SEKOLAH
ISLAM MODERN MALANG
Oleh:
Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

1. jpnn.com
- Dari India saya langsung ke Batu, Malang.
2. Seharusnya
5 tahun lalu saya ke situ, tetapi baru hari Minggu kemarin terkabul.
3. "Pak
Dahlan, akhirnya sekolah ini belum pernah diresmikan," ujar Ali Wahyudi.
4. Saya
merasa mendapat teguran keras --dengan cara halus.
5. Kini
sudah telat untuk diresmikan.
6. Sudah
telanjur maju, besar, modern dan megah.
7. "Mungkin
ini bisa tumbuh cepat justru karena tidak pernah diresmikan," gurau saya.
8. Madrasah
saya pun sudah kalah. Telak.
9. Nama
Tazkia kini identik dengan sekolah Islam yang modern dan bermutu, padahal baru
didirikan tahun 2013 lalu.
10. Kampusnya
sudah 2 lokasi: putri dan putra.
11. Masing-masing
dengan 2 gedung. 4 lantai.
12. Yang
arsitekturnya sangat modern, terbuka.
13. Lokasinya
di kota wisata Batu, tetangga Malang.
14. Ini
sekaligus pertama kali saya ke Malang --lewat jalan tol baru.
15. Cepat
sekali. 1,5 jam sudah sampai Batu.
16. Ini
juga berarti Batu sudah punya 2 sekolah Islam yang luar biasa.
17. Satunya
lagi Al Izza --yang saya juga pernah meninjaunya.
18. Bahkan
pendiri Tazkia ini, Ali Wahyudi, dulunya juga Al-Izza.
19. Pendiri
Al-Izza adalah 4 orang profesor dan seorang Ali Wahyudi.
20. Ali
ikut pula menjadi pimpinannya.
21. Selama
4 tahun.
22. Batu
sudah berubah --juga di bidang pendidikan.
23. Kalau
dulu hanya dikenal sebagai pusat pengkajian Kristen, kini juga pusat pendidikan
Islam.
24. Dulu,
di Batu, di bidang pendidikan, selalu hanya dikenal dengan tiga 'i' --Institut
Injil Indonesia.
25. Terkenal
di seluruh Indonesia.
26. Baik
fasilitas, kemegahan gedungnya, mutunya, maupun pendetanya --Pendeta Petrus
Octavianus yang terkenal dengan buku-bukunya itu.
27. Pendeta
tesohor sejagad, Stephen Tong, juga dari sini.
28. Lihatlah
video-video khotbahnya --sangat memikat.
29. Saya
dua kali ke Institut Injil Indonesia Batu.
30. Terakhir
saat pendeta se-Indonesia kumpul di situ.
31. Al
Izza, dan lalu Tazkia, ikut membentuk wajah baru Batu.
32. Bukan
lagi hanya kota wisata.
33. Tapi
juga kota pendidikan.
34. Murid
Tazkia, misalnya, dari seluruh Indonesia.
35. Banyak
juga yang dari Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Malaysia.
36. Beberapa
dari Australia --keturunan Indonesia.
37. Demikian
juga Al Izza dan Institut Injil Indonesia.
38. Tentu
juga sudah banyak sekolah Islam dengan kualitas mirip Tazkia.
39. Di
seluruh Indonesia.
40. Beberapa
sudah saya lihat sendiri.
41. Dan
sudah saya tulis di DI's Way.
42. Amanatul
Ummah di daerah wisata Pacet, Mojokerto, adalah juga sekolah bermutu yang
kecepatan perkembangannya seperti burak.
43. Ini
bisa disebut era baru pendidikan Islam.
44. Setelah
era pondok pesantren salaf dan sistem madrasah.
45. Era
baru itu sekaligus bisa diartikan era sekolah mahal.
46. Meski
'hanya' SMP dan SMA, Tazkia memiliki 7 guru bergelar doktor.
47. Termasuk
lulusan Jepang dan Al Azhar Mesir.
48. Bahkan
satu gurunya didatangkan dari Sudan. Untuk SMA jurusan ulama.
49. Di
salah satu banner motonya memang tertulis 'Takzia: SMA rasa Universitas'.
50. SMA
Takzia punya 5 jurusan: ulama, entrepreneur, sciencepreneur, CEO dan
profesional manajer.
51. "Banyak
orang tua murid yang pengusaha.
52. Jangan
sampai gara-gara anaknya sekolah di pesantren tidak mampu meneruskan usaha
orang tua," ujar Ali Wahyudi.
53. Tokoh
kita ini orang Madura --maksud saya: dari pedesaan luar kota Pamekasan.
54. Ali
Wahyudi dari keluarga Nahdlatul Ulama.
55. Ia
lulusan SMAN di kotanya.
56. Merangkap
belajar agama di pondok setempat.
57. Dari
Pamekasan ia masuk fakultas ekonomi jurusan manajemen Universitas Muhammadiyah
Malang.
58. Universitas
terbesar di lingkungan Muhammadiyah, yang umumnya besar-besar itu.
59. Ayahanda
Ali Wahyudi petani.
60. Ibunya
yang pengusaha: toko mracangan di desanya.
61. Tokoh
kita dari Madura ini bisa menangkap fenomena baru di masyarakat --khususnya
masyarakat Islam.
62. Yang
ekonomi mereka sudah sangat baik.
63. Yang
jumlahnya sudah sangat besar.
64. Yang
menginginkan anak mereka lebih baik lagi.
65. Anak
dari kelompok ini sudah biasa hidup di rumah bagus.
66. Dengan
fasilitas bagus.
67. Dengan
makan yang bergizi.
68. Kelompok
ini juga kian sulit mendidik anak mereka sendiri --karena sibuk.
69. Namun
mereka juga tidak mau anak mereka tidak paham agama.
70. Ali
Wahyudi mencatat baik-baik fenomena baru itu.
71. "Pertanyaan
pertama orang tua yang datang ke sini adalah: bagaimana makan anak saya
nanti," ujar Ali Wahyudi.
72. "Bukan
lagi soal bagaimana kurikulumnya," tambahnya.
73. Pertanyaan
kedua adalah kualitas kamar dan tempat tidurnya.
74. Di
mana kamar mandinya.
75. Seperti
apa kebersihannya.
76. Saya
melihat kamar tidur di Tazkia. 1 kamar berisi 4 tempat tidur bertingkat.
77. Namun
kamarnya luas sekali.
78. eandainya
boleh pingpong di kamar itu, jarak antar-tempat tidur itu bisa untuk 2 meja
pingpong.
79. Kamar
mandinya pun di dalam kamar itu.
80. Anak
yang sekolah di situ sudah tidak bisa lagi seperti saya dulu.
81. Kamarnya
sempit, tidurnya di lantai plester tanpa tikar, kamar mandinya di luar
ramai-ramai dan harus masak sendiri.
82. Sekolah
ini punya dapur khusus.
83. Dengan
peralatan modern.
84. Seperti
di restoran besar.
85. Letak
dapurnya pun di depan: dengan kaca lebar --agar terlihat dari luar tingkat
kebersihannya.
86. Plaza
makan siswa sama baiknya dengan fasilitas sekolah bermutu di negara maju.
87. Tidak
ada ruang kelas dalam pengertian kelas model sekolah lama.
88. Model
kelasnya sama dengan di negara maju.
89. Yang
tidak mungkin kalah dari sekolah lain adalah: alam pegunungan Batu-nya.
90. Dan
fasilitas olahraganya: sangat luas.
91. Termasuk
untuk olahraga berkuda.
92. Saat
saya ke Tazkia Minggu kemarin lagi ada dua murid yang berlatih olahraga
berkuda.
93. "Kami
punya 6 kuda," ujar Ali Wahyudi.
94. Berarti
guru di sekolah ini banyak sekali. "Guru kami lebih dari 300 orang,"
ujar Ali Wahyudi.
95. Untuk
itu Tazkia bekerja sama dengan real estat terdekat.
96. Guru
diminta membeli rumah di situ.
97. Dengan
keringanan dari Takzia.
98. "Gaji
baik saja tidak cukup untuk mengikat guru yang baik," ujar Ali Wahyudi.
99. "Kalau
rumahnya sudah di sini mereka tidak pindah-pindah lagi," tambahnya.
100. Saat
saya berdialog dengan seluruh siswa di ruang besarnya, 4 orang anak berani
bicara dalam bahasa Inggris dengan sangat baiknya.
101. Yang 1
lagi dengan bahasa Arab --masih malu-malu.
102. Saat
meninjau hasil prakarya para siswa penunggu stan itu semua memberi penjelasan
dalam bahasa Inggris yang sangat lancar.
103. Kini
kian banyak sekolah Islam seperti Tazkia.
104. Kian
banyak juga yang tidak mengikatkan diri pada NU atau Muhammadiyah.
105. Atau
aliran yang lain.
106. "Apakah
ini tidak terlalu komersial?" tanya saya.
107. "Kami
alokasikan 10 persen siswa untuk anak yatim," ujar Ali Wahyudi.
108. "Yang
tahu mereka yatim atau bukan hanya manajemen.
109. Guru
tidak tahu," tambahnya.
110. Era
Baru telah datang --agak terlambat.
111. Masa
depan bangsa terlihat cerah --kalau kian banyak lagi yang seperti ini.(***)
(Sumber:
internet Dahlan Iskan)
0 comments:
Post a Comment