TULISAN
DOKTER YANG SERING MELIHAT PASIEN AKAN MATI
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
BERLATIH
UNTUK MATI
Saya sering
dapat giliran.
Menunggu
pasien sekarat.
Menjelang
lepasnya nyawa.
Dari
tubuh fisiknya.
Saya banyak
merenung.
Apa
arti semua ini.
Kesempatan
belajar langka.
Sedikit
orang mengalaminya.
Apa
pentingnya?
Sangat
penting.
Karena
dari peristiwa itu.
Saya
terus disadarkan.
Untuk mengisi
hidup ini.
Agar berakhir
penuh makna.
Meraih
agenda.
Sejak
sebelum ke dunia.
Belajar
menghargai waktu.
Dengan
gaya hidup lebih berkualitas.
Cara
orang meninggal dunia.
Bisa berbeda.
Hanya mirip
.
Pada tanda
yang menyertai.
Sebelum
maut menjemput.
Wajah mendadak
berubah.
Seperti
kita tak kenal.
Selama
ini.
Pucat,
bahkan putih.
Seperti
tembok.
Terutama
sorot matanya.
Sebentar
kosong, gelisah, marah.
Perilaku
juga berubah.
Ada
yang keinginannya.
Harus
dituruti.
Meskipun
aneh.
.
Atau
membuat orang lain kesal.
Dia marah
atau uring-uringan.
Dia emosi
labil.
Sedih,
menangis.
Takut sendirian.
Makin dekat
waktunya.
Makin
gelisah.
Bertanya
hari,tanggal, atau jam.
Juga
tak betah lagi.
Pakai segala
alat bantu medis.
Agar lebih
lama bertahan hidup.
Yang
membedakan.
Yaitu seberapa
pasrah.
Dan keyakinannya.
Pada Tuhan
Allah.
Semasa
hidupnya.
Orang simple.
Dan
lurus hidupnya.
Dia tak
banyak pikiran.
Soal ini
dan itu detil.
Dia cepat
"berangkat".
Tapi yang
banyak ganjalan.
Dalam hati
dan pikirannya.
Lebih sulit
saat jiwanya.
Akan
lepas dari tubuhnya.
Saya
berpikir.
Bahwa
untuk mati dengan mudah.
Tanpa banyak
siksaan.
Caranya
dengan melatih.
Saat kita
masih hidup.
Yaitu berlatih
untuk mati.
1)
Soal keyakinan.
Yaitu berbuat
baik.
Pasti membawa
kebaikan.
Berbuat
jahat.
Risikonya
kembali pada kita.
Kebaikan
yang kita yakini.
Membuat
kita sambut kematian.
Dengan
pasrah dan rela.
Putusnya
nyawa.
Keluarnya
jiwa dari tubuh fisik.
Jadi lancar
sama.
Seperti
saat buang hajat besar.
Makin rileks
makin mudah.
Tapi makin
kita tegang.
Makin
susah lepas.
2)
Berlatih mental rela melepas.
Seperti
Ikhlas buang hajat.
Melepaskan
apa saja.
Yang dianggap
sebagai hak.
Kita
harus sadar.
Tak punya
apa-apa.
Tak
berhak atas apa pun.
Termasuk
memikirkan nasib.
Orang dikasihi
akan ditinggalkan.
Hal itu.
Bukan
urusan kita.
Bukan tanggung
jawab kita.
Mereka
milik Tuhan Allah.
Tiap makhluk.
Punya urusan
sendiri.
Dengan
alam semesta.
Juga ikhlaskan
segala urusan.
Soal harta,
kekayaan, dan apa pun.
Yang masih menguasai kita.
Sejak
sekarang.
Selagi
kita masih hidup.
Artinya.
Kita latihan
mental.
Agar
tidak khawatir.
Atas segala
sesuatu.
Yang kita
tinggalkan.
Juga melepaskan
dendam.
Kemarahan
dan luka batin.
Yang
masih ada.
Bersihkan
mulai sekarang.
Hingga
tak tersisa.
Berilah
maaf.
Kepada
semua orang.
Yang
pernah menyakiti.
Dengan
seikhlas-ikhlasnya.
3)
Berlatih siap fisik melemah.
Tubuh
fisik kita.
Memang
ditinggalkan.
Berlatih
menghargai tubuh kita.
Mulai sekarang.
Berikan
apa yang diinginkan tubuh.
Yaitu cukup
makan.
Dan cukup
istirahat.
Lakukan
dengan Ikhlas.
Berikan
makanan sehat.
Olahraga
teratur.
Cukup sinar
matahari pagi.
Beri air
bersih.
Sesuai
kebutuhan.
Mari kita
sambut kematian.
Dengan
gembira.
Bukan
dengan air mata.
Kita ubah
persepsi.
Bahwa kematian
bukan dukacita.
Tapi menang.
Dalam
perjalanan Hidup.
Semoga
manfaat.
Al-Quran surah Al-Ankabut (surah ke-29) ayat 57
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ
ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.
Al-Quran surah Al-Anbiya (surah ke-21) ayat 35
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.
Al-Quran surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 145
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا ۗ
وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ
الْآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا ۚ وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
Sesuatu yang bernyawa
tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah
ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami
berikan kepadanya pahala dunia, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat,
Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur.
(Sumber wa)
0 comments:
Post a Comment