BISNIS
SUKSES TANPA RIBA
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

A. Mulyono
Merdeka!
1. Oleh :
Dahlan Iskan
2. JARANG
pengusaha punya mimpi seperti ini: "Umur 45 tahun sudah tidak punya
utang."
3. Mimpi
itu sedikit meleset.
4. Tapi
yang penting tercapai.
5. Hanya
meleset 2 tahun.
6. Kini
ia sudah tidak punya utang sama sekali.
7. Nama
orang merdeka ini hanya 1 kata: Mulyono.
8. Ia
orang Gemolong, Sragen, Jateng.
9. Utang
terakhirnya: Rp 40 miliar.
10. Yakni
utang ke BRI di daerahnya: Sragen.
11. Setelah
tidak punya utang bisnis Mulyono cepat berkembang.
12. "Setelah
tidak punya utang pikiran lebih kreatif," ujar Mulyono.
13. Bisnis
lamanya terus berkembang.
14. Bisnis
barunya terus lahir.
15. Tanpa
modal dari bank lagi.
16. Yang
terbaru adalah: Mulyono berternak belatung!
17. Binatang
ulat kecil dianggap menjijikkan ternyata sumber protein terbaik.
18. Sebelum
berternak belatung, Mulyono beternak lalat.
19. Lalat
Sungguhan.
20. Lahan
ternak lalatnya 6.000 m2.
21. Masih
akan diperluas.
22. Ternak
lalat iuntuk mendapat telur lalat.
23. Telur
lalat ditebar di sampah yang diambil dari pasar.
24. Ia
sangat senang mendapat sampah pasar buah.
25. Buah
busuk itu subur ditaburi telur lalat.
26. Agar
telur lalat menjadi belatung.
27. Sebelum
berternak lalat, Mulyono beternak cacing.
28. Sukses
besar pula.
29. Sampai
bisa ekspor.
30. Cacing
ternyata sumber protein luar biasa bagusnya.
31. Sebelum
beternak cacing Mulyono berternak ikan.
32. Berbagai
macam ikan ia kolamkan: gurami, nila, lele, dan ikan hias.
33. Sebelumnya
Mulyono mengembangkan pabrik pupuk organik.
34. Pupuk
kompos.
35. Saat
ini Mulyono punya 9 pabrik pupuk kompos.
36. Termasuk
di Wonogiri dan Lampung.
37. Ia
tidak tertarik mendirikan pabrik pupuk kompos kalau tidak dipermalukan.
38. Yakni
ketika Mulyono jualan pupuk organik kecil-kecilan.
39. Itu
pekerjaan pertama setelah lulus kuliah.
40. Ketika
ia masih sangat muda.
41. Saat
baru lulus dari UNS Solo.
42. Di
universitas, Mulyono mengambil bidang studi MIPA Kimia.
43. Saat
menjadi mahasiswa kimia, Mulyono tahu perlunya pupuk organik.
44. Tapi
ia belum punya modal.
45. Yang
ia punya adalah semangat.
46. Mulyono kulakan pupuk ke pabrik.
47. Untuk
disalurkan ke para petani.
48. Lama-lama
Mulyono punya banyak pelanggan.
49. Pabrik
pupuk organik tidak bisa memenuhi permintaannya.
50. Mulyono
bingung.
51. Ia
sudah menerima pesanan.
52. Tapi
tidak bisa mendapat pupuk dalam jumlah cukup.
53. Itu mendorong Mulyono membuat pabrik pupuk
sendiri.
54. Itu pabrik pupuk organik pertama yang ia
punya.
55. Sukses.
56. Bikin
pabrik ke-2.
57. Sukses
lagi.
58. Bikin
yang ke-3.
59. Lagi-lagi
sukses.
60. Bikin
yang ke-4.
61. Dan
seterusnya.
62. Mulyono
punya formula sendiri untuk pupuknya
itu.
63. Kini
beberapa peternak besar menggalang kerjasama dengan Mulyono.
64. Agar
Mulyono mau membuat pabrik pupuk di dekat peternakan itu.
65. Dengan
memakain formulanya.
66. Mulyono
ingin membantu peternakan ayam.
67. Agar
kotoran ayam bisa jadi pupuk berharga.
68. Pabrik
pupuk, ternak ikan, ternak cacing, ternak lalat dan ternak belatung kini jalan
semua.
69. Pun di
zaman Covid-19 ini.
70. Tidak
ada bisnis Mulyono yang terganggu.
71. "Ternak
ikan tidak untung jika tak bisa mengembangkan sumber protein sendiri,"
ujar Mulyono.
72. Saya beruntung
bisa bertemu Mulyono.
73. Yang
ia datang ke Harian DI's Way beberapa waktu itu.
74. Bersama
rombongan MTR –Masyarakat Tanpa Riba.
75. Soal
bisnis semua menyenangkan.
76. Yang
membuat ia gelisah adalah utang bank.
77. Yang
kian tahun kian besar nilainya.
78. "Utang
bank seperti mengisap candu.
79. Bisa
kecanduan," katanya.
80. Pun
kian lama utang kian besar pula.
81. Di
tengah kegalauan, Mulyono mendengar MTR.
82. Mulyono
ingin menjadi anggota MTR.
83. Ia
akhirnya bisa menjadi anggota MTR, tapi tidak seperti yang ia bayangkan.
84. "Dulu,
saya bayangkan asyik sekali.
85. Dengan
menjadi anggota MTR kita akan mendapat pinjaman tanpa bunga dari MTR untuk
melunasi utang bank yang berbunga," ujar Mulyono.
86. "Pokoknya saya bayangkan sangat
asyik," guraunya.
87. Ternyata
tidak begitu.
88. Dengan
menjadi anggota MTR Mulyono mendapat kesempatan pendidikan bagaimana bisa
melunasi utang.
89. Pendidikan
itu berjenjang.
90. Satu
tahap perlu waktu 2 hari.
91. "MTR
menjadi kampus baru saya.
92. Dari
unlearning ke relearning," katanya.
93. "Kami
kembali belajar bisnis, manajemen, keuangan dan belajar kehidupan lebih
bermakna," katanya.
94. Kapan-kapan
saya akan menulis soal model pendidikan MTR ini.
95. Berikut
jenjangnya.
96. Terutama
cara kurikulum bisa 'meracuni' anggotanya melunasi utang.
97. Kebetulan
mertua Mulyono aktivis Muhammadiyah di Sragen.
98. Ia
guru SMAN Gemolong ilmu ekonomi.
99. Gemolong
adalah satu kecamatan di Sragen (40 km) tapi lebih dekat ke Solo (20 Km).
100. Istrinya
lulusan akuntansi Universitas Muhammadiyah Solo.
101. Awalnya
sang istri ingin jadi pegawai negeri.
102. Sang
suami sebenarnya tidak ingin istrinya jadi pegawai negeri.
103. Tapi
sang istri nekat.
104. Pada
hari pertama berangkat bekerja, sang istri berubah pikiran.
105. Di
tengah perjalanan menuju instansi tempatnya bekerja itu sang istri berhenti.
106. Lalu
balik pulang.
107. Akhirnya
dia ikut kehendak suami.
108. Sekarang
sang istri menjadi kepala keuangan perusahaan suaminya itu.
109. Dengan
karyawan tetap 60 orang dan karyawan tidak tetap 500 orang.
110. Di
Gemolong Mulyono dipercaya membangun lembaga pendidikan Muhammadiyah.
111. Di
atas tanah waqaf.
112. Pelunasan
utangnya dilakukan setelah mendapat pendidikan di MTR.
113. Hari
itu juga Mulyono pergi ke bank.
114. Kepada
petugas bank, Mulyono mengatakan ingin mengakhiri utangnya.
115. Ia
akan membayar seluruh pokoknya.
116. Tapi ia minta dibebaskan sisa bunganya.
117. Petugas
bank, kata Mulyono, sampai marah.
118. Utang
kok dilunasi.
119. Bank
sangat senang punya nasabah seperti Mulyono.
120. Pembayaran
pokok dan bunganya lancar.
121. Tidak
pernah telat.
122. Usahanya
pun terus berkembang.
123. Kok
tiba-tiba tidak mau punya utang.
124. Tentu
petugas bank tidak bisa memutuskan.
125. Terutama
soal pembebasan bunga akibat pelunasan itu.
126. Sambil
menunggu putusan pimpinan bank, Mulyono tidak mau lagi membayar bunga.
127. Setiap kali ditagih Mulyono mengatakan: kan
sudah bilang tidak mau lagi membayar bunga.
128. Tentu
bank mengajaknya berdialog: mengapa punya sikap begitu.
129. Mulyono
berterus terang: itu soal keyakinan agama.
130. Bahwa
membayar bunga itu haram.
131. Dia
tidak ingin terlibat masalah haram.
132. Berhasil.
133. Yakni
setelah 6 bulan membangun komunikasi dengan bank.
134. Akhirnya
Mulyono mendapat surat pembebasan bunga.
135. Dan ia
melunasi utangnya.
136. Mulyono
pun merasakan apa itu Merdeka!
(Sumber Dahlan Iskan)
0 comments:
Post a Comment