Saturday, July 25, 2020

4982. HUBUNGAN SYIAH DAN SUNNI


HUBUNGAN SYIAH DAN SUNNI
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

A.           Syiah dan Sunni, Perlu Pendekatan Baru.
1.    Oleh: Prof. Syafiq A. Mughni.
2.    PWMU.CO – Ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, tidak ada mazhab atau aliran dalam Islam.
3.    Perbedaan pendapat jelas ada, tetapi lekas diatasi karena Nabi menjadi tempat pengembalian semua persoalan.
4.    Ketika Nabi telah mengambil keputusan, semua sahabat patuh pada putusannya.

B.           Zaman Rasulullah tidak ada Ahli sunah, Syiah, Muktazilah dan lainnya.
1.    Semasa hidup Nabi, tidak ada Ahlussunnah, Syiah, Mu’tazilah, atau lainnya.
2.    Jadi, kapan Syiah mulai ada?
3.    Jawabnya bisa beragam, tergantung pada apa yang dimaksud dengan Syiah itu.
4.    Sejarah menunjukkan bahwa aliran Syi’h itu terbentuk melalui proses yang panjang.

C.           Munculnya Syiah.
1.    Rumusan pemikiran Syiah itu berkembang sebagai respons terhadap tantangan yang dihadapi dari masa ke masa.
2.    Bermula dari pemikiran yang sangat sederhana (simple) berkembang menjadi pemikiran yang rumit (sophisticated).
3.    Ketika Nabi Muhammad SAW wafat (632 M), yang dimaksud Syiah—tepatnya bibit-bibit Syiah—adalah sebagian sahabat Nabi yang cenderung kepada Ali bin Abi Thalib.
4.    Mereka berpendapat Ali lebih layak menggantikan posisi Nabi sebagai pemimpin umat semata-mata dengan alasan kedekatannya kepada Nabi sebagai sepupu dan menantu.
5.    Pada saat itu belum ada argumentasi teologis untuk mendukung kelayakannya sebagai pengganti Nabi.

D.           Perang saudara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah.
1.    Dan 25 tahun kemudian, sekitar 657 M, persoalannya menjadi semakin berkembang ketika terjadi perang saudara antara Ali dan Muawiyah.
2.    Sejak saat itu muncul argumentasi teologis untuk meligitimasi sikap masing-masing.
3.    Ayat-ayat al-Quran mulai digunakan menilai siapa salah dan siapa benar dalam perang saudara itu.
4.    Jika salah, apakah berarti mereka sudah keluar dari Islam atau sekadar berbuat dosa.
5.    Di tengah konflik senjata itu, muncul kelompok Khawarij.
6.    Khawarij menyatakan pendukung Muawiyah dan Ali sama-sama kafir dan harus diperangi.
7.    Pada tahap ini, Syiah hanya kelompok loyal kepada Ali karena kualitas kepemimpinanya dan alasan agama.
8.    Tetapi argumentasi keagamaan untuk mendukung Ali masih sangat simple.
9.    Yaitu keyakinan bahwa Ali berada pada pihak yang benar.

E.           Makin rumit.
1.    Dan 300 tahun kemudian, sekitar abad ke-10 M, perpecahan politik di kalangan umat Islam semakit rumit.
2.    Kerumitan diperparah dengan lahirnya kelompok politik baru dan pemikiran agama.
3.    Sebagian kelompok menyerang posisi politik Syiah dengan cara mementahkan argumen superioritas Ali atas sahabat lainnya.
4.    Pada masa ini ayat-ayat al-Quran dan hadits Nabi mulai digunakan oleh kaum Syiah untuk menyatakan hak Ali atas imamah (kepemimpinan).
5.    Pemikiran Syiah tentang imamah semakin berkembang.
6.    Sarjana Syiah mulai menyeleksi hadits dan hasilnya dihimpun dalam kitab, misalnya al-Kafi, karya al-Kulayni (wafat 941).
7.    Mereka mulai menyusun kitab akidah yang menyatakan imamah adalah salah satu rukun iman.
8.    Keyakinan itu berlanjut pada teori Nabi sesungguhnya telah menunjuk Ali sebagai penggantinya melalui wasiat.
9.    Menurut Syiah, wasiat itu harus dibuktikan dengan nas (perkataan eksplisit) bukan dengan isyarat.
10. Argumen itu disusun untuk menggugurkan pendapat Abu Bakr, khalifah pertama, juga telah diberi wasiat ketika ditunjuk mengganti Nabi yang sedang sakit menjadi imam shalat.
F.            Kitab-kitab fikih versi Syiah mulai lahir.
1.    Jadi, pada abad ke-10, Syiah telah menjadi firqah (aliran keagamaan) yang lengkap.
2.    Syiah tidak hanya punya pemimpin dan umat.
3.    Tapi juga punya koleksi hadits, kitab fikih, dan kitab aqidah sendiri.

G.           Munculnya Sunni
1.    Pada saat itu muncul fenomena baru, yakni mereka yang di luar Syiah disebut Sunni.
2.    Ulama di luar Syiah disebut ulama Sunni.
3.    Akidah di luar Syiah disebut akidah Sunni.
4.    Koleksi hadits di luar Syiah disebut kitab hadits Sunni.
5.    Fikih yang dikembangkan di luar tradisi Syiah dinamakan fikih Sunni.
6.    Saat itulah terjadi polarisasi Syiah-Sunni, ada Islam Syiah dan Islam Sunni.
7.    Perlu dicatat perbedaan fundamental (pokok) hanya terletak dalam imamah.
8.    Perbedaan lainnya bersifat instrumental (alat pendukung).
9.    Sebagai contoh, kecaman Syiah terhadap sebagian sahabat Nabi itu hanya konsekuensi dari keyakinannya atas imamah Ali.
10. Dalam logika Syiah, argumen imamah Ali tidak akan bisa tegak tanpa kecaman terhadap sebagian sahabat yang tidak pro-Ali.

H.           Ada Persamaan di Balik Perbedaan
1.    Dalam sejarah, hubungan antara Syiah dan Sunni tidak hanya diwarnai perdebatan, ketegangan, dan konflik.
2.    Ada juga saling pengertian dan kerja sama.
3.    Bahkan Syiah telah memberi jasanya tersendiri.
4.    Persoalannya bisakah kita mengambil pelajaran dari masa lalu tanpa terperangkap di dalamnya.
5.    Banyak ulama Syiah dan Sunni saling berguru.
6.    Ulama Syiah telah menyelamatkan tradisi falsafah dari kepunahan di abad pertengahan.
7.    Kemenangan Revolusi Islam Iran 1979 telah membangkitkan moral dan harga diri umat Islam di hadapan kecongkakan Barat.
8.    Sudah saatnya kita menggunakan pendekatan baru.
9.    Yang dilandasi kesadaran memang ada beda pemikiran antara Syiah dan Sunni dalam beberapa hal.
10. Tetapi mustahilkah kita membangun kekuatan di atas perbedaan itu.
11. Untuk melawan ketidakadilan politik dan eksploitasi ekonomi yang menjadi sumber konflik di dunia sekarang ini?

(Sumber internet)

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment