SAKSI PALSU PEMILU
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang kesaksian palsu
menurut ajaran Islam?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
1. Nabi Muhammad bersabda,”Maukah aku
tunjukkan kepada kalian dosa-dosa besar yang paling besar?” Para sahabat
menjawab,”Tentu kami mau, wahai Rasulullah.”
2. Nabi Muhammad bersabda,”Tiga dosa yang
paling besar di antara dosa-dosa besar adalah berikut ini”.
1) Syirik kepada Allah.
2) Durhaka kepada kedua orang tua.
3) Kesaksian palsu.
3. Al-Quran surah Al-Haj (surah ke-22) ayat
30 melarang berkata dusta (bersaksi palsu).
ذَٰلِكَ وَمَنْ
يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّهِ ۗ وَأُحِلَّتْ لَكُمُ
الْأَنْعَامُ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ ۖ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ
وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang
terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya.
Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang
diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang
najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.
4. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2)
ayat 282.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ
بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ ۚ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ
ۚ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ أَنْ يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ ۚ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ
الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْئًا
ۚ فَإِنْ كَانَ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا أَوْ لَا يَسْتَطِيعُ
أَنْ يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُ بِالْعَدْلِ ۚ وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ
مِنْ رِجَالِكُمْ ۖ فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ
تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا
الْأُخْرَىٰ ۚ وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا ۚ وَلَا تَسْأَمُوا أَنْ
تَكْتُبُوهُ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا إِلَىٰ أَجَلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ
وَأَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَأَدْنَىٰ أَلَّا تَرْتَابُوا ۖ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً
حَاضِرَةً تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَلَّا تَكْتُبُوهَا
ۗ وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمْ ۚ وَلَا يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلَا شَهِيدٌ ۚ وَإِنْ
تَفْعَلُوا فَإِنَّهُ فُسُوقٌ بِكُمْ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ
ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antaramu menuliskannya dengan
benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah
mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang
itu mengimlakan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun daripada utangnya. Jika
yang berutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia
sendiri tidak mampu mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur.
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu).
Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka
seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis utang
itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu,
lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika
muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada
dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika
kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan
pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.
5. Dalam pemilu kita datang ke TPS (tempat
pemungutan suara) dan masuk ke dalam bilik untuk mencoblos dan memilih
presiden, gubernur, bupati, anggota DPD, anggota DPR, anggota DPRD
Kabupaten/Kota, kepala desa, atau pemimpin dalam tingkatan apa pun, sebenarnya kita
sedang memberikan KESAKSIAN yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah di
akhirat kelak.
6. Jika pemimpin yang kita pilih kemudian
menjadi presiden, gubernur, bupati, anggota DPD, anggota DPR, anggota DPRD
Kabupaten/Kota, kepala desa, atau pemimpin dalam tingkatan apa pun, menjadi
pemimpin yang baik dan amanah untuk dunia dan akhirat, maka kita yang
memilihnya ikut mendapatkan pahalanya.
a. Sebaliknya, jika pemimpin yang kita pilih
kemudian menjadi presiden, gubernur, bupati, anggota DPD, anggota DPR, anggota
DPRD, kepala desa, atau pemimpin dalam tingkatan apa pun, menjadi pemimpin yang
jelek dan tidak amanah untuk dunia dan akhirat, maka kita yang memilihnya ikut
berdosa.
7. Kesimpulannya dalam pemilihan umum dalam
tingkat apa pun.
1) Kita harus memilih pemimpin yang baik,
jujur, dan amanah untuk kehidupan dunia dan akhirat.
2) Kita memilih pemimpin artinya kita memberikan
kesaksian untuk dunia dan akhirat.
3) Jangan menjadi saksi palsu, karena saksi
palsu termasuk dosa yang sangat besar.
Daftar Pustaka.
1. Somad, Abdul. Buku 37 masalah popular.
Penerbit Tafaqquh Press, 2018.
2. Somad, Abdul. Tanya jawab 99 seputar
salat. Penerbit Tafaqquh Press, 2018.
3. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah
dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
4. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan
Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
5. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
6. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital
Qur’an Ver 3.2
7. Tafsirq.com online



0 comments:
Post a Comment