POLITIK
TIDAK BERMORAL
Oleh
: Drs. H. Yusron Hadi, MM

A. Politik
Amoral Musuh Muhammadiyah.
1. Oleh
Prof Syafiq A Mughni.
2. Ketua
Pimpinan Pusat Muhammadiyah; Guru Besar UINSA Surabaya.
3. PWMU.CO
– Namanya sangat dikenal di kalangan intelektual, khususnya ilmuwan politik.
4. Ia
lahir di Florence, Italia, pada 1469.
5. Berarti,
ia hidup di zaman renaissance (kebangkitan kembali) di Barat.
6. Ia
lahir setelah 63 tahun wafatnya Ibnu Khaldun pada 1406.
7. Niccolò
di Bernardo dei Machiavelli, begitu nama lengkapnya.
8. Dia meninggal
tahun 1525 di usia 56 tahun.
9. Ia
dikenal sebagai seorang filosof politik, penulis, politikus, diplomat, musikus,
penyair, dan penulis drama.
10. Machiavelli
dipandang sebagai contoh seorang renaissance.
11. Ia
dikenal sebagai penulis The Prince, sebuah karya teori politik realis.
12. Sejak
abad ke-16, generasi politisi tetap tertarik dengan pendekatan realis terhadap
kekuasaan.
13. Seperti
dituangkan Machiavelli dalam The Prince.
14. Ia
menyatakan, “Siapa pun yang berkuasa, rakyat mendapat perlindungan dengan baik
berkat penggabungan antara kekuatan (force) dengan kehati-hatian (prudence).
15. Kehati-hatian
saja tidak cukup dan kekuatan saja tidak cukup.
16. Kekuatan
dan kehati-hatian adalah puncak kekuatan pemerintahan yang telah dan akan tetap
ada di dunia.”
17. Di bagian lain dalam The Prince, ia
menyatakan, “Penguasa baru, yang belum memiliki akar kuat, perlu bertindak
amoral untuk mencapai tujuan negara.”
18. Machiavelli
berpendapat hasil baik bisa didapat dari tindakan jahat.
19. Ia
dipandang sebagai pendiri ilmu politik modern.
20. Setelah
berhenti dari keterlibatannya dalam politik.
21. Dia mengasingkan
diri dan menulis risalah politik yang mendapat tempat intelektual dalam
perkembangan filsafat politik dan perilaku politik.
22. Machiavelli
itu pertanda zaman peralihan cara berfikir, dari politik idealis ke politik
realis.
23. Setelah
peralihan itu, orang berpolitik tidak perlu idealis.
24. Ia
harus realis.
25. Itu
semangat zaman baru di zaman Machiavelli.
B. Ada 2
Pandangan Teori Machiavelli
1. Orang
masih berdebat apa makna tulisan Machiavelli itu.
2. Sebagian
menyatakan hasil penglihatan terhadap fenomena politik yang terjadi.
1) Yaitu kekuasaan
hanya bisa tegak dengan kekuatan.
2) Dan tindakan
tidak bermoral bisa menghasilkan kebajikan.
C. Tujuan
menghalalkan cara.
1. Tetapi,
menurut pendapat ini, tulisannya tidak menunjukkan Machiavelli menganjurkan cara
amoral dalam mencapai tujuan.
2. Machiavelli
hanya melihat dan tidak mengajarkan.
3. Sebagian
lain berpendapat memang Machiavelli menganjurkan.
4. Setidaknya
menyetujui dipakai segala cara untuk mencapai tujuan yang baik.
D. Penguasa
boleh korup asal tujuannya baik.
1. Pemerintah
boleh menipu asal bertujuan untuk kesejahteraan rakyat.
2. Bohong
dan suap boleh saja asalkan bertujuan memenangkan pemilu.
3. Karena
kemenangan berarti kesempatan untuk beramal dan berdakwah.
4. Kita
belum sampai pada kesimpulan apa makna filsafat dan teori politik yang ditulis
oleh Machiavelli.
5. Mana
yang benar di antara 2 pandangan di atas?
E. Tujuan
Menghalalkan Cara
1. Tampaknya
semakin banyak penganut paham tujuan menghalalkan segala cara.
2. Banyak
pedagang menipu.
3. Banyak
pegawai korup.
4. Banyak
guru memeras.
5. Banyak
orang cari uang pribadi atau keluarga berkedok yayasan.
6. Banyak
politisi pasang iklan untuk membujuk rakyat agar memilihnya.
7. Padahal
dalam batin politisi itu berkata, “Aku bersumpah tidak mau rugi harta
sedikitpun, akibat jabatan yang akan kuemban.”
F. Money
politics bukan barang asing dalam proses pemilihan.
1. Politisi
berkilah, “Jika bukan saya yang memimpin, maka negara akan rusak.
2. Karena
itu, saya harus menang dengan segala cara.”
3. Mungkin
Machiavelli tidak ingin mengajar sesuatu yang amoral dalam politik.
4. Tetapi,
kita telah menjadi pecandu berat terhadap perilaku amoral.
5. Kita
sedang berada pada suatu situasi ketika menegakkan etika politik seperti
menegakkan benang basah.
6. Zaman
Orde Lama, PKI (Partai Komunis Indonesia) menjadi lambang politik amoral dengan
teror dan kekerasan untuk mencapai tujuan “sama rata, sama rasa”.
7. Zaman
Orde Baru, korupsi dilakukan untuk mengejar pertumbuhan.
8. Zaman
Reformasi, premanisme dan suap dilakukan untuk mencapai tujuan jabatan.
9. Demokratisasi
disalahartikan sebagai terbukanya kesempatan bagi pejabat negara untuk saling
memeras.
10. Dan
bagi politisi amatir untuk menjadi makelar politik pencari suara dalam
pemilihan.
G. Politik
amoral musuh utama Muhammadiyah.
1. Machiavellisme
dalam arti paham politik amoral.
2. Yaitu tujuan
menghalalkan segala cara itu musuh utama bagi Muhammadiyah.
3. Warga
Muhammadiyah tak boleh berhenti melakukan 3 hal bersamaan, yaitu:
1) alda’wah
il al-khair.
2) al-amr
bi al-ma’ruf.
3) al-nahy
‘an al-munkar.
4. Yaitu:
1) Dakwah
kebaikan.
2) Amar makruf.
3) Nahi mungkar.
(Sumber internet)
0 comments:
Post a Comment