IMAN YANG KOKOH
Oleh:
Drs. H.M. Yusron Hadi, MM

1. Al-Quran surah Ibrahim
(surah ke-14) ayat 24-25.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ
اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ
وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ
حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ
يَتَذَكَّرُونَ
Tidakkah
kamu memerhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik,
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
pohon itu
memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan
untuk manusia agar mereka selalu ingat.
2. Pernahkah saudara
melihat atau membayangkan bagaimana pohon yang baik?
3. Pohon yang dalam ayat
ini diumpamakan sebagai kalimat yang baik, yaitu kalimat tauhid?
4. Inilah pohon yang
akarnya kuat menghunjam, serta batang dan cabangnya kokoh menjulang ke langit.
5. Dalam kondisi ekstrem
sekalipun, pohon ini akan tetap tegak berdiri.
6. ltulah keyakinan yang
mantap kepada Allah.
7. Jika iman sudah kokoh, maka
kondisi apa pun yang terjadi tidak akan menghancurkan kita.’
8. Kita tidak akan didominasi
rasa takut, sedih, gelisah dan galau terhadap dunia yang hanya sementara.
9. Orang yang yakin bahwa
hidup dan matinya berada di tangan Allah, meskipun laras senjata sudah di jidatnya,
dia akan tetap tenang.
10. Dia yakin, kalau memang
sudah waktunya mati, pasti mati.
11. Semuanya juga pasti
mati, yang membunuh maupun yang dibunuh, yang mengobati maupun yang diobati.
12. Baginya yang penting
adalah kuatnya keyakinan laksana pohon yang menjulang ke langit dan tercapainya
derajat husnul khatimah.
13. Tetapi, tidak semua
pohon bisa tumbuh baik.
14. Ada Juga pohon yang
buruk dan kurang bisa tegak kokoh.
15. Pohon yang baik itu pun
tidak muncul secara tiba-tiba lalu menjulang kokoh.
16. Layaknya pohon yang lain,
dia pun tumbuh dari kecil, lalu hari demi hari dan bulan demi bulan tumbuh
membesar dan kuat.
17. Kemudian, ada pula
faktor yang memengaruhinya, semisal kesuburan tanah dan tiadanya hama.
18. Demikian dengan iman.
19. Imam Ahmad bin Hanbal
mengatakan bahwa,”iman bisa bertambah sampai puncak langit ke tujuh, dan Iman
bisa menyusut sampai lapis bumi ke tujuh.”
20. Jadi, iman kita ini bisa
turun dan bisa naik.
21. Orang yang beruntung
adalah mereka yang senantiasa sadar akan fluktuasi atau turun naiknya keimanan.
22. Hal ini sebagaimana
diungkapkan Abu Darda bahwa
"di antara inti pemahaman agama seseorang adaiah dia mengetahui imannya bertambah atau berkurang."
"di antara inti pemahaman agama seseorang adaiah dia mengetahui imannya bertambah atau berkurang."
23. Jadi, kurang tepat kaiau
kita hanya diam saja.
24. Yang benar adalah kita
sadar ketika mulai ada penurunan dan segera bangkit.
25. Misalnya saat salat
mulai tidak khusyuk atau zikir mulai ditinggalkan.
26. Biasanya kita salat
berjamaah di saf pertama, pelan-pelan pindah ke saf ketiga, lama lama di pintu,
terus datang ketika salam, dan akhirnya salat Jumat pun di rumah.
27. Sama halnya dengan
membaca Al-Quran.
28. Biasanya sehari setengah
juz, turun tinggal dua lembar, turun lagi dua halaman, terus dua ayat, dua
huruf.
29. Sampai kemudian kita
lupa tempat menyimpan Al-Quran.
30. Kalau salat dan membaca Al-Quran
sudah turun, ibadah yang lain biasanya akan ikut turun.
31. Sedekah yang biasanya sehabis
salat Subuh, akan mulai menghitung,“Nanti saja setelah salat Duha."
32. Nanti menghitung pun
tidak ada lagi, karena memang telah berpisah dengan sedekah.
33. Biasanya kita menjaga hijab dengan para wanita,
kini sudah jadi tidak risih lagi.
34. Saat nonton televisi
biasanya malu karena banyak yang kinclong-kinclong, sekarang malah punya jadwal
nonton sambil beralasan untuk melihat ciptaan Allah.
35. Kalau sudah demikian,
kita akan semakin akrab dengan maksiat.
36. Layaknya pohon buruk
yang mulai mengering dan melapuk.
37. Kita harus segera
bangkit saat menyadari terjadi penurunan.
38. Kesadaran ini harus
bermula ketika amal ibadah kita turun sedikit, sehingga kita berusaha cepat-cepat
menaikkannya lebih banyak.
39. Tujuannya adalah agar
nanti bisa semakin mantap, seperti pohon yang kokoh menjulang.
40. Yang harus kita lakukan
adalah mencari pupuk untuk menambah kesuburannya.
41. Pupuk iman adalah ilmu.
42. Kurang ilmu akan
mengakibatkan kita kurang iman.
43. Tidak ada ilmu, tidak
ada iman.
44. Ilmu terpenting yang
harus dicari agar iman kuat adalah ilmu tentang Allah.
45. Yaitu asma'ul husna (nama-nanam
Allah yang baik) adalah fondasi keimanan kita.
46. Dalam sebuah bangunan, tiang,
tembok, atap, pintu dan jendela penting itu perlu, tetapi yang paling penting
adalah fondasinya.
47. Ketika mencari ilmu,
kita nanti bisa melihat, mendengar dan membaca dari banyak orang yang
menjelaskan tentang Allah.
48. Kita mencari tahu dari
yang tahu, agar tahu, itu tidak salah.
49. Namanya ilmu yaqin, lalu
kita mencari lagi yang sudah '”ainulyaqin”.
50. Tentu saja yang paling
enak adalah mencari guru, tulisan maupun rekaman dari orang yang sudah “haqqul
yaqin” kepada Allah.
51. Insya Allah kita akan ketularan keyakinannya.
52. Jika kita benar serius
ingin mengenal Allah yang telah menciptakan dan menghidupkan kita, maka kita
wajib meluangkan waktu untuk memperhatikan kesempurnaan ciptaan-Nya.
53. Jika kita serius ingin
mengenal Allah yang memiliki dan menguasai langit dan bumi, maka kita dituntut
untuk banyak merenungkan kehidupan ini.
54. Betapa tidak satu pun
yang terjadi, kecuali berada dalam pengetahuan dan pengaturan Allah Ta'ala.
55. Untuk memperhatikan dan
merenungkan kekuasaan Allah, tidak harus jauh-jauh.
56. Bukan berarti tidak
boleh mendaki puncak gunung, tetapi bagi yang belum punya kesanggupan dan
kemampuan, maka cukup kita pandangi saja gunung itu dari kejauhan.
57. Atau kita bisa mengamati
bagaimana pertumbuhan sebuah tanaman maupun sebatang pohon di sekitar kita, dan
merenungkan pergantian malam dan siang.
58. Al-Quran surah Ali Imran
(surah ke-3) ayat 190-191.
إِنَّ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي
الْأَلْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ
اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ
فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda bagi orang yang
berakal, (yaitu)
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka jaga kami dari siksa neraka.
Daftar Pustaka
1. KH Abdullah
Gymnastiar.
2. Hatta, DR. Ahmad.
Tafsir Quran Per Kata, Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah. Penerbit
Pustaka Maghfirah, Jakarta 2011.
3. Al-Quran Digital,
Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2.
4. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment