Sunday, April 12, 2020

4144. ETIKA TERHADAP RASUL


ETIKA TERHADAP RASUL
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
1.    Etika atau adab pada dasarnya bermakna “keadilan” atau “menempatkan sesuatu pada tempat yang wajar”.
2.    Artinya kita menjadi orang tidak adil dan tidak beradab jika cara menghormati orang tua kita sama dengan menghormati teman sejawat.
3.    Mengurangi penghormatan atau menambahkan penghormatan dari yang semestinya adalah tidak beradab dan tidak adil.
4.    Jika artinya seperti ini yang dijadikan tolok ukur cara menghormati Nabi Muhammad, maka terdapat umat Islam yang kurang beradab terhadap beliau.
5.    Semua umat Islam pasti menghormati dan mengagumi kepada Nabi Muhammad, ketika memandang beliau dari kacamata manusia, seperti dilakukan oleh banyak ahli non-Muslim jujur dan objektif.
6.    Semua umat Islam bertambah penghormatannya ketika memandang Rasulullah  melalui kacamata agama menggunakan Al-Quran sebagai rujukannya.
7.    Rasulullah memang manusia biasa dalam struktur, fungsi fisik, dan nalurinya.
8.    Tetapi sifat kemanusiaan Rasulullah mencapai kesempurnaannya, karena beliau mendapat wahyu dari Allah melalui malaikat Jibril.

9.    Al-Quran surah An-Nur (surah ke-24) ayat 63.

لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا ۚ قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

      Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antaramu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antaramu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.

10. Allah memanggil dan menunjuk Rasulullah dengan gelar terhormat, seperti “Wahai Nabi” atau “Wahai Rasul”, dan hanya 1 ayat menyebutkan nama beliau tanpa gelar kehormatan.

11. Al-Quran surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 45-46.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا

      Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.
12. Kadang-kadang sikap kekaguman umat Islam terhadap Rasulullah malah menyebabkan munculnya sikap tidak adil dan tidak beradab.
13. Beberapa orang Islam berusaha menguraikan keajaiban menjelang kelahiran Rasulullah dengan gambaran keliru yang didorong hasrat untuk membuktikan keagungan beliau.
14. Dikisahkan ketika Rasulullah lahir: singgasana kaisar berguncang, semua berhala berjatuhan, api yang disembah bangsa Persia langsung padam, dan danau langsung mengering.
15. Keajaban seperti itu, jika benar terjadi, memang luar biasa, tetapi pada umumnya tidak menambah keyakinan orang beriman.
16. Pada saat kelahiran Nabi Muhammad, juga banyak ibu melahirkan bayinya, dan masing-masing ibu dapat berkata keajaiban terjadi karena bayinya.
17. Dikisahkan Nabi Muhammad lahir dalam keadaan bercelak mata, sudah putus tali pusarnya dan telah berkhitan, bahkan dapat dilihat dari balik pundaknya.
18. Memang benar Nabi Muhammad adalah orang sangat istimewa secara fisik dan psikis.
19. Tetapi dengan melukiskan kelahiran Rasulullah seperti itu dapat menjadikan beliau seperti bukan manusia lagi.
20. Dengan menyatakan Nabi Muhammad diutus di Mekah, karena masyarakatnya paling bejat, mereka menyembah berhala, menanam hidup-hidup anak wanitanya, kemudian berubah menjadi masyarakat harmonis, tidak mengenal dosa, dan generasi terbaik umat manusia.
21. Sebagian ulama berpendapat pernyataan seperti di atas tidak beradab dan tidak adil kepada Rasulullah dan masyarakat Quraisy.
22. Menanam anak hidup-hidup tidak dikenal secara umum pada zaman itu.
23. Hanya 2 atau 3 suku yang melakukannya, sehingga tidak wajar menjadikan perbuatan 2 atau 3 suku dianggap mewakili masyarakatnya.

Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.    Tafsirq.com online

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment