KISAH KOH
STEVEN MASUK ISLAM
Oleh: Drs. H. M. YusronHadi, M.M.

1.
Bangun Mualaf Center Indonesia.
2.
Begini Kisah Hijrah Steven Indra Wibowo Temukan
Islam
3. gomuslim.co.id- Selalu ada kisah di balik
datangnya hidayah bagi seorang muallaf.
4. Tidak terkecuali mualaf yang satu
ini.
5. Namanya Steven Indra Widjaja.
6. Siapa sangka, seorang yang
sebelumnya begitu membenci justru terbalik menjadi mencintai.
7. Awalnya begitu benci terhadap Islam,
tapi sekarang justru menjadi salah satu ujung tombak dakwah Islam.
8. Kepada gomuslim, Steven bercerita
bahwa awal mengenal Islam karena sebuah alasan yang begitu sederhana.
9. Dia mengatakan pengalaman 17 tahun
lalu saat memutuskan menjadi muallaf karena rasa ingin tahu.
10. “Ya awalnya iseng.
11. Iseng pengentahuan tentang Islam,
sampai akhirnya saya jatuh cinta setelah tahu lebih banyak tentang Islam,” ujar
pria kelahiran Jakarta 14 Juli 1981.
12. “Memang begitu. Saya ingin tahu
lebih, curiousity,” tegas Steven.
13. Ia mengaku, perjalanannya memeluk
Islam tidak mudah.
14. Seperti muallaf lainnya, Steven pernah
mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari orang terdekatnya termasuk keluarga
dan temannya sendiri.
15. “Tantangan yang saya hadapi sama dan
standar seperti dialami mualaf di Indonesia yang ditolak keluarga sampai di
usir, dan beberapa di antaranya sampai mendapat kekerasan dari keluarganya.
16. Sama seperti saya alami, namun saya
tidak menyesalinya, karena ini sudah hidup yang memang ditakdirkan untuk saya,”
kata Steven.
17. Sebelum memeluk Islam, Steven
bercerita sejak kecil kedua orang tuanya sudah menyemai benih kebencian
terhadap Islam padanya.
18. Di usianya yang baru menginjak tahun
ke-5, Steven mulai banyak berbuat onar.
19. Ia sengaja menyimpan tulang babi di
atas makanan pembantunya yang beragama Islam.
20. Tak hanya itu, Steven kecil ingin menaruh
sesuatu di atas kepala orang muslim yang sujud sewaktu salat, bahkan
menendangnya.
21. “Saya dulu benci banget sama Islam.
22. Ya, pokoknya benci saja melihat orang Islam.
23. Itu yang ada di kepala saya waktu
itu.
24. Pokoknya saya jahat banget,” kenang
Steven.
25. Singkat cerita, suatu hari Steven
mendatangi salah satu toko buku di Jakarta.
26. Ia menemukan buku karangan Imam
Ghazali tentang hadis dan periwayatannya.
27. Buku yang mengulas hadis dan sejarah
periwayatannya menarik perhatian Steven.
28. Ternyata banyak referensi dan penjelasan
hadis diriwayatkan Bukhari dan Muslim.
29. Awal dari sini Steven mulai
mengetahui hadis yang selama ini dipelajarinya di Saint Michael’s College
ternyata tidak diakui umat Islam sendiri.
30. Hadis yang dipelajarinya ternyata
palsu.
31. Dari sana kemudian Steven mulai
mencari hadis yang sahih.
32. Keinginan Steven untuk mempelajari
ajaran Islam tak hanya sampai di situ.
33. Di sela-sela tugasnya sebagai
seorang penganut Katolik, diam-diam Steven mulai mempelajari gerakan salat.
34. Kegiatan mengamati orang salat ia
lakukan selepas menjalankan ritual ibadah Minggu di gereja Katedral, Jakarta.
35. Tak ada yang mengetahui kegiatannya
itu, kecuali seorang adik prianya.
36. Namun, sang adik diam saja atas
perilakunya itu.
37. “Ketika waktu salat Zuhur datang dan
azan berkumandang dari Masjid Istiqlal, kalung salib saya masukkan ke dalam
baju, sepatu saya lepas dan titipkan.
38. Kemudian, saya pinjam sandal tukang
sapu kebun di Katedral.
39. Setelah habis salat, saya balik lagi
mengenakan kalung salib dan kembali ke Katedral,” papar lulusan Fakultas
Komunikasi Universitas Padjadjaran, Bandung.
40. Aktivitasnya di mata sang adik itu,
ia lakoni selama 2 bulan.
41. Dan, berkat kerja sama sang adik,
tindakan yang ia lakukan tidak sampai ketahuan oleh ayahnya.
42. Dari situ, lanjut Steven, ia baru
sebatas mengetahui orang Islam itu salat 4 rakaat dan selama salat diam semua.
43. Tahap berikutnya Steven mulai
belajar salat Magrib di sebuah masjid di daerah Muara Karang, Jakarta Utara.
44. Ketika itu, ia beserta keluarganya
tinggal di wilayah tersebut.
45. “Dari situ, saya mulai mengetahui
ternyata ada juga salat yang bacaannya keras.
46. Kemudian, saya mulai mempelajari salat
apa saja yang bacaannya dikeraskan dan tidak,” tutur Steven.
47. Usai belajar salat Zuhur dan Magrib,
ia melanjutkan ke salat Isya, Subuh, lalu Asar.
48. Kesemua gerakan dan bacaan salat 5
waktu ia pelajari dengan mengikuti apa yang dilakukan jama’ah salat.
49. Sampai tata cara berwudu, menurut
penuturannya, ia pelajari dan hafal dengan menirukan apa yang dilakukan oleh
para jama’ah salat.
50. Steven heran ada satu sistem komando
dalam Islam yang bisa menggerakkan serentak umat Islam.
51. Rupanya, hal itu adalah takbir dalam
salat.
52. "Satu kali takbir, semua
takbir.
53. Takbir lagi, rukuk semua, takbir
lagi, sujud semua.
54. Itu satu komando yang lintas gender,
lintas generasi, lintas sosial, mau tukang sapu atau direktur sama aja, nggak
ada yang memisahkan.
55. Itu satu hal yang fantastik.
56. Benar, saya dulu pengin tahu, kenapa
bisa kaya gitu," tutur dia.
57. Dalam keyakinan sebelumnya, belum
ada sistem komando yang bisa menggerakkan 100 persen jemaatnya.
58. "Ada yang nggak bisa ngajak
orang sekaligus berdiri semuanya, 100 persen lho ya.
59. Masih ada yang nyantai, leyeh-leyeh,
ngobrol malahan," kata dia.
60. Setelah mempelajari lebih dalam, dia
mendapati aturan dalam Islam sangat jelas, mengatur kehidupan manusia hingga
detail, dari A sampai Z.
61. Bahkan, dia juga mendapati Islam
mengatur kehidupan setelah mati.
62. "Sama keteraturan dalam hidup,
fikih, semua diatur.
63. Mau makan diatur, makan pakai tangan
kanan.
64. Ini keteraturan yang dibuat hukum
dalam Islam.
65. Masuk WC kaki kiri, keluar WC kaki
kanan.
66. Hal simpel ini semua diatur dalam
Islam.
67. Islam mengatur seluruh manusia A-Z,
sampai sudah mati pun diatur.
68. Kita tahu amalan jariyah, ilmu
bermanfaat, doa anak saleh, ini nggak putus-putus (pahalanya) setelah
mati," tutur Steven.
69. Setelah merasa mantap, Steven memutuskan
untuk masuk Islam dengan dibantu oleh seorang teman bisnisnya bernama Harry, di
Serang, Banten.
70. Dihadapan Harry dan 4 orang temannya
berikut salah seorang Ustad, Steven mengucapkan 2 kalimat syahadat.
71. Kemudian Steven pun memakai nama
Indra Wibowo ash-Shiddiqi.
72. Peristiwa itu terjadi sebelum
datangnya Ramadan di tahun 2000.
73. Ujian berat pun tak luput dialami
Steven setelah menjadi muallaf.
74. Ia mengaku berjuang keras untuk
tetap menjalani hidup dan mempertahankan keyakinan.
75. “Alhamdulillah butuh perjuangan,
mulai dari OB, tukang kuli panggul, kernet truck pasir, pembantu pembawa
belanja dipasar, sales,” ungkap Sekretaris I Persatuan Islam Tionghoa Indonesia
(PITI) ini.
76. Pelan tapi pasti, kehidupan Steven lambat
laun semakin baik.
77. Bahkan, saat ini Steven telah
menjadi kepala departemen perusahaan riset internasional yang ada di Indonesia.
78. Tak hanya itu, pada tahun 2003, dia
mulai membangun jaringan mualaf di Yahoo groups.
79. Kemudian pada 2004, Steven mulai
dengan website agar lebih luas berkomunikasi di www.mualaf.com atau
dikenal dengan Muallaf Center Indonesia (MCI).
80. “Seiring berjalannya waktu, maka
mualaf center mulai menerima syahadat yang awalnya syahadat di referensikan ke
masjid terdekat.
81. Sampai sekarang, mualaf sepanjang
2016 berjumlah 2.854 orang.
82. Selama separuh dekade ini kami diizinkan
Allah menuntun lebih dari 10 ribu orang bersyahadat,” ujar Direktur Operasional
Mustika (Muslim Tionghoa dan Keluarga) ini.
83. Steven menjelaskan MCI punya banyak
misi dakwah di pedalaman.
84. Menurutnya selama ini MCI lebih
focus mengembalikan kawasan pemurtadan menjadi kawasan muslim.
85. “Alhamdlillah salah satu kawasan ada
lebih dari 400 kepala keluarga kembali menjadi muslim di sepanjang 2015-2016,”
ucapnya
86. Terkait isu-isu hangat yang saat ini
terjadi, Steven tetap berkeyakinan Islam akan tetap kokoh meski ditempa
berbagai ujian.
87. “Allah akan menjaga Din ini, Allah
akan menjaga Islam di hati hamba hambaNya, serusak apa pun kafir membuat makar,
Allah tetap akan menjaga Islam,” ujarnya.
88. Saat ini, Steven bekerja di sebuah
perusahaan riset global yang memiliki cabang lebih di 100 negara dengan kantor
400 lebih.
89. Dia menjabat sebagai department head
di perusahaan yang berlokasi di Jakarta Selatan.
90. “Alhamdulillah saya sudah 3 tahun
lebih di sini,” imbuhnya.
(Sumber:
internet)
0 comments:
Post a Comment