Monday, November 27, 2017

523. KAFIR

JANGAN MENGUFURI NIKMAT ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang larangan jangan mengufuri nikmat dari Allah?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kata “kafir” (menurut KBBI V) adalah “orang yang tidak percaya kepada Allah dan rasul-Nya”,
      Kata “kafir” dalam berbagai bentuknya terulang dalam Al-Quran sebanyak 525 kali, dan kata “kafir” pada awalnya berarti “menutupi”, sehingga para petani yang menutupi benih dengan tanah dinamakan “kuffar” (jamak dari kafir).
      Al-Quran surah Al-Hadid, surah ke-57 ayat 20.

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

      “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.
     Teks-teks keagamaan memakai kata “kafir” sedikitnya untuk lima arti, sehingga  umat Islam disarankan jangan cepat “mengafirkan” seseorang (menilainya keluar dari agama), meskipun terdapat teks yang menunjuk kepada kekafirannya.
      Salah satu arti “kafir” adalah “tidak mensyukuri nikmat”, sedangkan kemerdekaan bangsa Indonesia adalah salah satu nikmat dari Allah, sehingga orang Indonesia yang tidak bersyukur atas nikmat kemerdekaan dapat disebut “kafir” artinya “tidak mensyukuri nikmat dari Allah”.
      Dalam Al-Quran, Nabi Muhammad diperintahkan untuk merenungkan ucapan Nabi Musa yang menyerukan kaumnya untuk mengingat nikmat kemerdekaan yang dianugerahkan oleh Allah.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 20.

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَآتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ

      “Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya,”Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain”.
     Dalam konteks ini, Al-Quran menggunakan kata “kufur” sebagai lawan kata “syukur”, atau dengan kata lain artinya “tidak mensyukuri nikmat”, yaitu dalam firman-Nya yang cukup popular, “Apabila kamu bersyukur, maka pasti akan Kutambah nikmat-Ku untukmu, dan apabila kamu kufur (tidak bersyukur) maka siksa-Ku amat pedih.
      Al-Quran surah Ibrahim, surah ke-14 ayat 7.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

      “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan,”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
     Ayat Al-Quran ini memerintahkan mensyukuri nikmat kemerdekaan, termasuk kemerdekaan bangsa Indonesia dan tidak mengufurinya, artinya “tidak menutupi” nikmat dari Allah.
      Para ulama berpendapat bahwa “mensyukuri nikmat kemerdekaan” salah satunya dengan cara mengisi kemerdekaan itu sesuai dengan tujuan kita meraihnya dan tujuan Allah menganugerahkannya kepada kita, atau dengan kata yang lebih singkat mengisi kemerdekaan dengan membangun peradaban yang lebih baik untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
      Al-Quran melukiskan akibat kekufuran terhadap nikmat kemerdekaan dalam suatu peristiwa yang menimpa suatu negeri yang asalnya aman sejahtera dan rezekinya melimpah ruah di segenap penjuru,  tetapi karena mereka kufur, maka Allah menjadikan mereka merasakan kelaparan dan ketakutan disebabkan oleh ulah mereka sendiri.
      Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 112.

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ

      “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”.
      Kalau pesan ini kita pahami dalam kaitannya dengan negara Indonesia, maka berarti Allah yang telah menganugerahkan kepada kita tanah air yang kaya raya, karena dalam perut bumi dan kedalaman laut tanah air kita terpendam berbagai nikmat dari Allah, yang semuanya itu harus disyukuri, dan tidak boleh dikufuri, yang artinya “tidak boleh ditutup-tutupi”.
      Semua kekayaan alam di seluruh wilayah Indonesia adalah anugerah dari Allah harus diolah yang baik dan benar, sehingga bermanfaat bagi semua orang dan dinikmati oleh semua warga masyarakat, agar cepat tercapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indoneisa.
     Yang dimaksudkan dengan “kekufuran” yang dilakukan oleh penduduk negeri yang dikisahkan dalam Al-Quran di atas adalah karena mereka tidak mengolah kekayaan alamnya dengan baik dan benar, sehingga menimbulkan kelaparan dan kemiskinan, serta ketakutan akan datangnya bencana yang ditimbulkan akibat ulahnya sendiri.
      Apabila makna “kekufuran” adalah “tidak mensyukuri nikmat dari Allah”, maka  “Dapatkah dikatakan bahwa di kalangan umat Islam pun terdapat orang-orang yang kafir, meskipun dia beriman kepada Allah, Malaikat, kitab, Rasul, dan hari kiamat?”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

0 comments:

Post a Comment