BERAGAMA
DENGAN CERIA
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M.

1. BERAGAMA
DENGAN CERIA,Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag
2. “Dan
berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu, Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai
kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al
Qur’an) ini, supaya Rasulullah itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu
semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah
zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka
Dialah pelindung terbaik dan penolong terbaik (pula).” (QS. Al Haj [22]:78)
3. Tulisan
ini ini hanya menjelaskan penggalan dari ayat yang tercetak tebal dalam
terjemah ayat di atas, “..dan Dia (Allah) sekali-kali tidak menjadikan untuk
kamu dalam agama suatu kesempitan.”
4. Tentu
Anda masih ingat tulisan saya sebelumnya, “Hidup Biasa dengan Ibadah Ekstra.”
5. Sebaiknya
Anda membacanya ulang, sebab sangat terkait dengan tulisan ini.
6. Uraian
ini ditulis sebagai respon atas komentar negatif yang disampaikan oleh
orang-orang yang memandang Islam sebagai ajaran yang terlalu banyak aturan
sehingga menyempitkan gerak kehidupan.
7. Mereka
merasa kehilangan kenyamanan atau kebebasan hidup karena kungkungan nilai-nilai
agama yang ketat.
8. Allah
Yang Maha Mendengar ucapan mereka dan menurunkan wahyu yang berbunyi:
9. “Thaahaa.
Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah. Tetapi
sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).” (QS. Thaha [20]: 1-3)
10. Firman
Allah ini diawali dengan Thaahaa, salah satu nama atau predikat Nabi Muhammad,
yaitu singkatan dari thahir (orang yang bersih dari dosa) dan hadi (orang yang
memberi pencerahan agama).
11. Oleh
sebagian ulama, thaaha dikaitkan dengan pribadi Nabi Muhammad, karena kata itu
terdiri atas huruf “tha” yang dalam
hitungan Arab berarti angka 9 dan “ha” yang berarti 5 sehingga berjumlah 14.
12. Tanggal
14 adalah awal dari puncak cahaya bulan purnama yaitu tanggal 15, dan Nabi Muhammad
dipanggil dengan bulan purnama (al-badar).
13. Dengan
demikian, firman Allah ini secara tidak langsung mengingatkan Nabi Muhammad agar
mengajarkan agama yang memudahkan orang dan menjauhkan mereka dari hidup yang
susah karena Islam.
14. Surat
Thaaha ini turun ketika banyak pengikut Nabi Muhammad disiksa oleh orang-orang
kafir di Mekah.
15. Mereka
lalu mengejek Islam sebagai agama yang mendatangkan penderitaan pengikutnya.
16. Maka
ayat ini membantah tuduhan orang kafir Mekah tersebut,”Kami tidak menurunkan Al-Quran
ini kepadamu agar kamu menjadi susah.”
17. Sebagian
ahli tafsir memberi penjelasan berbeda.
18. Bahwa
ayat ini turun ketika ada seorang sahabat yang memaksakan diri untuk terus
beribadah, padahal ia sudah kelelahan, sebagaimana akan dijelaskan pada bagian
akhir tulisan ini.
19. Allah
juga menegaskan keceriaan dalam beragama dalam ayat yang lain, yaitu:
20. “Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.“ (QS. Al
Baqarah [02]:185)
21. Muhammad
bin ‘Allan As Shiddiqy, penulis kitab Dalilul Falihin menulis satu bab yang
berjudul Bab Al Iqtshad fit Tha’ah (Pembahasan tentang Beragama secara
Moderat).
22. Ia
mengatakan, “Orang beragama bagaikan orang yang melakukan perjalanan yang
sangat jauh dengan banyak bekal di punggungnya.”
23. Jika
ia berjalan dengan cepat dan memaksakan diri agar lekas sampai tujuan, maka
dipastikan ia kelelahan dan tidak akan sampai ke tujuan.”
24. Pada
zaman Nabi Muhammad, ada peristiwa yang menarik.
25. Seorang
penduduk desa pedalaman menemui Rasulullah.
26. Beliau
lupa siapa pria yang datang tersebut.
