CARI
KEBUTUHAN, BUKAN KEINGINAN
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

1. Back
To Basics : Rekonstruksi Peradaban Pasca-Covid19
2. Daniel
Mohammad Rosyid -YPTDI
3. Lepas
dari apakah Covid19 ini virus alami atau senjata biologis, dunia dipaksa back
to basics dengan implikasi luas, dalam dan lama.
4. The
world will never be the same anymore.
5. Bill
Gates mengatakan Covid19 the great Corrector kehidupan manusia modern sesat.
6. Saya
menamakan the Great Equalizer membuka peluang umat Islam bangkit dari
keterpurukan.
7. Dunia
masuk tahap awal resesi atau bahkan depresi global.
8. Democracy
is dying in the dark, bahkan di negara kampiun demokrasi AS.
9. Kita
sedang memasuki a post-American world.
10. Pax
Americana akan segera berakhir.
11. Para
pengikut setia kapitalis dan demokrasi, termasuk rezim saat ini, perlu menimbang
ulang paradigma dan praktik kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengalami
deformasi makin parah justru setelah reformasi.
12. Umat Islam
perlu mengambil jarak tegas, menyusun agenda umat sendiri dengan penuh percaya
diri.
13. Bukan
untuk kepentingan eklsklusif umat Islam, tapi untuk seluruh umat manusia.
14. What
are the basics ?
15. Umat
Islam harus fokus pada kebutuhan (needs) kita, bukan keinginan (wants) yang
dipropagandakan kaum sekuler garis keras.
16. Kebutuhan
manusia tidak banyak, tetapi keinginan hampir tak mengenal batas.
17. Kapitalisme
adalah jalan bebas hambatan bagi keserakahan manusia.
18. Kegagalan
membedakan keduanya adalah akar bencana kemanusiaan.
19. Keserakahan adalah keinginan tak
terkendalikan.
20. Ini
tidak saja merusak alam semesta dengan daya dukung yang terbatas.
21. Tapi juga
lahan subur budaya hidup lebih besar pasak daripada tiang.
22. Sekaligus
budaya utang sebagai akar korupsi.
23. Ke-1: Yang
kita butuhkan kesempatan belajar, bukan bersekolah.
1) Sekolah
mengubah kebutuhan belajar menjadi keinginan mencapai tujuan lain selain
belajar.
2) Tujuan
belajar terpenting adalah membangun jiwa merdeka.
3) Di
samping sebagai instrumen teknokratik penyiapan buruh trampil.
4) Sekolah
adalah kepanjangan ego orang tua dan tempat terbaik menyombongkan diri bagi
kelas sosial tertentu.
24. Ke-2:
Yang kita butuhkan kemerdekaan (freedom), bukan keberlimpahan material yang
addictive.
1) Semua
upaya pembangunan sesungguhnya upaya memperluas kemerdekaan.
2) Keinginan
menimbulkan ketergantungan yang kemudian akan mengurangi kemerdekaan.
3) Ketrampilan
memilah antara kebutuhan dan keinginan serta menolak keinginan sekaligus memilih
kebutuhan adalah kemerdekaan.
4) Salah
satu aspek terpenting kemerdekaan adalah mobilitas.
5) Kita
butuh mobilitas, bukan mobil.
6) Saat
mobil jadi simbol kelas sosial, orang berlomba memiliki mobil.
7) Makin
besar mesinnya, makin tinggi kelas sosialnya.
8) Kebanyakan
mobil terbukti justru mengurangi mobilitas.
9) Kemacetan
di kota-kota adalah bukti mobil justru mengurangi mobilitas.
10) Makin
banyak mobil di kota, makin menunjuk pengurangan kemerdekaan.
25. Ke-3:
Yang kita butuhkan adalah keluarga, bukan sekolah atau pabrik.
1) Keluarga
adalah satuan edukatif dan produktif paling efisien, bukan satuan konsumtif
seperti model ekonomi makro kapitalisme.
2) Keluarga
kuat akan menghasilkan masyarakat terdidik dan produktif secara berkelanjutan.
3) Pembangunan
berkelanjutan mensyaratkan keluarga kuat.
