Wednesday, August 19, 2020

5175. BISNIS SUKSES TANPA RIBA


BISNIS SUKSES TANPA RIBA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
A.   Mulyono Merdeka!
1.    Oleh : Dahlan Iskan
2.    JARANG pengusaha punya mimpi seperti ini: "Umur 45 tahun sudah tidak punya utang."
3.    Mimpi itu sedikit meleset.
4.    Tapi yang penting tercapai.
5.    Hanya meleset 2 tahun.
6.    Kini ia sudah tidak punya utang sama sekali.
7.    Nama orang merdeka ini hanya 1 kata: Mulyono.
8.    Ia orang Gemolong, Sragen, Jateng.
9.    Utang terakhirnya: Rp 40 miliar.
10. Yakni utang ke BRI di daerahnya: Sragen.
11. Setelah tidak punya utang bisnis Mulyono cepat berkembang.
12. "Setelah tidak punya utang pikiran lebih kreatif," ujar Mulyono.
13. Bisnis lamanya terus berkembang.
14. Bisnis barunya terus lahir.
15. Tanpa modal dari bank lagi.
16. Yang terbaru adalah: Mulyono berternak belatung!
17. Binatang ulat kecil dianggap menjijikkan ternyata sumber protein terbaik.
18. Sebelum berternak belatung, Mulyono beternak lalat.
19. Lalat Sungguhan.
20. Lahan ternak lalatnya  6.000 m2.
21. Masih akan diperluas.
22. Ternak lalat iuntuk mendapat telur lalat.
23. Telur lalat ditebar di sampah yang diambil dari pasar.
24. Ia sangat senang mendapat sampah pasar buah.
25. Buah busuk itu subur ditaburi telur lalat.
26. Agar telur lalat menjadi belatung.
27. Sebelum berternak lalat, Mulyono beternak cacing.
28. Sukses besar pula.
29. Sampai bisa ekspor.
30. Cacing ternyata sumber protein luar biasa bagusnya.
31. Sebelum beternak cacing Mulyono berternak ikan.
32. Berbagai macam ikan ia kolamkan: gurami, nila, lele, dan ikan hias.
33. Sebelumnya Mulyono mengembangkan pabrik pupuk organik.
34. Pupuk kompos.
35. Saat ini Mulyono punya 9 pabrik pupuk kompos.
36. Termasuk di Wonogiri dan Lampung.
37. Ia tidak tertarik mendirikan pabrik pupuk kompos kalau tidak dipermalukan.
38. Yakni ketika Mulyono jualan pupuk organik kecil-kecilan.
39. Itu pekerjaan pertama setelah lulus kuliah.
40. Ketika ia masih sangat muda.
41. Saat baru lulus dari UNS Solo.
42. Di universitas, Mulyono mengambil bidang studi MIPA Kimia.
43. Saat menjadi mahasiswa kimia, Mulyono tahu perlunya pupuk organik.
44. Tapi ia belum punya modal.
45. Yang ia punya adalah semangat.
46.  Mulyono kulakan pupuk ke pabrik.
47. Untuk disalurkan ke para petani.
48. Lama-lama Mulyono punya banyak pelanggan.
49. Pabrik pupuk organik tidak bisa memenuhi permintaannya.
50. Mulyono bingung.
51. Ia sudah menerima pesanan.
52. Tapi tidak bisa mendapat pupuk dalam jumlah cukup.
53. Itu  mendorong Mulyono membuat pabrik pupuk sendiri.
54.  Itu pabrik pupuk organik pertama yang ia punya.
55. Sukses.
56. Bikin pabrik ke-2.
57. Sukses lagi.
58. Bikin yang ke-3.
59. Lagi-lagi sukses.
60. Bikin yang ke-4.
61. Dan seterusnya.
62. Mulyono punya formula sendiri untuk  pupuknya itu.
63. Kini beberapa peternak besar menggalang kerjasama dengan Mulyono.
64. Agar Mulyono mau membuat pabrik pupuk di dekat peternakan itu.
65. Dengan memakain formulanya.
66. Mulyono ingin membantu peternakan ayam.
67. Agar kotoran ayam bisa jadi pupuk berharga.
68. Pabrik pupuk, ternak ikan, ternak cacing, ternak lalat dan ternak belatung kini jalan semua.
69. Pun di zaman Covid-19 ini.
70. Tidak ada bisnis Mulyono yang terganggu.
71. "Ternak ikan tidak untung jika tak bisa mengembangkan sumber protein sendiri," ujar Mulyono.
72. Saya beruntung bisa bertemu Mulyono.
73. Yang ia datang ke Harian DI's Way beberapa waktu itu.
74. Bersama rombongan MTR –Masyarakat Tanpa Riba.
75. Soal bisnis semua menyenangkan.
76. Yang membuat ia gelisah adalah utang bank.
77. Yang kian tahun kian besar nilainya.
78. "Utang bank seperti mengisap candu.
79. Bisa kecanduan," katanya.
80. Pun kian lama utang kian besar pula.
81. Di tengah kegalauan, Mulyono mendengar MTR.
82. Mulyono ingin menjadi anggota MTR.
83. Ia akhirnya bisa menjadi anggota MTR, tapi tidak seperti yang ia bayangkan.
84. "Dulu, saya bayangkan asyik sekali.
85. Dengan menjadi anggota MTR kita akan mendapat pinjaman tanpa bunga dari MTR untuk melunasi utang bank yang berbunga," ujar Mulyono.
86.  "Pokoknya saya bayangkan sangat asyik," guraunya.
87. Ternyata tidak begitu.
88. Dengan menjadi anggota MTR Mulyono mendapat kesempatan pendidikan bagaimana bisa melunasi utang.
89. Pendidikan itu berjenjang.
90. Satu tahap perlu waktu 2 hari.
91. "MTR menjadi kampus baru saya.
92. Dari unlearning ke relearning," katanya.
93. "Kami kembali belajar bisnis, manajemen, keuangan dan belajar kehidupan lebih bermakna," katanya.
94. Kapan-kapan saya akan menulis soal model pendidikan MTR ini.
95. Berikut jenjangnya.
96. Terutama cara kurikulum bisa 'meracuni' anggotanya melunasi utang.
97. Kebetulan mertua Mulyono aktivis Muhammadiyah di Sragen.
98. Ia guru SMAN Gemolong ilmu ekonomi.
99. Gemolong adalah satu kecamatan di Sragen (40 km) tapi lebih dekat ke Solo (20 Km).
100.      Istrinya lulusan akuntansi Universitas Muhammadiyah Solo.
101.      Awalnya sang istri ingin jadi pegawai negeri.
102.      Sang suami sebenarnya tidak ingin istrinya jadi pegawai negeri.
103.      Tapi sang istri nekat.
104.      Pada hari pertama berangkat bekerja, sang istri berubah pikiran.
105.      Di tengah perjalanan menuju instansi tempatnya bekerja itu sang istri berhenti.
106.      Lalu balik pulang.
107.      Akhirnya dia ikut kehendak suami.
108.      Sekarang sang istri menjadi kepala keuangan perusahaan suaminya itu.
109.      Dengan karyawan tetap 60 orang dan karyawan tidak tetap 500 orang.
110.      Di Gemolong Mulyono dipercaya membangun lembaga pendidikan Muhammadiyah.
111.      Di atas tanah waqaf.
112.      Pelunasan utangnya dilakukan setelah mendapat pendidikan di MTR.
113.      Hari itu juga Mulyono pergi ke bank.
114.      Kepada petugas bank, Mulyono mengatakan ingin mengakhiri utangnya.
115.      Ia akan membayar seluruh pokoknya.
116.       Tapi ia minta dibebaskan sisa bunganya.
117.      Petugas bank, kata Mulyono, sampai marah.
118.      Utang kok dilunasi.
119.      Bank sangat senang punya nasabah seperti Mulyono.
120.      Pembayaran pokok dan bunganya lancar.
121.      Tidak pernah telat.
122.      Usahanya pun terus berkembang.
123.      Kok tiba-tiba tidak mau punya utang.
124.      Tentu petugas bank tidak bisa memutuskan.
125.      Terutama soal pembebasan bunga akibat pelunasan itu.
126.      Sambil menunggu putusan pimpinan bank, Mulyono tidak mau lagi membayar bunga.
127.       Setiap kali ditagih Mulyono mengatakan: kan sudah bilang tidak mau lagi membayar bunga.
128.      Tentu bank mengajaknya berdialog: mengapa punya sikap begitu.
129.      Mulyono berterus terang: itu soal keyakinan agama.
130.      Bahwa membayar bunga itu haram.
131.      Dia tidak ingin terlibat masalah haram.
132.      Berhasil.
133.      Yakni setelah 6 bulan membangun komunikasi dengan bank.
134.      Akhirnya Mulyono mendapat surat pembebasan bunga.
135.      Dan ia melunasi utangnya.
136.      Mulyono pun merasakan apa itu Merdeka!
(Sumber Dahlan Iskan)



Related Posts:

0 comments:

Post a Comment