Tuesday, November 28, 2017

524. PIMPIN

DOA UNTUK PEMIMPIN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang doa untuk para pemimpin  dalam masyarakat menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
      Kita pernah mendengar sekitar 35 organisasi massa berhalal bihalal sambil berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa, dengan doa yang berbunyi, “Semoga Pak Harto dikaruniai oleh Allah kekuatan lahir, batin, kearifan, dan kebijakan demi meneruskan kepemimpinannya”.
    Kegiatan berdoa ini menimbulkan beberapa komentar yang setuju dan yang tidak setuju dalam masyarakat luas.
      Para ulama berpendapat bahwa berdoa untuk pemimpin dan kepala negara adalah hal yang biasa, bahkan sebagian ulama terdahulu berpendapat bahwa sangat penting untuk mendoakan para pemimpin, sehingga berkata,”Seandainya kita mempunyai doa yang kita ketahui dikabulkan oleh Allah, niscaya kita gunakan untuk mendoakan kepala negara”.
      Nabi pernah melarang umat Islam untuk memberikan jabatan kepemimpinan kepada orang yang sangat berambisi untuk merebut jabatan tersebut, sehingga Nabi bersabda,”Dua ekor serigala lapar yang berada di tengah sekelompok domba, tidak lebih berbahaya dari dua orang yang berambisi memperoleh harta atau kedudukan”.
      Al-Quran surah Al-Furqan, surah ke-25 ayat 74.

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

      “Dan orang-orang yang berkata,”Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
     Al-Quran surah ke-25 ayat 74 memuji orang yang berdoa memohon kepada Allah untuk kepentingan dirinya sendiri dan keluarganya sebagai hamba Allah.
      Khalifah Usman bin Affan adalah sahabat Nabi dan menantu Nabi, yang menjadi Khalifah ketiga (644-655 Masehi), ketika didesak agar meletakkan jabatannya, menolak sambil berkata,”Aku tidak akan meletakkan pakaian yang dikenakan Allah atas diriku, kecuali apabila Allah sendiri yang melepasakannya dariku”.
     Pakaian yang dimaksudkan oleh Khalifah Usman bin Affan adalah kedudukan sebagai Kepala Negara, karena kekuasaan adalah anugerah dari  Allah.

      Al-Quran surah Ali Imran, surah ke-3 ayat 26.

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

      “Katakanlah,”Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
     Nabi bersabda,”Pemimpin kalian adalah laksana cermin sebagaimana keadaan kalian”, maka hal ini berarti seorang pemimpin adalah cerminan “wajah” dari keadaan masyarakat yang dipimpinnya.
     Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat dan mampu menangkap aspirasi masyarakatnya, sedangkan masyarakat yang baik adalah masyarakat yang berusaha mewujudkan aspirasinya dengan cara yang baik.
      Ketika Muawiyah menjadi pemimpin umat Islam menggantikan Khalifah Ali bin Abi Thalib, dia memopulerkan doa Nabi Muhammad setiap habis salat yang sampai sekarang masih sering dibaca, “Ya Allah, tidak ada yang mampu memberikan apa yang Engkau halangi, dan tidak ada mampu yang menghalangi apa yang Engkau  berikan."
      Sebagian ulama berpendapat bahwa doa tersebut adalah doa yang bertujuan “politis”, karena dengan adanya doa tersebut, maka Muawiyah  meligitimasi kesewenangan pemerintahannya.
     Pada akhirnya, “Innamal akmalu bin niyat” (setiap usaha yang dilakukan oleh manusia yang dinilai oleh Allah adalah niat pelakunya), dan karena niat yang sebenarnya hanya diketahui oleh Allah, maka umat Islam diperintahkan untuk berprasangka baik terhadap doa yang dipanjatkan oleh seseorang.
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ

      “Sesungguhnya, amal perbuatan itu tergantung kepada niatnya”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

0 comments:

Post a Comment