4) Sekolah
menjadikan belajar sebagai komoditi langka, dan hanya menghasilkan buruh terampil
untuk dipekerjakan di pabrik.
26. Ke-4:
Yang dibutuhkan umat adalah masjid,
bukan organisasi massa, apalagi partai
politik.
1) Kebutuhan
warga yang tidak dapat dipenuhi keluarga, dapat dipenuhi oleh masjid.
2) Masjid
adalah institusi komunitas diorganisir secara mandiri (independently, self
organized learning and economic environment).
3) Organisasi
massa berpotensi dan telah memfragmentasi umat.
4) Partai
politik memperparah fragmentasi umat.
5) Banyak
partai politik terbukti hanya menjadi alat elite partai jual beli jabatan di
semua cabang demokrasi.
6) Persekongkolan
partai politik telah memonopoli politik sebagai kebajikan publik.
7) Akibatnya
semakin banyak partai politik, kebajikan publik seperti keadilan justru makin
langka.
27. Ke-5:
Kita membutuhkan ekonomi agromaritim berbasis keluarga berskala kecil, lokal
dan rendah energi.
1) Ini
akan menjadi basis kemandirian pangan.
2) Masjid
bisa menjadi sebuah komunitas ekonomi yang mandiri.
3) Kita
butuh lebih banyak enterpreneur, bukan buruh yang menjadi jongos industri besar
yang tidak efisien.
4) Umat
Islam harus menguatkan kapasitas trade and commerce nya dengan menguasai
pelayaran sebagai instrumen perdagangan antar-pulau dan antar-negara.
5) Penjajahan
atas Nusantara dilakukan melalui proses deagromaritimisasi sekaligus
deislamisasi.
28. Ke-6:
Kita butuh alat tukar yang stabil, bukan kertas yang bisa diperjualbelikan,
yang memiliki nilai intrinsik untuk memfasilitasi barter.
1) Kita
tidak butuh bank, tapi Baitul Mal (wat Tamwil) yang mencetak alat tukar,
memfasilitasi utang, penyimpanan alat tukar dan gadai.
2) Uang
kertas yang bisa diperjualbelikan adalah riba terbesar yang merampok kekayaan
masyarakat.
29. Ke-7:
Kita butuh air bersih, bukan jalan tol.
1) Air
bersih adalah kebutuhan dasar kehidupan modern sehat.
2) Menjamin
ketersediaan air bersih yang cukup mensyaratkan neraca air yang surplus.
3) Ini
mengandaikan konservasi ekosistem hutan di hulu dan kawasan tangkapan hujan.
4) Kita butuh
makanan hasil produksi lokal yang segar menyehatkan dalam jumlah yang cukup dan
aman dikonsumsi, bukan makanan impor berpengawet hasil rekayasa genetika.
5) Jalan
tol memperparah ketimpangan konsumsi energi perkapita saat kita terperosok
makin dalam ke perangkap moda tunggal jalan pribadi yang tidak efisien, polutif
dan tidak berkelanjutan.
6) Kawasan
terbelakang adalah kawasan yang ditinggalkan para perencana pembangunan yang
didikte oleh lobby industri otomotif.
7) Angkutan
umum terbengkalai di kawasan urban menghambat perang melawan kemiskinan di
perkotaan.
30. Ke-8:
Kita butuh syariah, bukan hukum yang direkayasa untuk diabdikan bagi
kepentingan elite parpol dan modal.
1) Kita
butuh konstitusi yang memerdekakan, memperluas kemerdekaan, bukan yang membuka
persekongkolan elite politik dan pemodal untuk menguasai sumber ekonomi warga
negara.
31. Ke-9:
Kita butuh khilafah, sebuah pemerintahan global yang melampaui nation-states
yang makin inward-looking dan tribalistik.
1) Pandemi
global Covid-19 butuh respons global yang terkoordinasi.
2) Kepemimpinan
global saat ini gagal menyediakan respons yang efektif tersebut.
3) Hanya
khilafah Islam yang mampu menegakkan syariah yang membuahkan keadilan bagi
semua umat manusia.
(Sumber:
internet)
0 comments:
Post a Comment