DISKUSI
SAINS DI FB
Oleh:
Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.

1. Filsafat
Sains
2. Oleh
Dahlan Iskan
3. Filsafat
adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi tentang hakikat segala
yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
4. Filsafat
adalah teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan.
5. Filsafat
adalah ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi.
6. Sains adalah
ilmu pengetahuan pada umumnya.
7. Awalnya
diskusi diselenggarakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pusat.
8. Temanya:
Berkhidmat pada Sains.
9. Waktu
itu Covid-19 baru saja melanda (juga) Indonesia.
10. Banyak
orang masih abai pada peringatan bahayanya pandemi itu.
11. Termasuk
memakai alasan agama: mati di tangan Tuhan.
12. Penulis
terkemuka, AS Laksana, mengomentari diskusi itu.
13. Yang menjadi polemik hebat sangat serius.
14. Melibatkan
puluhan ahli filsafat.
15. Romo
Fransisco Budi Hardiman turun tangan.
16. Media
tempat polemik: Facebook.
17. AS
Laksana yang mulai.
18. Ia
menulis naskah 2.500 kata di akun Facebook-nya.
19. Kemudian
ditanggapi para ahli filsafat.
20. Untuk
kali pertama polemik serius dilakukan di Facebook.
21. Ilmuwan
filsafat, pastor Katolik, ustadz, dan guru besar adu argumentasi filsafat di
situ.
22. Facebook
harus berterima kasih pada mereka: citra Facebook tidak hanya untuk penggosip.
23. Di antara
tokoh filsafat muncul nama baru.
24. Tidak
dikenal di persilatan filsafat.
25. Namanya
hanya 1 kata: Taufiqurrahman.
26. Doktor
dari manakah ia?
27. Saya penasaran.
28. Saya
ingin tahu siapa Taufiqurrahman.
29. Kok
tulisannya hebat.
30. Bacaan
buku filsafatnya kelas berat semua.
31. Pendapatnya
juga bagus.
32. Dan menarik:
keberanian Taufiqurrahman ‘membantai’ nama besar di polemik itu.
33. Dia
habisi orang seperti Goenawan Mohamad dan Ulil Abshar Abdalla.
34. Akhirnya
saya bisa menemukan nomor kontaknya.
35. Nama
itu benar ada.
36. Bukan
nama samaran.
37. Orangnya
ada.
38. Bukan
pengecut.
39. Awalnya
saya mendapat indikasi Taufiqurrahman alumnus sekolah terkenal di Perenduan.
40. Di
desa yang jauhnya “20 km sebelum kota Sumenep, Madura” ada pesantren besar.
41. Itu
pondok ‘Gontor’-nya Madura.
42. “Saya
bukan alumnus Perenduan,” ujar Taufiqurrahman kemarin sore.
43. “Saya
dari Annuqayah,” tambahnya.
44. Saya tahu
Annuqayah.
45. Letaknya
di desa Guluk-Guluk.
46. Saya
beberapa kali ke sana.
47. Lebih
jauh dari Perenduan.
48. Lebih
masuk ke desa.
49. Pertama
ke sana saya wartawan muda majalah TEMPO.
50. Terakhir
ke sana saya menjadi sesuatu dulu.
51. Untuk
urusan tasawuf Nahsabandiyah Qadiriyah.
52. Taufiqurrahman
lulusan Madrasah Aliyah di situ.
53. Rumahnya
masih 30 km dari Annuqayah.
54. Pesantren
itu diasuh beberapa kiai.
55. Salah
satu anak kiai di situ kuliah filsafat di Universitas Gadjah Mada (UGM)
Jogjakarta.
56. Lulus
UGM kiai muda itu kembali ke Annuqayah.
57. Mengajar
di situ.
58. “Saya
kagum pada beliau,” ujar Taufiqurrahman.
59. “Begitu
lulus Aliyah saya ingin kuliah filsafat di UGM,” tambahnya.
60. Ia mendapat
beasiswa dari UGM yang dialihkan ke Bidik Misi-nya kementerian pendidikan.
61. Uang
beasiswa sebagian dipakai memperdalam bahasa Inggris.
62. Ia
ikut kursus bahasa Inggris di Jogja.
63. “Saya
harus bisa baca buku filsafat aslinya berbahasa Inggris,” katanya.
64. Wajar
banyak penasaran siapa Taufiqurrahman.
65. Dia baru
lulus S-1 Fakultas Filsafat UGM tahun lalu.
66. Ia biasa
menulis, tapi baru ini terlibat polemik serius.
