Monday, April 30, 2018

803. GEMBOK

GEMBOK PINTU KAKBAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang gembok pintu Kakbah di Masjidil Haram Mekah?” Berikut ini penjelasannya.
            Al-Quran surah Ibrahim, surah ke-14 ayat 37.

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
   
       “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikan hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezeki mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”
      Hajar Aswad adalah batu yang tertanam di pojok selatan Kakbah pada ketinggian 1,1 meter di atas lantai  yang tertanam dalam batu besar yang dikelilingi perak dengan ukuran panjang 25 cm dan lebar 17 cm.
      Awalnya, Hajar Aswad berupa satu bongkahan berdiameter sekitar 30 cm, tetapi sekarang berkeping-keping menjadi 8 gugusan batu kecil karena Hajar Aswad dipecah pada zaman Qaramithah, yaitu sekte dari Syiah Ismaililyah, yang membawa Hajar Aswad ke Kuffah pada tahun 319 Hijrah dan dikembalikan tahun 339 Hijrah.
      Hajar Aswad berupa 8 gugusan batu kecil itulah yang disunahkan oleh Nabi Muhammad untuk mencium dan menyalaminya, bukan lapisan perak dan bukan batu yang mengelilinginya.
      Hajar Aswad menjadi patokan bagi jamaah haji dan umrah dalam melakukan tawaf untuk memulai dan mengakhiri tawaf sebanyak 7 kali mengelilingi Kakbah dengan berjalan kaki atau memakai kursi roda berputar berlawanan arah jarum jam, artinya Kakbah selalu berada di sebelah kiri jamaah.
      Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Hajar Aswad turun dari surga berwarna putih lebih putih daripada susu, dan dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam.”
      Nabi Besabda,“Hajar Aswad adalah batu yang berasal dari surga yang semula berwarna putih yang lebih putih daripada salju dan dosa kaum musyrik yang membuatnya menjadi hitam.”
      Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Allah akan mengutus Hajar Aswad pada hari kiamat kelak, karena dia bisa melihat dan bisa berbicara yang akan menjadi saksi bagi orang yang benar-benar menyentuhnya.”
     Zaman dahulu Kakbah dikelilingi banyak berhala milik kaum musyrik sejumlah 365 berhala, sampai akhirnya Hajar Aswad berubah warna menjadi hitam karena dosa kemusyrikan manusia di sekitarnya.
     Mencium Hajar Aswad dan menyalaminya bukan tindakan menyembah batu dan menghormati batu yang hanya berupa benda mati, tetapi karena mematuhi perintah Allah dan perintah Nabi Muhammad.
      Umar bin Khattab berkata, “Aku mencium Hajar Aswad padahal aku tahu Hajar Aswad hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Nabi Muhammad mencium Hajar Aswad,  maka aku tidak akan mencium Hajar Aswad.”
      Adab dan etika sewaktu mencium Hajar Aswad adalah berikut ini.
      Ke-1, jamaah dilarang saling mendorong dan menyakiti jamaah lainnya. Mencium Hajar Aswad hukumnya sunah, sedangkan  tidak menyakiti orang lain hukumnya wajib, sehingga umat Islam dilarang mengerjakan yang sunah, tetapi dengan meninggalkan kewajiban.
      Ibnu Abas berkata,”Janganlah umat Islam saling berebut ingin mencium Hajar Aswad dengan menyakiti atau disakiti sesamanya.”
     Sehingga bertakbir dan mengangkat tangan kanan untuk memberi salam terhadap Hajar Aswad lebih disukai daripada mencium Hajar Aswad, tetapi dengan menyakiti umat Islam yang lain.
      Ke-2, kaum wanita dilarang memaksa ikut berdesakan dalam keramaian jamaah kaum pria untuk mencium Hajar Aswad, tetapi jika kondisinya memungkinkan maka kaum wanita diizinkan untuk mencium Hajar Aswad.
      Ke-3, sewaktu mencium Hajar Aswad dilarang mengeluarkan suara keras dengan mengangkat kedua tangan ke atas.
      Ke-4, dilarang berhenti untuk berdoa maupun salat di sepanjang garis di depan Hajar Aswad untuk memulai dan mengakhiri tawaf, karena akan mengganggu jamaah lainnya, terutama pada jam padat pengunjung.
      Multazam adalah dinding Kakbah selebar sekitar 5 meter yang terletak antara Hajar Aswad dengan pintu Kakbah, yang termasuk dinding yang mustajab (doa yang dikabulkan).
      Cara berdoa di Multazam adalah dengan mendekap, menempelkan badan, perut dan wajah pada dinding Kakbah, karena dalam bahasa Arab kata “multazam” artinya “mendekap” atau “menempel”.
