ketika dimarahi ia kembali memarahi.
110.
Ketika dipelototi ia membalas melotot.
(Sumber
internet Dahlan Iskan)
0 comments:
Post a Comment