27. Lalu
lelaki itu berkata, “Saya orang yang masuk Islam setahun silam, dan sejak itu
saya tidak pernah makan di siang hari.”
28. Rasullah
bersabda, “wa man amaraka an tu’adzdziba nafsaka? (Siapa yang menyuruhmu
menyiksa diri sendiri?”
29. Rasulullah
juga pernah bersabda, “Sungguh, agama itu mudah (yusrun). Siapapun yang
mempersulit (pelaksanaan) agama, ia akan kalah.”
30. Maka
sedang-sedang sajalah kalian (saddidu), berdekat-dekatlah (wa qaribu), dan
bergembiralah (wa absyiru), serta mintalah pertolongan Allah di waktu pagi,
sore dan sedikit di malam hari” (HR Bukhari dari Abu Hurairah)
31. Imam
Al Karmany menjelaskan arti hadis di atas secara terperinci.
32. Menurutnya,
kata “yusrun” dalam hadis di atas artinya “Islam itu sangat mudah”.
33. Oleh
sebab itu, siapapun yang mempersulit diri dalam menjalankan agama, ia akan
gagal mencapai kesempurnaan sebagian atau keseluruhan ibadahnya.
34. Perintah
Nabi Muhammad,“Saddidu” (sedang-sedang sajalah)”.
35. Artinya
jalankan agama dengan sedang-sedang saja, dengan prinsip kemudahan, asalkan
tidak melanggar aturan yang baku.
36. Sedangkan
kata “wa qaribu” (berdekat-dekatlah)”.
37. Artinya,
jika Anda tidak bisa menjalankan agama secara ideal, maka berupaya mendekati
yang ideal itu.
38. Imam
Al Karmany lebih lanjut menjelaskan bahwa sabda Rasulullah, “wa absyiru
(bergembiralah)”.
39. Artinya
kerjakan agama dengan sukacita.
40. Bergembiralah
dengan pahala Allah atas ibadah yang kita kerjakan dengan konsiten dan kontinyu,
meskipun kecil.
41. Mintalah
pertolongan Allah agar tetap menjalankan ibadah dengan ceria dan gembira agar
tidak merasa bosan.
42. Orang
yang tidak mengerjakan agama dengan riang hati, ia akan jemu dan merasa lelah,
seperti musafir yang kelehan di jalan dan tidak sampai tujuan.
43. Anas
bin Malik r.a bercerita, suatu ketika Nabi Muhammad memasuki masjid dan beliau
melihat tali yang terbentang antara dua tiang.
44. Beliau
bertanya, “Ini tali apa?”
45. Para
sahabat menjawab, “Ini tali yang diikat oleh Zainab untuk pegangan salat ketika
ia sudah lelah.
46. Rasulullah
bersabda, “Li yushalli ahadukum nasyathahu, fa idza fatara fal yarqud
(Hendaklah orang salat dalam keadaan segar. Jika lelah, maka hendaklah ia tidur
dulu).”
47. Dalam
Al Qur’an, Allah menekankan beberapa kali prinsip kemudahan beragama tersebut,
antara lain pada beberapa ayat yang disebut di atas.
48. Renungkan
kembali penggalan firman Allah di atas, yaitu:
49. “…dan
Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (QS.
Al Haj [22]:78).
50. Islam
diturunkan untuk membahagiakan Anda, bukan untuk menyusahkan Anda, maka raih
kebahagiaan itu dengan pengamalan agama dengan ceria dan sukacita.
51. Jika
ada ajaran yang menurut Anda menyusahkan, maka pastikan cara pandang Anda yang
salah, karena mungkin berdasar hawa nafsu, bukan dengan akal sehat.
52. Atau
karena pengetahuan Anda yang sempit atau karena penafsiran yang keliru.
53. Kerjakan
perintah Allah semampu Anda dan Allah pasti Maha Tahu kesulitan dan semangat
Anda.
54. Jika
Anda beragama dengan susah dan dukacita, bagaimana mungkin Anda bermuka ceria
dan menebar kasih kepada sesama, dan mungkinkah ada orang lain tertarik pada
agama Anda?
(Sumber: Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag)
0 comments:
Post a Comment