Sunday, October 27, 2019

3555. BERAGAMA DENGAN CERIA


BERAGAMA DENGAN CERIA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1.    BERAGAMA DENGAN CERIA,Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag
2.    “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu, Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasulullah itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah pelindung terbaik dan penolong terbaik (pula).” (QS. Al Haj [22]:78)
3.    Tulisan ini ini hanya menjelaskan penggalan dari ayat yang tercetak tebal dalam terjemah ayat di atas, “..dan Dia (Allah) sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.”
4.    Tentu Anda masih ingat tulisan saya sebelumnya, “Hidup Biasa dengan Ibadah Ekstra.”
5.    Sebaiknya Anda membacanya ulang, sebab sangat terkait dengan tulisan ini.
6.    Uraian ini ditulis sebagai respon atas komentar negatif yang disampaikan oleh orang-orang yang memandang Islam sebagai ajaran yang terlalu banyak aturan sehingga menyempitkan gerak kehidupan.
7.    Mereka merasa kehilangan kenyamanan atau kebebasan hidup karena kungkungan nilai-nilai agama yang ketat.
8.    Allah Yang Maha Mendengar ucapan mereka dan menurunkan wahyu yang berbunyi:
9.    “Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah. Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).” (QS. Thaha [20]: 1-3)
10. Firman Allah ini diawali dengan Thaahaa, salah satu nama atau predikat Nabi Muhammad, yaitu singkatan dari thahir (orang yang bersih dari dosa) dan hadi (orang yang memberi pencerahan agama).
11. Oleh sebagian ulama, thaaha dikaitkan dengan pribadi Nabi Muhammad, karena kata itu terdiri atas  huruf “tha” yang dalam hitungan Arab berarti angka 9 dan “ha” yang berarti 5 sehingga berjumlah 14.
12. Tanggal 14 adalah awal dari puncak cahaya bulan purnama yaitu tanggal 15, dan Nabi Muhammad dipanggil dengan bulan purnama (al-badar).
13. Dengan demikian, firman Allah ini secara tidak langsung mengingatkan Nabi Muhammad agar mengajarkan agama yang memudahkan orang dan menjauhkan mereka dari hidup yang susah karena Islam.
14. Surat Thaaha ini turun ketika banyak pengikut Nabi Muhammad disiksa oleh orang-orang kafir di Mekah.
15. Mereka lalu mengejek Islam sebagai agama yang mendatangkan penderitaan pengikutnya.
16. Maka ayat ini membantah tuduhan orang kafir Mekah tersebut,”Kami tidak menurunkan Al-Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah.”
17. Sebagian ahli tafsir memberi penjelasan berbeda.
18. Bahwa ayat ini turun ketika ada seorang sahabat yang memaksakan diri untuk terus beribadah, padahal ia sudah kelelahan, sebagaimana akan dijelaskan pada bagian akhir tulisan ini.
19. Allah juga menegaskan keceriaan dalam beragama dalam ayat yang lain, yaitu:
20. “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.“ (QS. Al Baqarah [02]:185)
21. Muhammad bin ‘Allan As Shiddiqy, penulis kitab Dalilul Falihin menulis satu bab yang berjudul Bab Al Iqtshad fit Tha’ah (Pembahasan tentang Beragama secara Moderat).
22. Ia mengatakan, “Orang beragama bagaikan orang yang melakukan perjalanan yang sangat jauh dengan banyak bekal di punggungnya.”
23. Jika ia berjalan dengan cepat dan memaksakan diri agar lekas sampai tujuan, maka dipastikan ia kelelahan dan tidak akan sampai ke tujuan.”
24. Pada zaman Nabi Muhammad, ada peristiwa yang menarik.
25. Seorang penduduk desa pedalaman menemui Rasulullah.
26. Beliau lupa siapa pria yang datang tersebut.
27. Lalu lelaki itu berkata, “Saya orang yang masuk Islam setahun silam, dan sejak itu saya tidak pernah makan di siang hari.”
28. Rasullah bersabda, “wa man amaraka an tu’adzdziba nafsaka? (Siapa yang menyuruhmu menyiksa diri sendiri?”
29. Rasulullah juga pernah bersabda, “Sungguh, agama itu mudah (yusrun). Siapapun yang mempersulit (pelaksanaan) agama, ia akan kalah.”
30. Maka sedang-sedang sajalah kalian (saddidu), berdekat-dekatlah (wa qaribu), dan bergembiralah (wa absyiru), serta mintalah pertolongan Allah di waktu pagi, sore dan sedikit di malam hari” (HR Bukhari dari Abu Hurairah)
31. Imam Al Karmany menjelaskan arti hadis di atas secara terperinci.
32. Menurutnya, kata “yusrun” dalam hadis di atas artinya “Islam itu sangat mudah”.
33. Oleh sebab itu, siapapun yang mempersulit diri dalam menjalankan agama, ia akan gagal mencapai kesempurnaan sebagian atau keseluruhan ibadahnya.
34. Perintah Nabi Muhammad,“Saddidu” (sedang-sedang sajalah)”.
35. Artinya jalankan agama dengan sedang-sedang saja, dengan prinsip kemudahan, asalkan tidak melanggar aturan yang baku.
36. Sedangkan kata “wa qaribu” (berdekat-dekatlah)”.
37. Artinya, jika Anda tidak bisa menjalankan agama secara ideal, maka berupaya mendekati yang ideal itu.
38. Imam Al Karmany lebih lanjut menjelaskan bahwa sabda Rasulullah, “wa absyiru (bergembiralah)”.
39. Artinya kerjakan agama dengan sukacita.
40. Bergembiralah dengan pahala Allah atas ibadah yang kita kerjakan dengan konsiten dan kontinyu, meskipun kecil.
41. Mintalah pertolongan Allah agar tetap menjalankan ibadah dengan ceria dan gembira agar tidak merasa bosan.
42. Orang yang tidak mengerjakan agama dengan riang hati, ia akan jemu dan merasa lelah, seperti musafir yang kelehan di jalan dan tidak sampai tujuan.
43. Anas bin Malik r.a bercerita, suatu ketika Nabi Muhammad memasuki masjid dan beliau melihat tali yang terbentang antara dua tiang.
44. Beliau bertanya, “Ini tali apa?”
45. Para sahabat menjawab, “Ini tali yang diikat oleh Zainab untuk pegangan salat ketika ia sudah lelah.
46. Rasulullah bersabda, “Li yushalli ahadukum nasyathahu, fa idza fatara fal yarqud (Hendaklah orang salat dalam keadaan segar. Jika lelah, maka hendaklah ia tidur dulu).”
47. Dalam Al Qur’an, Allah menekankan beberapa kali prinsip kemudahan beragama tersebut, antara lain pada beberapa ayat yang disebut di atas.
48. Renungkan kembali penggalan firman Allah di atas, yaitu:
49. “…dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (QS. Al Haj [22]:78).
50. Islam diturunkan untuk membahagiakan Anda, bukan untuk menyusahkan Anda, maka raih kebahagiaan itu dengan pengamalan agama dengan ceria dan sukacita.
51. Jika ada ajaran yang menurut Anda menyusahkan, maka pastikan cara pandang Anda yang salah, karena mungkin berdasar hawa nafsu, bukan dengan akal sehat.
52. Atau karena pengetahuan Anda yang sempit atau karena penafsiran yang keliru.
53. Kerjakan perintah Allah semampu Anda dan Allah pasti Maha Tahu kesulitan dan semangat Anda.
54. Jika Anda beragama dengan susah dan dukacita, bagaimana mungkin Anda bermuka ceria dan menebar kasih kepada sesama, dan mungkinkah ada orang lain tertarik pada agama Anda?
(Sumber: Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag)


Related Posts:

0 comments:

Post a Comment