Sunday, April 5, 2020

4073. CARI KEBUTUHAN, BUKAN KEINGINAN


CARI KEBUTUHAN, BUKAN KEINGINAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

1.    Back To Basics : Rekonstruksi Peradaban Pasca-Covid19
2.    Daniel Mohammad Rosyid -YPTDI
3.    Lepas dari apakah Covid19 ini virus alami atau senjata biologis, dunia dipaksa back to basics dengan implikasi luas, dalam dan lama.
4.    The world will never be the same anymore.
5.    Bill Gates mengatakan Covid19 the great Corrector kehidupan manusia modern sesat.
6.    Saya menamakan the Great Equalizer membuka peluang umat Islam bangkit dari keterpurukan.
7.    Dunia masuk tahap awal resesi atau bahkan depresi global.
8.    Democracy is dying in the dark, bahkan di negara kampiun demokrasi AS.
9.    Kita sedang memasuki a post-American world.
10. Pax Americana akan segera berakhir.
11. Para pengikut setia kapitalis dan demokrasi, termasuk rezim saat ini, perlu menimbang ulang paradigma dan praktik kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengalami deformasi makin parah justru setelah reformasi.
12. Umat Islam perlu mengambil jarak tegas, menyusun agenda umat sendiri dengan penuh percaya diri.
13. Bukan untuk kepentingan eklsklusif umat Islam, tapi untuk seluruh umat manusia.
14. What are the basics ?
15. Umat Islam harus fokus pada kebutuhan (needs) kita, bukan keinginan (wants) yang dipropagandakan kaum sekuler garis keras.
16. Kebutuhan manusia tidak banyak, tetapi keinginan hampir tak mengenal batas.
17. Kapitalisme adalah jalan bebas hambatan bagi keserakahan manusia.
18. Kegagalan membedakan keduanya adalah akar bencana kemanusiaan.
19.  Keserakahan adalah keinginan tak terkendalikan.
20. Ini tidak saja merusak alam semesta dengan daya dukung yang terbatas.
21. Tapi juga lahan subur budaya hidup lebih besar pasak daripada tiang.
22. Sekaligus budaya utang sebagai akar korupsi.

23. Ke-1: Yang kita butuhkan kesempatan belajar, bukan bersekolah.
1)    Sekolah mengubah kebutuhan belajar menjadi keinginan mencapai tujuan lain selain belajar.
2)    Tujuan belajar terpenting adalah membangun jiwa merdeka.
3)    Di samping sebagai instrumen teknokratik penyiapan buruh trampil.
4)    Sekolah adalah kepanjangan ego orang tua dan tempat terbaik menyombongkan diri bagi kelas sosial tertentu.

24. Ke-2: Yang kita butuhkan kemerdekaan (freedom), bukan keberlimpahan material yang addictive.
1)    Semua upaya pembangunan sesungguhnya upaya memperluas kemerdekaan.
2)    Keinginan menimbulkan ketergantungan yang kemudian akan mengurangi kemerdekaan.
3)    Ketrampilan memilah antara kebutuhan dan keinginan serta menolak keinginan sekaligus memilih kebutuhan adalah kemerdekaan.
4)    Salah satu aspek terpenting kemerdekaan adalah mobilitas.
5)    Kita butuh mobilitas, bukan mobil.
6)    Saat mobil jadi simbol kelas sosial, orang berlomba memiliki mobil.
7)    Makin besar mesinnya, makin tinggi kelas sosialnya.
8)    Kebanyakan mobil terbukti justru mengurangi mobilitas.
9)    Kemacetan di kota-kota adalah bukti mobil justru mengurangi mobilitas. 
10) Makin banyak mobil di kota, makin menunjuk pengurangan kemerdekaan.

25. Ke-3: Yang kita butuhkan adalah keluarga, bukan sekolah atau pabrik.
1)    Keluarga adalah satuan edukatif dan produktif paling efisien, bukan satuan konsumtif seperti model ekonomi makro kapitalisme.
2)    Keluarga kuat akan menghasilkan masyarakat terdidik dan produktif secara berkelanjutan.
3)    Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan keluarga kuat. 
4)    Sekolah menjadikan belajar sebagai komoditi langka, dan hanya menghasilkan buruh terampil untuk dipekerjakan di pabrik.

