Friday, April 27, 2018

795. AMIN

NABI MUHAMMAD AL-AMIN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang Nabi Muhammad yang diberi gelar Al-Amin, yakni orang yang jujur, amanah, dan sangat tepercaya?” Berikut ini penjelasannya.
       Kota Madinah memiliki banyak masjid bernilai sejarah, salah satunya Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun dalam sejarah Islam yang berlokasi 5 km di selatan Masjid Nabawi, Madinah.
      Majid Quba dibangun ketika Nabi Muhammad hijrah dari Mekah ke Madinah, pada hari Senin, 8 Rabiul Awal tahun pertama Hijrah yang bertepatan dengan 23 September 622 Masehi.           
      Ketika Nabi Muhammad berumur 51 tahun telah banyak kepala suku di Madinah (Yatsrib) yang telah memeluk agama Islam dan mereka telah berjanji untuk menyebarkan agama Islam di Madinah.
      Nabi Muhammad mengirimkan para juru dakwah penyebar agama Islam ke Madinah untuk mengajarkan  syariat agama dan ilmu pengetahuan tentang agama Islam yang dipimpin oleh Mushab bin Umar Abdary.
      Nabi berumur 53 tahun, para penduduk Madinah berbaiat dan bersumpah dihadapan Nabi Muhammad untuk melindungi dan membantu umat Islam Mekah yang selalu diganggu, dimusuhi, dan disiksa oleh kaum kafir Quraisy.
      Para sahabat mulai berhijrah secara rahasia dari Mekah ke Medinah dan rombongan hijrah pertama dipimpin Abu Salamah yang beberapa bulan kemudian diikuti oleh istri dan anak-anaknya.
      Rombongan berhijrah meninggalkan rumah, tanah, harta kekayaan di Mekah dengan hanya membawa bekal seadanya secara bersembunyi untuk menyelamatkan diri dari  siksaan dan pembunuhan oleh kaum kafir Quraiys.
      Hanya Umar bin Khattab yang mengumumkan rencana hijrahnya dari Mekah ke Madinah secara terbuka kepada masyarakat Quraisy dan ternyata tidak ada seorang pun yang berani menghentikannya.     
      Kaum kafir Quraisy mulai gelisah karena mereka paham posisi Madinah yang strategis sebagai jalur utama perdagangan dan mereka mengerti benar kemampuan para sahabat dalam memengaruhi orang lain.
     Kaum kafir Quraisy mencoba mengatasinya dengan membentuk regu pembunuh yang beranggotakan para jagoan dari semua suku di Mekah dengan perencanaan yang sangat terperinci dan matang.
      Diatur strategi  agar keluarga Nabi, Bani Hasyim, tidak mampu membalasnya, ketika itu Abu Jahal sangat yakin pasukan pembunuh yang dibentuknya mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.
        Al-Quran surah Al-Anfal, surah ke-8 ayat 30.

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ ۚ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

      “Dan ingatlah, ketika orang-orang kafir Quraisy memikirkan tipu daya terhadapmu. Untuk menangkap dan memenjarakanmu. Atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu muslihat. Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah Sebaik-baik pembalas tipu muslihat.”.
      Pasukan pembunuh akan mengepung rumah Nabi pada malam harinya, tetapi sebelum pengepungan, siang harinya Nabi Muhammad memakai penutup wajah mendatangi rumah Abu Bakar untuk mengatur strategi hijrah dari Mekah ke Madinah.
      Rumah Nabi dikepung oleh pasukan algojo Mekah yang bersenjata lengkap dan pada tengah malam Nabi Muhammad keluar rumah berjalan kaki mengendap-endap membungkuk sambil berjinjit melewati kepungan regu pembunuh yang tertidur, lalu Nabi menaburkan pasir ke arah mereka.
      Al-Quran surah Yasin, surah ke-36 ayat 9.

وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ

      “Kami adakan di hadapan mereka dinding, di belakang mereka dinding.  Kami tutup mata mereka, sehingga mereka tidak dapat melihat.”
      Nabi menghampiri rumah Abu Bakar dengan berjalan kaki berjinjit agar tidak meninggalkan jejak, kemudian Nabi dengan Abu Bakar berjalan kaki ke selatan 6 km menuju gunung Tsur yang medannya sangat sulit dan berat. 
     Nabi menyadari kaum kafir pasti mengejarnya ke arah utara, jalur utama ke arah Madinah, kemudian Nabi dan Abu Bakar berada di gua Tsur, di atas gunung Jabal Tsur, selama tiga malam.
      Pada malam hari Nabi dengan Abu Bakar ditemani Abdullah bin Abu Bakar yang bertidak sebagai intel dan Amir bin Furaihah, pembantu Abu Bakar yang  menggembalakan banyak domba di sekitarnya untuk diminum air susunya.
      Pagir harinya, Abdullah bin Abu Bakar, si pengintai, sudah kembali berada di rumahnya dan Amir bin Furaihah, si penggembala, menggiring semua dombanya mengikuti jalur Abdullah untuk menghapus jejaknya. 
      Pada malam ketiga di Gua Tsur, Nabi dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan,  Abdullah bin Uraiqah sebagai penunjuk jalan yang diberi hadiah dua ekor unta yang bagus, sedangkan Asma bin Abu Bakar yang menyiapkan bekal makanan untuk  perjalanan jauh.
      Nabi berhijrah menunggang unta Qoswa menempuh jalur yang jarang dilewati dengan berjalan ke arah selatan, menjauh dari arah Madinah, kemudian berbelok ke arah barat lewat pesisir mendekati Lautan Merah, lalu berbelok ke arah utara menuju ke arah Madinah.
     Malam itu, rombongan Nabi  berjalan tanpa berhenti selama 18 jam dan pada tengah hari amat terik karena matahari sangat menyengat, Nabi dan rombongan berteduh dan berlindung dalam bayangan batu besar, lalu Nabi Muhammad tertidur.
      Para pemimpin kaum kafir dengan marah mengumumkan hadiah 100 ekor unta bagi siapa saja yang berhasil membawa Nabi Muhammad hidup atau mati, lalu Suraqah bin Malik bersenjata lengkap memacu kudanya dengan kencang berhasil mengejar Nabi.
      Suraqah bin Malik bersiap memanah, tetapi sungguh mengherankan, setiap akan memanah kudanya terjatuh, Suraqah bin Malik terjungkal debu bertebaran di udara, lalu Suraqah berdiri dan akan memanah lagi kudanya terjungkal lagi, sampai tiga kali. Akhirnya, dia menyerah dan minta maaf kepada Nabi, Nabi Muhammad memaafkan, Suraqah bin Malik kembali ke Mekah seolah-olah tidak terjadi apa pun. 
     Tujuh hari perjalanan yang melelahkan mengarungi lautan pasir amat luas dengan udara panas yang menyengat, Senin, 8 Rabiul Awal tahun pertama Hijrah, Nabi Muhammad dan Abu Bakar tiba di Quba, lalu Nabi Muhammad bermukim di rumah Kalsum bin Hadam selama empat  hari.
      Di lokasi inilah Masjid Quba dibangun yang dilakukan bergotong-royong bekerja bersama-sama saling membantu kaum Muhajirin dari Mekah dengan  kaum Ansor dari Madinah, Nabi Muhammad terlibat langsung membangun masjid Quba, sehingga badan Nabi penuh debu dan pasir.
      Masjid Quba, nama telaga di kawasan Quba, adalah masjid pertama yang dibangun oleh Nabi pada tahun pertama Hijriah yang bertepatan 622 Masehi yang terletak 5 km di selatan Masjid Nabawi.
      Ali bin Abi Thalib yang tinggal di rumah Nabi mengembalikan semua harta dan barang titipan milik kaum Qurasiy kepada yang berhak, kemudian Ali bin Abi Thalib menyusul hijrah dan bertemu Nabi di Quba.
      Sebagian kaum kafir Quraisy waktu itu masih tak beriman kepada Allah dan tak mengakui Nabi Muhammad sebagai utusan Allah, tetapi mereka tetap menitipkan barang-barang dan harta  kekayaan mereka kepada Nabi Muhammad.
     Kaum kafir Quraisy sangat yakin Nabi Muhammad tak pernah berbohong karena sejak kecil mereka bergaul dan berinteraksi secara langsung dengan Nabi Muhammad yang selalu jujur, tak pernah menipu, tak pernah curang, tak pernah berdusta.
     Al-Amin adalah sebuah gelar untuk Nabi Muhammad, karena beliau adalah orang jujur, amanah, dan sangat terpercaya, meskipun dalam sebuah ensiklopedi dunia dikatakan Nabi Muhammad diberi gelar “Al-Amin” karena ibunya bernama Aminah.
      Padahal pada zaman itu, bangsa Arab memberikan gelar kesaksian kejujuran  kepada Nabi Muhammad tanpa menghubungkan dengan nama ibunya, tetapi gelar Al-Amin bagi Nabi Muhammad karena dikenal sebagai seorang laki-laki yang penuh amanah, jujur dan dapat dipercaya.
     Karena fakta sifat dan sikap Nabi Muhammad yang amanah, jujur, dan dapat dipercaya membuat Khadijah, seorang janda yang kaya raya, akhirnya bersedia menikahi Nabi Muhammad, setelah menyaksikan akhlak beliau secara langsung.
      Al-Quran surah Al-Qalam, surah ke-68 ayat 4.

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” 
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

0 comments:

Post a Comment