Friday, September 22, 2023

30678. PBNU DAN PKB DALAM POLITIK

 


PBNU DAN PKB DALAM POLITIK PRAKTIS

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Ketua Umum PBNU .

KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).

 

Soal Muhaimin Iskandar .

Alias Cak Imin dan PKB.

 

Terkesan tampak:

1)        Kurang luwes.

2)        Cenderung kasar.

 

Ketum PBNU sebelumnya.

Punya kebijaksanaan luas.

 

Tapi PBNU saat ini.

Yang menonjol:

 

1)        Sikap reaktif.

2)        Tak matang.

 

Kegiatan Cak Imin dan PKB.

Selalu diklarifikasi Gus Yahya.

 

PBNU sibuk klarifikasi.

Tapi inkonsisten.

 

Antara apa yang:

1)        Diucapkan.

2)        Dipraktikkan.

 

Misalnya.

PBNU mengaku jaga jarak.

Dengan politik praktis.

 

Tapi pengurusnya.

Banyak diisi orang partai.

 

1)        PDI Perjuangan.

2)        Golkar.

 

Usai deklarasi Anies-Cak Imin.

PBNU gelar konferensi pers.

 

Tak ada capres atau cawapres.

Dari PBNU.

 

Tapi ironisnya.

PBNU dukung Erick Thohir.

Makin kenceng dan ugal-ugalan.

 

Demi cari pembenaran.

Apa yang telanjur dilontarkan.

 

Gus Yahya patahkan.

Klarifikasi diri sendiri.

 

Tak sadar.

PBNU aktif politik praktis.

 

Ketimbang PKB.

Sebagai parpol.

 

Dalam teori psikologi.

Ada 2 hal sebab inkonsistensi.

 

1)        Syndrom disonansi kognitif.

2)        Hipkrisi.

 

1.        Syndrom disonansi kognitif.

 

Yaitu tak sesuai keyakinan.

Dengan tindakan sendiri.

 

2.        Hipokrisi.

 

Yaitu tindakan orang.

Tak sesuai omongannya.

 

Penyebabnya.

 

1)        Tekanan social.

2)        Tak mampu penuhi standar tinggi.

 

3)        Pembenaran diri.

4)        Jaga citra.

 

Sikap inkonsistensi PBNU.

Terus dirawat.

 

Untuk pembenaran.

Atas perilaku politiknya.

Yang berat sebelah.

 

Pada 15 September 2023.

Gus Yahya meralat.

Bahwa PKB dibentuk oleh PBNU.

 

Tapi sebelumnya.

Bahwa PKB tak ada irisan.

Dengan PBNU.

 

Sejumlah pengurus.

lkut politik praktis.

 

Gus Yahya kembali meralat.

Setelah Yenny Wahid.

Bertemu Prabowo.

 

Pengurus lain cawe-cawe.

Dalam politik praktis.

 

Ia kembali meralat ulang.

Bahwa semua pengurus.

Boleh berpolitik.

 

Kecuali:

1)        Rais Am.

2)        Wakil Rais  Am.

3)        Ketua umum.

4)        Wakil ketua umum.

 

Pernyataan Gus Yahya.

Kontradiktif 5 September 2023.

 

Usai deklarasi.

Cak Imin dan Anies.

 

Gus Yahya konferensi pers.

Tegas melarang pengurus PBNU.

Terlibat politik praktis.

 

Gus Yahya klaim.

Tak pernah keluar dari PKB.

 

Koreksi statemen sebelumnya.

Yang ingin menjauhkan PKB dari NU.

 

Dia gembosi PKB.

Alat politik warga NU.

 

Artinya.

Ada masalah pada dirinya.

Klaim tak ikut politik praktis.

 

Tapi praktiknya.

Lebih aktif berpolitik.

 

Apakah itu cara halus.

Untuk gembosi PKB.

 

Atau Tutupi.

Syahwat politiknya?

 

Tapi yang jelas.

Tiap kali statemen.

 

Narasi yang dibangun.

PBNU merugikan PKB .

Dan untungkan partai lain.

 

Misalnya.

Sebut PKB bukan NU.

 

Tapi saat bersamaan.

PBNU mesra dengan partai lain.

 

 Dengan sebut PDI Perjuangan.

Tak hanya partner PBNU.

Tapi sudah bersenyawa.

 

 Ada narasi lawan sejarah.

 Sengaja kerdilkan peran PKB.

Sebagai anak kandung NU.

 

Tapi munculkan narasi palsu.

Sebut PDI Perjuangan.

Bagian integral PBNU.

 

Mungkin Gus Yahya.

Sebagai Ketum PBNU.

 

Tunjukkan:

1)        Mental inlander.

Mental rendah diri pribumi.

 

2)        Krisis kebijaksanaan.

 

Kedewasaan PBNU diuji.

Ketika deklarasi

 

Anies-Muhaimin.

Pada 2 September 2023.

 

PBNU tampak sangat reaktif.

 

Padahal dalam proses deklarasi.

 Cak Imin tak catut nama PBNU.

 

Cak Imin hanya katakan.

Bahwa deklarasinya.

 

Banyak dihadiri kiai NU.

Di Jawa Timur.

 

Tapi Gus Yahya kebakaran jenggot.

Klarifikasi seolah-olah.

 

Cak Imin bawa PBNU.

Dalam politik praktis.

 

Sikap PBNU.

Tak bijaksana.

 

PBNU harus jaga jarak.

Dengan:

 

1)        Partai.

2)        Pemerintah.

 

Agar tak saling memanfaatkan.

Bisa merusak agama.

Dan umat porak poranda.

 

PBNU mengaku 'zuhud'.

Dalam politik praktis.

 

Tapi realitasnya.

Tamak luar biasa. 

 

(sumber media)

0 comments:

Post a Comment