67. Apakah
kenal secara pribadi dengan tokoh yang ia serang?
68. “Tidak,”
katanya.
69. ”Pernah
bertemu?
70. “Tidak.”
71. “Pernah
membaca tulisan mereka?
72. ”Sering.
Saya mengagumi tulisan mereka,” jawabnya.
73. “Pernah
buka YouTube kuliah filsafat Uli Abshar Abdalla tentang Imam Al Ghazali?”
74. Pernah
beberapa kali,” jawabnya.
75. Nada
suara Taufiqurrahman khas orang pondok.
76. Lirih,
rendah hati dan sangat sopan.
77. Tidak
sama dengan tulisannya.
78. Misalnya
saat ia menanggapi tulisan Ulil soal ‘Saintism’.
79. Tulisan
Ulil panjang itu ia anggap hanya pamer nama besar tokoh filsafat dunia.
80. “Intinya
hanya satu: Ulil tidak suka Saintism.
81. Selebihnya
tulisan otobiografi intelektual Ulil sendiri,” tulisnya.
82. “Saya
tidak komentar biografi intelektual Ulil karena tidak penting untuk polemik
ini.
83. Saya
ingin menunjukkan kekeliruan dan kelemahan Ulil.
84. Yakni
ia salah mendefinisikan Saintism,” tulisnya.
85. Demikian
juga ketika membantah premis Goenawan Mohamad (GM).
86. “Dua
premis itu mungkin hanya betul di pikirannya GM sendiri,” tulisnya.
87. GM
memang menanggapi tulisan AS Laksana.
88. Panjang
lebar.
89. Taufiqurrahman
menanggapi GM.
90. Dibalas
GM.
91. Dibalas
lagi oleh Taufiqurrahman.
92. Sampai
4 kali.
93. AS
Laksana juga memberi tanggapan.
94. Dibalas
juga oleh GM.
95. Disanggah
lagi oleh Laksana.
96. Beberapa
kali saling menanggapi.
97. Di
susul yang lain.
98. Selama
2 bulan terakhir.
99. “Ketika
sains menjadi panglima, sains akan terdorong mengedepankan kepastian.
100. Bukan
masuk ke dalam proses pencarian kebenaran,” tulis GM pertama saat menanggapi AS
Laksana.
101. Taufiqurrahman
membantahnya.
102. “Yang
membuat sains special dan membuatnya layak jadi sumber utama memahami dunia
alamiah adalah prinsip umum dalam komunitas ilmuwan,” tulis Taufiqurrahman.
103. “Itu
yang disebut Lee McIntyre sebagai scientific attitude.
104. Yakni
ilmuwan punya sikap mengubah teorinya, jika ditemukan bukti dalam empiris teorinya
salah,” tulisnya.
105. GM
tidak mau kalau sains menjadi dogma baru.
106. Taufiqurrahman
menganggap GM salah jika berkata sains bisa jadi dogma baru.
107. Motivasi
AS Laksana menulis diskusi IDI datang dari sikap GM sejak lama.
108. Yang
ia anggap sebagai tokoh ‘anti sains’.
109. Laksana
mencatatnya agak lama.
110. “Tulisan
GM mencerminkan sikapnya anti-sains,” katanya.
111. Termasuk
di acara diskusi IDI itu.
112. Bahkan
sebelum diskusi dimulai.
113. GM
tidak setuju topik dibahas hari itu.
114. Yakni
‘Berkhidmat pada Sains’.
115. GM minta topik diganti ‘Sains dan Beberapa
Masalahnya’.
116. DI’s
Way hari ini tidak akan masuk ke materi polemik itu.
117. Tempatnya
tidak cukup.
118. Cari
sendiri di Facebook.
119. Buka
Facebook bukan untuk mencari siapa selingkuh dengan siapa.
120. Perdebatan
antara filsafat dan sains terus hangat.
121. Sampai
ada topik diskusi bertema ‘matinya filsafat’.
122. Bagaimana
perasaan Taufiqurrahman setelah polemik?
123. Tidakkah
ia merasa sungkan telah membantai para senior?
124. Di
filsafat itu biasa.
125. Saya sering
dibantah angkatan junior saya,” ujarnya.
126. “Asal
berdasar argumen.
127. Bukan
sentimen,” katanya.
128. Juga
asal jangan berdasar tempat asal “mungkin Anda belum pernah mendengar nama desa
Luk-Guluk.
129. Itu
sebutan Guluk-Guluk bagi orang Madura.
(Sumber
Dahlan Iskan)
0 comments:
Post a Comment