     Adab berdoa di Multazam adalah berikut ini.
      Ke-1, mulai dengan membaca basmalah dan bertasbih memuji Allah. Ke-2, bersalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya. Ke-3,  menyebut asmaul husna dengan santun dan lembut.
      Ke-4, berdoa menyampaikan permohonan kepada Allah dengan pikiran yang yakin  bahwa semua doa  akan dikabulkan oleh Allah. Ke-5, bersikap dan berperilaku positif yang mendukung doa yang telah dipanjatkan.
      Hijir Ismail adalah bangunan terbuka berbentuk setengah lingkaran yang berada di sebelah utara Kakbah, pada zaman dahulu Hijir Ismail adalah tempat tinggal Hajar, istri Nabi Ibrahim, dan putranya, Ismail.
      Awalnya, Hijir Ismail berupa lingkaran penuh, tetapi pada zaman kaum Qurasiy merenovasi Kakbah terpotong separuh, sehingga disebut “hathim” (yang terpotong) karena kekurangan dana yang bersumber dari harta yang halal dan bersih.
     Tinggi dinding Hijir Ismail 1,32 meter; lebarnya 1,55 meter; dengan jarak dua pintu masuk 8,77 meter; lebar pintu bagian Rukun Syami 2,23 meter; lebar pintu bagian Rukun Iraqi 2,29 meter; dan panjang putaran dinding luar 17,75 meter.
       Hijir Ismail yang termasuk bagian dalam Kakbah berjarak 3 meter dari dinding Kakbah, sehingga jamaah yang salat di tempat ini bernilai sama dengan salat di dalam Kakbah dan jamaah yang tawaf harus berputar di luar Hijir Ismail.
      Talang air di atap Kakbah tepat di atas Hijir Ismail terbuat dari bahan dilapisi emas sehingga sering disebut “talang emas” yang berfungsi menyalurkan air hujan dan air bekas cucian Kakbah serta berdoa di bawah talang emas termasuk mustajab (doa yang dikabulkan).
      Panjang seluruh talang 2,53 meter; bagian tertanam dalam dinding Kakbah 58 cm; panjang talang yang tampak 1,95 meter; tingginya 23 cm dan lebarnya 26 cm, bagian tepi atas diberi paku agar burung tidak hinggap di atasnya.
      Syazarwan adalah bangunan berbentuk melengkung di bawah dinding Kakbah sampai permukaan lantai dengan ukuran tinggi 13 cm dan lebarnya 45 cm dipakai para jamaah berdiri menempelkan perut, lengan, dan wajah ke dinding Kakbah.
      Syazarwan juga untuk melindungi Kakbah dari genangan air dan tempat mengikat tali kiswah penutup Kakbah yang berbentuk bulat agar tidak membahayakan para jamaah sebanyak 55 buah.
      Syazarwan termasuk bagian Kakbah karena terletak di atas pondasi Nabi Ibrahim dengan panjang bagian Hajar Aswad ke Rukun Iraqi 12,84 meter; dari Hajar Aswad ke Rukun Yamani 11,52 meter; dari Rukun Yamani ke Rukun Syami 12,11 meter; dan bagian Hijir Ismail 11,28 meter.
      Kakbah diberi dua lapis atap yang bagian atasnya dilapisi marmer putih dikelilingi pagar tembok menyatu dengan dinding Kakbah setinggi 80 cm yang ditancapi kayu-kayu kokoh untuk mengikat tali kiswah.
       Permukaan atap Kakbah dipasang sebuah pintu berukuran panjang 1,27 meter dan lebarnya 1,04 meter yang terbuat dari baja yang dapat dicapai dengan menaiki tangga dari dalam Kakbah.
      Jumlah anak tangga di dalam Kakbah yang dipakai untuk naik dan turun dari atap Kakbah sebanyak 35 buah, lebarnya 63 cm sampai 73 cm, dan tinggi tiap anak tangga 24 sampai 35 cm.
      Pintu Kakbah dibuat dari kayu setebal 10 cm dilapisi emas seberat 280 kg terletak 2,25 meter di atas lantai, tinggi pintunya 3,10 meter; lebarnya 1,90 meter; dan tebalnya 50 cm dilengkapi ornamen kaligrafi ayat-ayat Al-Quran.
      Kunci pintu Kakbah panjangnya  40 cm disimpan dalam tas yang terbuat dari sutera dilapisi emas murni yang dibuat setiap tahun oleh pabrik pembuat kiswah disimpan oleh keturunan Bani Syaibah.
      Gembok pintu Kakbah dengan ukuran panjang 34 cm dan lebarnya 6 cm yang pada dua sisinya ditempeli lempengan tembaga kuning yang panjangnya 8 cm dan lebarnya 3 cm.
Daftar Pustaka
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap). Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
4. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
5. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
6. Tafsirq.com online

0 comments:

Post a Comment