Sunday, May 19, 2019

2335. SAKSI PALSU PEMILU


SAKSI PALSU PEMILU
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang kesaksian palsu menurut ajaran Islam?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
1.    Nabi Muhammad bersabda,”Maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa-dosa besar yang paling besar?” Para sahabat menjawab,”Tentu kami mau, wahai Rasulullah.”
2.    Nabi Muhammad bersabda,”Tiga dosa yang paling besar di antara dosa-dosa besar adalah berikut ini”.
1)    Syirik kepada Allah.
2)    Durhaka kepada kedua orang tua.
3)    Kesaksian palsu.

3.    Al-Quran surah Al-Haj (surah ke-22) ayat 30 melarang berkata dusta (bersaksi palsu).

ذَٰلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّهِ ۗ وَأُحِلَّتْ لَكُمُ الْأَنْعَامُ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ ۖ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
      Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.
4.    Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 282.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ ۚ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ ۚ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ أَنْ يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ ۚ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْئًا ۚ فَإِنْ كَانَ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا أَوْ لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُ بِالْعَدْلِ ۚ وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ ۖ فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَىٰ ۚ وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا ۚ وَلَا تَسْأَمُوا أَنْ تَكْتُبُوهُ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا إِلَىٰ أَجَلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ وَأَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَأَدْنَىٰ أَلَّا تَرْتَابُوا ۖ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَلَّا تَكْتُبُوهَا ۗ وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمْ ۚ وَلَا يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلَا شَهِيدٌ ۚ وَإِنْ تَفْعَلُوا فَإِنَّهُ فُسُوقٌ بِكُمْ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

     Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antaramu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
5.    Dalam pemilu kita datang ke TPS (tempat pemungutan suara) dan masuk ke dalam bilik untuk mencoblos dan memilih presiden, gubernur, bupati, anggota DPD, anggota DPR, anggota DPRD Kabupaten/Kota, kepala desa, atau pemimpin dalam tingkatan apa pun, sebenarnya kita sedang memberikan KESAKSIAN yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah di akhirat kelak.
6.    Jika pemimpin yang kita pilih kemudian menjadi presiden, gubernur, bupati, anggota DPD, anggota DPR, anggota DPRD Kabupaten/Kota, kepala desa, atau pemimpin dalam tingkatan apa pun, menjadi pemimpin yang baik dan amanah untuk dunia dan akhirat, maka kita yang memilihnya ikut mendapatkan pahalanya.
a.    Sebaliknya, jika pemimpin yang kita pilih kemudian menjadi presiden, gubernur, bupati, anggota DPD, anggota DPR, anggota DPRD, kepala desa, atau pemimpin dalam tingkatan apa pun, menjadi pemimpin yang jelek dan tidak amanah untuk dunia dan akhirat, maka kita yang memilihnya ikut berdosa.
7.    Kesimpulannya dalam pemilihan umum dalam tingkat apa pun.
1)    Kita harus memilih pemimpin yang baik, jujur, dan amanah untuk kehidupan dunia dan akhirat.
2)    Kita memilih pemimpin artinya kita memberikan kesaksian untuk dunia dan akhirat.
3)    Jangan menjadi saksi palsu, karena saksi palsu termasuk dosa yang sangat besar.

Daftar Pustaka.
1.    Somad, Abdul. Buku 37 masalah popular. Penerbit Tafaqquh Press, 2018.
2.    Somad, Abdul. Tanya jawab 99 seputar salat. Penerbit Tafaqquh Press, 2018.
3.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
4.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
5.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
6.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
7.    Tafsirq.com online

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment