Wednesday, May 22, 2019

2378. ETIKA MAULID NABI


ETIKA MAULID NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang etika dalam memperingati maulid Nabi Muhammad menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1.    Etika atau adab pada dasarnya bermakna “keadilan” atau “menempatkan sesuatu pada tempat yang wajar”.
2.    Artinya kita menjadi orang yang tidak adil dan tidak beradab apabila cara menghormati orang tua kita sama dengan menghormati teman sejawat.
3.    Mengurangi penghormatan atau menambahkan penghormatan dari yang semestinya adalah tidak beradab dan tidak adil.
4.    Jika artinya seperti ini yang dijadikan tolok ukur cara menghormati Nabi Muhammad, maka terdapat umat Islam yang kurang beradab terhadap beliau.
5.    Semua umat Islam pasti menghormati dan mengagumi kepada Nabi Muhammad, ketika memandang beliau dari  kacamata manusia, seperti yang dilakukan oleh banyak ahli non-Muslim yang jujur dan objektif.
6.    Semua umat Islam bertambah penghormatannya ketika memandang Nabi Muhammad melalui kacamata agama dengan menggunakan Al-Quran sebagai rujukannya.
7.    Nabi Muhammad memang manusia biasa dalam struktur, fungsi fisik, dan nalurinya.
8.    Tetapi sifat kemanusiaan Nabi Muhammad mencapai kesempurnaannya, karena beliau mendapatkan wahyu dari Allah melalui malaikat Jibril.

9.    Al-Quran surah An-Nur (surah ke-24) ayat 63.

لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا ۚ قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

      Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antaramu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antaramu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.
10. Allah memanggil dan menunjuk Nabi Muhammad dengan gelar yang terhormat, seperti “Wahai Nabi” atau “Wahai Rasul”, dan hanya satu ayat yang menyebutkan nama beliau tanpa gelar kehormatan.

11. Al-Quran surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 45-46.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا

      Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.
12. Kadang kala sikap kekaguman umat Islam terhadap Nabi Muhammad malah menyebabkan munculnya sikap yang tidak adil dan tidak beradab.
13. Beberapa orang Islam berusaha menguraikan keajaiban menjelang kelahiran Nabi Muhammad dengan gambaran yang keliru yang didorong oleh hasrat untuk membuktikan keagungan Nabi Muhammad.
14. Dikisahkan bahwa ketika Nabi Muhammad lahir: singgasana kaisar berguncang, semua berhala berjatuhan, api yang disembah bangsa Persia langsung padam, dan danau langsung mengering.
15. Keajaban seperti itu, apabila benar-benar terjadi, memang luar biasa, tetapi pada umumnya hal tersebut tidak menambah keyakinan orang-orang yang beriman.
16. Padahal pada saat kelahiran Nabi Muhammad, juga banyak ibu yang melahirkan bayinya, dan masing-masing ibu dapat berkata bahwa keajaiban itu terjadi karena bayinya.
17. Dikisahkan bahwa Nabi Muhammad lahir dalam keadaan bercelak mata, sudah putus tali pusarnya dan telah berkhitan, bahkan dapat dilihat dari balik pundaknya.
18. Memang benar bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang sangat istimewa secara fisik dan psikis.
19. Tetapi dengan melukiskan kelahiran Nabi Muhammad seperti itu dapat menjadikan beliau seperti bukan manusia lagi.
20. Dengan menyatakan bahwa Nabi Muhammad diutus di Mekah, karena masyarakatnya yang paling bejat, mereka menyembah berhala, menanam hidup-hidup anak perempuannya, kemudian berubah menjadi masyarakat yang harmonis, tidak mengenal dosa, dan generasi terbaik umat manusia.
21. Sebagian ulama berpendapat bahwa pernyataan seperti di atas tidak beradab dan tidak adil kepada Nabi Muhammad dan terhadap masyarakat Quraisy.
22. Menanam anak hidup-hidup tidak dikenal secara umum pada zaman itu, hanya dua atau tiga suku yang melakukannya, sehingga tidak wajar menjadikan perbuatan dua atau tiga suku dianggap mewakili masyarakatnya.
Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.    Tafsirq.com online

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment