Saturday, November 18, 2017

496. HIDANGAN

MENIKMATI HIDANGAN DARI ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Pada suatu malam, Nabi berbisik kepada Aisyah, “Apakah kamu rela pada malam giliranmu ini, aku beribadah kepada Allah?” “Saya sungguh senang selalu berada di sampingmu, tetapi saya pun rela dengan sesuatu yang engkau sukai,” jawab Aisyah, istri Nabi.
     Nabi kemudian bangkit untuk berwudu, beliau hanya menggunakan air sedikit, lalu  Nabi melakukan salat dengan membaca Al-Quran, sambil menangis sampai air mata beliau menetes membasahi ikat pinggangnya.
    Selesai salat, Nabi duduk memuji Allah, air matanya masih bercucuran sehingga membasahi pula lantai tempat duduknya, itulah cerita Aisyah, istri Nabi.
     “Nabi biasanya masuk ke Masjid Nabawi sebelum salat Subuh, apakah yang terjadi?" tambah Bilal.
    Bilal mendatangi kamar Nabi yang berada di samping Masjid Nabawi, dan Bilal menjumpai Nabi sedang menangis.
      “Mengapa engkau menangis, wahai Nabi? Bukankah Allah telah mengampuni dosamu?" tanya Bilal. Nabi bersabda,”Betapa aku tidak menangis, semalam telah turun kepadaku wahyu dari Allah”. Kemudian Nabi membacakan surah Ali Imran, surah ke-3 ayat 190-191.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

      “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah, sambil berdiri, duduk atau berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata,”Ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, jagalah kami dari siksa neraka”.
    Nabi bersabda kepada Bilal, “Rugilah orang yang membaca Al-Quran, tetapi tidak menghayati kandungannya”.
     Orang-orang yang berakal menggunakan potensinya untuk memahami ayat-ayat Allah yang tertulis di dalam mushaf atau terbentang di alam semesta, mereka tidak menempatkan diri di atas menara gading, tidak berpikir terlepas dari Allah, serta tidak membatasi ingatan kepada Allah hanya pada waktu tertentu saja, tetapi ketika sedang berdiri, duduk, dan berbaring sekalipun, mereka tetap mengingat Allah.
     Orang-orang yang berakal berusaha memahami semua ciptaan Allah, dan mengakui tentang "hak" yang mewarnai seluruh ciptaan Allah, pengakuan ini kemudian menghasilkan amal nyata dan karya besar, karena pemahaman tanpa pengakuan adalah kejahilan, sedangkan pengakuan tanpa pengamalan adalah  kesesatan.
       Nabi bersabda, “Ayat-ayat adalah hidangan dari Allah," Allah mengundang manusia untuk menelaah ayat-ayat-Nya, dan menghadiri undangan dari Allah berarti menikmati “santapan” yang diberikan oleh Allah.
     Kenikmatan makanan dalam suatu hidangan perjamuan akan semakin terasa nikmatnya, dengan kehadiran teman-teman yang berbudi.
    Demikian pula dengan jamuan dan hidangan dari Allah, terdapat etika dan tata cara bersantap makan dan minum yang baik yang harus dipatuhi oleh setiap orang terhormat.
      Mengecap dan menikmati cita rasa makanan yang dihidangkan adalah tujuan awal memenuhi undangan, tetapi ada tujuan utama dari si pengundang yang harus disadari oleh para undangan, yaitu agar terjalin hubungan yang mesra.
      Ayat ayat yang dibaca atau dilihat adalah berbagai “jenis makanan” yang dihidangkan, bukan hanya untuk dinikmati oleh para undangan sendirian, tetapi harus dinikmati bersama-sama.
      Nabi bersabda, “Makanlah hidangan yang terjangkau oleh tangan kananmu dan ulurkan makanan itu kepada yang tidak menjangkaunya”.
      Hal ini berarti terdapat tanggung jawab untuk memberikan sesuatu kepada orang lain, artinya pengetahuan saja tidak cukup, pengakuan pun masih kurang, maka buahnya harus ada untuk diri sendiri dan dibagikan kepada orang lain.
      Orang yang tidak menghadiri jamuan hidangan yang mewah dari Allah adalah rugi,  dan orang yang lebih rugi adalah orang yang menghadiri undangan, tetapi tidak menikmati hidangannya, sedangkan orang yang menikmatinya sendirian adalah  tercela.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

Related Posts:

  • 293. AKHIRATMEMAHAMI  KEHIDUPAN AKHIRAT (Seri ke-1) Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM         Beberapa orang bertanya,… Read More
  • 293. AKHIRATMEMAHAMI  KEHIDUPAN AKHIRAT (Seri ke-1) Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM         Beberapa orang bertanya,… Read More
  • 293. AKHIRATMEMAHAMI  KEHIDUPAN AKHIRAT (Seri ke-1) Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM         Beberapa orang bertanya,… Read More
  • 293. AKHIRATMEMAHAMI  KEHIDUPAN AKHIRAT (Seri ke-1) Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM         Beberapa orang bertanya,… Read More
  • 293. AKHIRATMEMAHAMI  KEHIDUPAN AKHIRAT (Seri ke-1) Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM         Beberapa orang bertanya,… Read More

0 comments:

Post a Comment