Wednesday, October 30, 2019

3575. IMAN YANG KOKOH


IMAN YANG KOKOH
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, MM
1.    Al-Quran surah Ibrahim (surah ke-14) ayat 24-25.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
     تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

     Tidakkah kamu memerhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan untuk manusia agar mereka selalu ingat.

2.    Pernahkah saudara melihat atau membayangkan bagaimana pohon yang baik?
3.    Pohon yang dalam ayat ini diumpamakan sebagai kalimat yang baik, yaitu kalimat tauhid?
4.    Inilah pohon yang akarnya kuat menghunjam, serta batang dan cabangnya kokoh menjulang ke langit.
5.    Dalam kondisi ekstrem sekalipun, pohon ini akan tetap tegak berdiri.
6.    ltulah keyakinan yang mantap kepada Allah.
7.    Jika iman sudah kokoh, maka kondisi apa pun yang terjadi tidak akan menghancurkan kita.’
8.    Kita tidak akan didominasi rasa takut, sedih, gelisah dan galau terhadap dunia yang hanya sementara.
9.    Orang yang yakin bahwa hidup dan matinya berada di tangan Allah, meskipun laras senjata sudah di jidatnya, dia akan tetap tenang.
10. Dia yakin, kalau memang sudah waktunya mati, pasti mati.
11. Semuanya juga pasti mati, yang membunuh maupun yang dibunuh, yang mengobati maupun yang diobati.
12. Baginya yang penting adalah kuatnya keyakinan laksana pohon yang menjulang ke langit dan tercapainya derajat husnul khatimah.
13. Tetapi, tidak semua pohon bisa tumbuh baik.
14. Ada Juga pohon yang buruk dan kurang bisa tegak kokoh.
15. Pohon yang baik itu pun tidak muncul secara tiba-tiba lalu menjulang kokoh.
16. Layaknya pohon yang lain, dia pun tumbuh dari kecil, lalu hari demi hari dan bulan demi bulan tumbuh membesar dan kuat.
17. Kemudian, ada pula faktor yang memengaruhinya, semisal kesuburan tanah dan tiadanya hama.
18. Demikian dengan iman.
19. Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa,”iman bisa bertambah sampai puncak langit ke tujuh, dan Iman bisa menyusut sampai lapis bumi ke tujuh.”
20. Jadi, iman kita ini bisa turun dan bisa naik.
21. Orang yang beruntung adalah mereka yang senantiasa sadar akan fluktuasi atau turun naiknya keimanan.
22. Hal ini sebagaimana diungkapkan Abu Darda bahwa
"di antara inti pemahaman agama seseorang adaiah dia mengetahui imannya bertambah atau berkurang."
23. Jadi, kurang tepat kaiau kita hanya diam saja.
24. Yang benar adalah kita sadar ketika mulai ada penurunan dan segera bangkit.
25. Misalnya saat salat mulai tidak khusyuk atau zikir mulai ditinggalkan.
26. Biasanya kita salat berjamaah di saf pertama, pelan-pelan pindah ke saf ketiga, lama lama di pintu, terus datang ketika salam, dan akhirnya salat Jumat pun di rumah.
27. Sama halnya dengan membaca Al-Quran.
28. Biasanya sehari setengah juz, turun tinggal dua lembar, turun lagi dua halaman, terus dua ayat, dua huruf.
29. Sampai kemudian kita lupa tempat menyimpan Al-Quran.
30. Kalau salat dan membaca Al-Quran sudah turun, ibadah yang lain biasanya akan ikut turun.
31. Sedekah yang biasanya sehabis salat Subuh, akan mulai menghitung,“Nanti saja setelah salat Duha."
32. Nanti menghitung pun tidak ada lagi, karena memang telah berpisah dengan sedekah.
33.  Biasanya kita menjaga hijab dengan para wanita, kini sudah jadi tidak risih lagi.
34. Saat nonton televisi biasanya malu karena banyak yang kinclong-kinclong, sekarang malah punya jadwal nonton sambil beralasan untuk melihat ciptaan Allah.
35. Kalau sudah demikian, kita akan semakin akrab dengan maksiat.
36. Layaknya pohon buruk yang mulai mengering dan melapuk.
37. Kita harus segera bangkit saat menyadari terjadi penurunan.
38. Kesadaran ini harus bermula ketika amal ibadah kita turun sedikit, sehingga kita berusaha cepat-cepat menaikkannya lebih banyak.
39. Tujuannya adalah agar nanti bisa semakin mantap, seperti pohon yang kokoh menjulang.
40. Yang harus kita lakukan adalah mencari pupuk untuk menambah kesuburannya.
41. Pupuk iman adalah ilmu.
42. Kurang ilmu akan mengakibatkan kita kurang iman.
43. Tidak ada ilmu, tidak ada iman.
44. Ilmu terpenting yang harus dicari agar iman kuat adalah ilmu tentang Allah.
45. Yaitu asma'ul husna (nama-nanam Allah yang baik) adalah fondasi keimanan kita.
46. Dalam sebuah bangunan, tiang, tembok, atap, pintu dan jendela penting itu perlu, tetapi yang paling penting adalah fondasinya.
47. Ketika mencari ilmu, kita nanti bisa melihat, mendengar dan membaca dari banyak orang yang menjelaskan tentang Allah.
48. Kita mencari tahu dari yang tahu, agar tahu, itu tidak salah.
49. Namanya ilmu yaqin, lalu kita mencari lagi yang sudah '”ainulyaqin”.
50. Tentu saja yang paling enak adalah mencari guru, tulisan maupun rekaman dari orang yang sudah “haqqul yaqin” kepada Allah.
51. Insya Allah  kita akan ketularan keyakinannya.
52. Jika kita benar serius ingin mengenal Allah yang telah menciptakan dan menghidupkan kita, maka kita wajib meluangkan waktu untuk memperhatikan kesempurnaan ciptaan-Nya.
53. Jika kita serius ingin mengenal Allah yang memiliki dan menguasai langit dan bumi, maka kita dituntut untuk banyak merenungkan kehidupan ini.
54. Betapa tidak satu pun yang terjadi, kecuali berada dalam pengetahuan dan pengaturan Allah Ta'ala.
55. Untuk memperhatikan dan merenungkan kekuasaan Allah, tidak harus jauh-jauh.
56. Bukan berarti tidak boleh mendaki puncak gunung, tetapi bagi yang belum punya kesanggupan dan kemampuan, maka cukup kita pandangi saja gunung itu dari kejauhan.
57. Atau kita bisa mengamati bagaimana pertumbuhan sebuah tanaman maupun sebatang pohon di sekitar kita, dan merenungkan pergantian malam dan siang.
58. Al-Quran surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 190-191.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
      Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda bagi orang yang berakal, (yaitu) orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka jaga kami dari siksa neraka.


Daftar Pustaka
1.    KH Abdullah Gymnastiar.
2.    Hatta, DR. Ahmad. Tafsir Quran Per Kata, Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah. Penerbit Pustaka Maghfirah, Jakarta 2011.
3.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2.
4.    Tafsirq.com online.




0 comments:

Post a Comment