26. Ke-4: Yang dibutuhkan umat adalah  masjid, bukan organisasi massa, apalagi  partai politik.
1)    Kebutuhan warga yang tidak dapat dipenuhi keluarga, dapat dipenuhi oleh masjid.
2)    Masjid adalah institusi komunitas diorganisir secara mandiri (independently, self organized learning and economic environment).
3)    Organisasi massa berpotensi dan telah memfragmentasi umat.
4)    Partai politik memperparah fragmentasi umat.
5)    Banyak partai politik terbukti hanya menjadi alat elite partai jual beli jabatan di semua cabang demokrasi.
6)    Persekongkolan partai politik telah memonopoli politik sebagai kebajikan publik.
7)    Akibatnya semakin banyak partai politik, kebajikan publik seperti keadilan justru makin langka.

27. Ke-5: Kita membutuhkan ekonomi agromaritim berbasis keluarga berskala kecil, lokal dan rendah energi.
1)    Ini akan menjadi basis kemandirian pangan.
2)    Masjid bisa menjadi sebuah komunitas ekonomi yang mandiri.
3)    Kita butuh lebih banyak enterpreneur, bukan buruh yang menjadi jongos industri besar yang tidak efisien.
4)    Umat Islam harus menguatkan kapasitas trade and commerce nya dengan menguasai pelayaran sebagai instrumen perdagangan antar-pulau dan antar-negara.
5)    Penjajahan atas Nusantara dilakukan melalui proses deagromaritimisasi sekaligus deislamisasi.

28. Ke-6: Kita butuh alat tukar yang stabil, bukan kertas yang bisa diperjualbelikan, yang memiliki nilai intrinsik untuk memfasilitasi barter.
1)    Kita tidak butuh bank, tapi Baitul Mal (wat Tamwil) yang mencetak alat tukar, memfasilitasi utang, penyimpanan alat tukar dan gadai.
2)    Uang kertas yang bisa diperjualbelikan adalah riba terbesar yang merampok kekayaan masyarakat.

29. Ke-7: Kita butuh air bersih, bukan jalan tol.
1)    Air bersih adalah kebutuhan dasar kehidupan modern sehat.
2)    Menjamin ketersediaan air bersih yang cukup mensyaratkan neraca air yang surplus.
3)    Ini mengandaikan konservasi ekosistem hutan di hulu dan kawasan tangkapan hujan.
4)    Kita butuh makanan hasil produksi lokal yang segar menyehatkan dalam jumlah yang cukup dan aman dikonsumsi, bukan makanan impor berpengawet hasil rekayasa genetika.
5)    Jalan tol memperparah ketimpangan konsumsi energi perkapita saat kita terperosok makin dalam ke perangkap moda tunggal jalan pribadi yang tidak efisien, polutif dan tidak berkelanjutan.
6)    Kawasan terbelakang adalah kawasan yang ditinggalkan para perencana pembangunan yang didikte oleh lobby industri otomotif.
7)    Angkutan umum terbengkalai di kawasan urban menghambat perang melawan kemiskinan di perkotaan.

30. Ke-8: Kita butuh syariah, bukan hukum yang direkayasa untuk diabdikan bagi kepentingan elite parpol dan modal.
1)    Kita butuh konstitusi yang memerdekakan, memperluas kemerdekaan, bukan yang membuka persekongkolan elite politik dan pemodal untuk menguasai sumber ekonomi warga negara.

31. Ke-9: Kita butuh khilafah, sebuah pemerintahan global yang melampaui nation-states yang makin inward-looking dan tribalistik.
1)    Pandemi global Covid-19 butuh respons global yang terkoordinasi.
2)    Kepemimpinan global saat ini gagal menyediakan respons yang efektif tersebut.
3)    Hanya khilafah Islam yang mampu menegakkan syariah yang membuahkan keadilan bagi semua umat manusia.
(Sumber: internet)

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment