HUBUNGAN
SYIAH DAN SUNNI
Oleh:
Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

A.
Syiah dan Sunni, Perlu Pendekatan Baru.
1. Oleh: Prof.
Syafiq A. Mughni.
2. PWMU.CO
– Ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, tidak ada mazhab atau aliran dalam
Islam.
3. Perbedaan
pendapat jelas ada, tetapi lekas diatasi karena Nabi menjadi tempat
pengembalian semua persoalan.
4. Ketika
Nabi telah mengambil keputusan, semua sahabat patuh pada putusannya.
B.
Zaman Rasulullah tidak ada Ahli sunah, Syiah,
Muktazilah dan lainnya.
1. Semasa
hidup Nabi, tidak ada Ahlussunnah, Syiah, Mu’tazilah, atau lainnya.
2. Jadi,
kapan Syiah mulai ada?
3. Jawabnya
bisa beragam, tergantung pada apa yang dimaksud dengan Syiah itu.
4. Sejarah
menunjukkan bahwa aliran Syi’h itu terbentuk melalui proses yang panjang.
C.
Munculnya Syiah.
1. Rumusan
pemikiran Syiah itu berkembang sebagai respons terhadap tantangan yang dihadapi
dari masa ke masa.
2. Bermula
dari pemikiran yang sangat sederhana (simple) berkembang menjadi pemikiran yang
rumit (sophisticated).
3. Ketika
Nabi Muhammad SAW wafat (632 M), yang dimaksud Syiah—tepatnya bibit-bibit
Syiah—adalah sebagian sahabat Nabi yang cenderung kepada Ali bin Abi Thalib.
4. Mereka
berpendapat Ali lebih layak menggantikan posisi Nabi sebagai pemimpin umat
semata-mata dengan alasan kedekatannya kepada Nabi sebagai sepupu dan menantu.
5. Pada
saat itu belum ada argumentasi teologis untuk mendukung kelayakannya sebagai
pengganti Nabi.
D.
Perang saudara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah.
1. Dan 25
tahun kemudian, sekitar 657 M, persoalannya menjadi semakin berkembang ketika
terjadi perang saudara antara Ali dan Muawiyah.
2. Sejak
saat itu muncul argumentasi teologis untuk meligitimasi sikap masing-masing.
3. Ayat-ayat
al-Quran mulai digunakan menilai siapa salah dan siapa benar dalam perang
saudara itu.
4. Jika
salah, apakah berarti mereka sudah keluar dari Islam atau sekadar berbuat dosa.
5. Di
tengah konflik senjata itu, muncul kelompok Khawarij.
6. Khawarij
menyatakan pendukung Muawiyah dan Ali sama-sama kafir dan harus diperangi.
7. Pada
tahap ini, Syiah hanya kelompok loyal kepada Ali karena kualitas kepemimpinanya
dan alasan agama.
8. Tetapi
argumentasi keagamaan untuk mendukung Ali masih sangat simple.
9. Yaitu
keyakinan bahwa Ali berada pada pihak yang benar.
E.
Makin rumit.
1. Dan
300 tahun kemudian, sekitar abad ke-10 M, perpecahan politik di kalangan umat
Islam semakit rumit.
2. Kerumitan
diperparah dengan lahirnya kelompok politik baru dan pemikiran agama.
3. Sebagian
kelompok menyerang posisi politik Syiah dengan cara mementahkan argumen superioritas
Ali atas sahabat lainnya.
4. Pada
masa ini ayat-ayat al-Quran dan hadits Nabi mulai digunakan oleh kaum Syiah
untuk menyatakan hak Ali atas imamah (kepemimpinan).
5. Pemikiran
Syiah tentang imamah semakin berkembang.
6. Sarjana
Syiah mulai menyeleksi hadits dan hasilnya dihimpun dalam kitab, misalnya
al-Kafi, karya al-Kulayni (wafat 941).
7. Mereka
mulai menyusun kitab akidah yang menyatakan imamah adalah salah satu rukun
iman.
8. Keyakinan
itu berlanjut pada teori Nabi sesungguhnya telah menunjuk Ali sebagai
penggantinya melalui wasiat.
9. Menurut
Syiah, wasiat itu harus dibuktikan dengan nas (perkataan eksplisit) bukan
dengan isyarat.
10. Argumen
itu disusun untuk menggugurkan pendapat Abu Bakr, khalifah pertama, juga telah
diberi wasiat ketika ditunjuk mengganti Nabi yang sedang sakit menjadi imam
shalat.
F.
Kitab-kitab fikih versi Syiah mulai lahir.
1. Jadi,
pada abad ke-10, Syiah telah menjadi firqah (aliran keagamaan) yang lengkap.
2. Syiah
tidak hanya punya pemimpin dan umat.
3. Tapi juga
punya koleksi hadits, kitab fikih, dan kitab aqidah sendiri.
G.
Munculnya Sunni
1. Pada
saat itu muncul fenomena baru, yakni mereka yang di luar Syiah disebut Sunni.
2. Ulama
di luar Syiah disebut ulama Sunni.
3. Akidah
di luar Syiah disebut akidah Sunni.
4. Koleksi
hadits di luar Syiah disebut kitab hadits Sunni.
5. Fikih
yang dikembangkan di luar tradisi Syiah dinamakan fikih Sunni.
6. Saat
itulah terjadi polarisasi Syiah-Sunni, ada Islam Syiah dan Islam Sunni.
7. Perlu
dicatat perbedaan fundamental (pokok) hanya terletak dalam imamah.
8. Perbedaan
lainnya bersifat instrumental (alat pendukung).
9. Sebagai
contoh, kecaman Syiah terhadap sebagian sahabat Nabi itu hanya konsekuensi dari
keyakinannya atas imamah Ali.
10. Dalam
logika Syiah, argumen imamah Ali tidak akan bisa tegak tanpa kecaman terhadap
sebagian sahabat yang tidak pro-Ali.
H.
Ada Persamaan di Balik Perbedaan
1. Dalam
sejarah, hubungan antara Syiah dan Sunni tidak hanya diwarnai perdebatan,
ketegangan, dan konflik.
2. Ada
juga saling pengertian dan kerja sama.
3. Bahkan
Syiah telah memberi jasanya tersendiri.
4. Persoalannya
bisakah kita mengambil pelajaran dari masa lalu tanpa terperangkap di dalamnya.
5. Banyak
ulama Syiah dan Sunni saling berguru.
6. Ulama
Syiah telah menyelamatkan tradisi falsafah dari kepunahan di abad pertengahan.
7. Kemenangan
Revolusi Islam Iran 1979 telah membangkitkan moral dan harga diri umat Islam di
hadapan kecongkakan Barat.
8. Sudah
saatnya kita menggunakan pendekatan baru.
9. Yang dilandasi
kesadaran memang ada beda pemikiran antara Syiah dan Sunni dalam beberapa hal.
10. Tetapi
mustahilkah kita membangun kekuatan di atas perbedaan itu.
11. Untuk
melawan ketidakadilan politik dan eksploitasi ekonomi yang menjadi sumber konflik
di dunia sekarang ini?
(Sumber
internet)
0 comments:
Post a Comment