Thursday, November 30, 2017

529. MAKNA

MEMAHAMI MAKNA RAMADAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang makna Ramadan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kata “Ramadan” terambil dari akar kata yang artinya “membakar” atau “mengasah”, dan dinamakan bulan “Ramadan” (membakar) karena pada bulan ini semua dosa manusia pupus, habis terbakar, disebabkan kesadaran dan amal kebaikannya.
    Dinamakan bulan “Ramadan” (mengasah) karena bulan tersebut dijadikan sebagai waktu untuk “mengasah” dan “mengasuh” jiwa manusia, dan bulan Ramadan juga diibaratkan sebagai tanah subur yang siap ditaburi benih-benih kebajikan.
    Semua orang dipersilakan untuk menabur, kemudian pada waktunya menuai hasil sesuai dengan benih yang ditanamnya, dan bagi yang lalai, maka  tanah garapannya hanya akan ditumbuhi rerumputan yang tidak berguna.
     Berpuasa selama bulan Ramadan adalah usaha manusia sebagai makhluk Allah dengan sekuat kemampuannya untuk mencontoh sifat-sifat yang mulia dari Allah, misalnya sifat-sifat Allah yang “tidak makan dan tidak minum, bahkan memberikan makan dan minum”, serta “tidak mempunyai anak dan tidak dilahirkan”.
     Manusia yang berpuasa berusaha mencontoh sifat Allah yang tidak makan dan tidak minum, padahal makan dan minum adalah kebutuhan primer manusia, sehingga apabila manusia mampu mengendalikannya, maka kebutuhan yang lainnya akan mudah dikendalikan.
     Dalam segi hikmah dan tujuan berpuasa, manusia seharusnya mencontoh dalam keseluruhan sifat-sifat Allah yang mulia, dan hakikat berpuasa adalah menabur benih yang dapat manusia mengantarkan kepada "bersikap dan bersifat dengan sikap dan sifat Allah”, sehingga sikap dan sifat yang mulia tersebut dapat menghiasi dirinya  dalam bersikap, berperilaku dan cara berpikirnya.
      Allah Maha Hidup, Maha Berpengetahuan, Maha Kaya, Maha Pengasih, Maha Damai, terhadap semua makhluk-Nya, serta perlu dicatat bahwa yang dimaksudkan dengan “hidup” bukan sekadar menarik dan menghembuskan nafas.
    Tetapi, yang diamksudkan dengan “hidup” adalah yang sejalan dengan sifat Allah Maha Yang Hidup yang sesuai dengan kemampuan manusia, yakni hidup  berkesinambungan yang melampaui batas generasi, umat, dan bangsa, yang akan dapat  dicapai melalui kerja keras tanpa berhenti.
      Al-Quran surah ke-55 ayat 29 menyatakan bahwa Allah setiap saat dalam kesibukan.

يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ
    
    “Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan”.
      Karya besar Nabi justru terjadi pada bulan Ramadan, misalnya kemenangan dalam Perang Badar, dan keberhasilan menguasai kota Mekah tanpa pertumpahan darah, dan sebagainya.
     Kemenangan umat Islam sepeninggal Nabi yang terjadi dalam bulan Ramadan,  misalnya kemenangan pasukan Muslim di Spanyol terjadi pada bulan Ramadan  (91H/710 M), kemenangan dalam Perang Salib (584 H/1188 M), kemenangan melawan pasukan Tartar (658 H/1168 M), dan banyak lainnya.
     Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia juga tercapai pada hari Jumat Legi bulan  Ramadan, sehingga selama bulan Ramadan tetap semangat kerja seperti bulan lainnya untuk membangun peradaban manusia yang lebih baik.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

0 comments:

Post a Comment