Saturday, November 18, 2017

492. RAHMAT

ISLAM RAHMAT BAGI SELURUH ALAM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

      Senin, pada minggu kedua bulan Rabiul Awal Tahun Gajah yang bertepatan dengan bulan April 580 M, di Mekah lahirlah seorang anak manusia dalam keadaan yatim, dan nama anak inilah yang hingga kini disebut-sebut oleh ratusan juta manusia disertai dengan decakan kekaguman yang luar biasa.
      Beliau adalah Muhammad yang berbudi luhur dengan ilmu pengetahuan, sikap kesatria, dan ketekunan, beliau menyebarluaskan rahmat dan kasih sayang bagi seluruh alam ciptaan Allah.
      Dengan rahmat tersebut, maka terpenuhi hajat batin manusia menuju ketenangan,  ketenteraman, dan pengakuan atas wujud, hak, bakat, dan fitrahnya sebagaimana terpenuhi semua hajat akan perlindungan, bimbingan, pengawasan, serta saling pengertian dan perdamaian.
     Rahmat tersebut bukan hanya dirasakan oleh para pengikutnya saja, dan bukan hanya dinikmati oleh manusia saja, tetapi dinikmati pula oleh semua makhluk ciptaan Allah.
     Sebelum Eropa mengenal Organisasi Pencinta Binatang, Nabi Muhammad telah mengajarkan kepada umatnya,”Apabila kamu mengendarai binatang, maka berikan haknya dan jangan menyiksanya”.
      Nabi bersabda, “Seorang wanita dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka, karena dia mengurung seekor kucing, tidak diberinya makan, dan tidak dilepaskan untuk mencari makan sendiri”.
      Nabi bersabda, "Seorang wanita yang bergelimang dengan dosa, ternyata  dosanya diampuni oleh Allah, karena dia memberi minum seekor anjing yang kehausan”.
     Sebelum dunia mengenal istilah “kelestarian lingkungan”, Nabi Muhammad telah menganjurkan untuk hidup bersahabat dengan alam, dan Nabi tidak mengenalkan istilah “penundukan alam” dalam ajarannya.
     Karena istilah “penundukan alam” dapat mengantarkan manusia bersikap merusak, sewenang-wenang, dan menimbun barang kebutuhan pokok tanpa berperikemanusiaan.
      Istilah yang digunakan oleh Al-Quran adalah “Allah memudahkan alam untuk dikelola manusia”.
      Al-Quran surah Ibrahim, surah ke-14 yat 32.

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْأَنْهَارَ

      “Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai”.
       Al-Quran menjelaskan bahwa pengelolaan lingkungan alam semesta dengan pesan agar tidak merusaknya, dan mengantarkan setiap bagian dari alam ini untuk mencapai tujuan penciptaannya, sehingga ajaran Islam melarang menjual buah yang mentah, dan memetik bunga yang belum mekar.
      Nabi bersabda,”Biarkan semua bunga mekar agar mata menikmati keindahannya dan lebah mengisap sarinya”.
      Rahmat yang dibawa oleh Nabi Muhammad menyentuh benda-benda yang tidak bernyawa, karena Nabi memberikan julukan nama untuk benda-benda yang dimiliki, misalnya perisai Nabi diberi nama “Dzat Al-Fudhul”, pedang Nabi dinamakan “Zulfikar”, pelananya disebut “Al-Daj”, tikar Nabi disebut “Al-Kuz”, cermin dinamai “Al-Midallah”, gelasnya dijuluki “Al-Shadir”, tongkat Nabi dinamai “Al-Mamsyuk”, dan lainnya.
      Semua benda yang dimiliki Nabi diberikan julukan nama yang indah dan penuh arti seakan-akan benda-benda yang tidak bernyawa tersebut mempunyai kepribadian yang membutuhkan perawatan, penjagaan, persahabatan, rahmat, dan kasih sayang.
      Mungkin benar bahwa sebagian besar umat Islam baru terbatas menjalankan ibadah dalam segi ritual saja, dan belum menyentuh segi sosial dan ekonomi, atau sudah melaksanakannya tetapi belum secara teratur, terorganisir, dan bersama-sama.
      Semoga kita pandai memohon rahmat kepada Allah dan kepada sesama manusia, serta mampu meraih rahmat itu, dan kemudian membaginya kepada makhluk yang lain.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment