Friday, August 21, 2020

5192. DISKUSI FILSAFAT DI FB


DISKUSI SAINS DI FB
Oleh: Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.

1.    Filsafat Sains
2.    Oleh Dahlan Iskan
3.    Filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi tentang hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
4.    Filsafat adalah teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan.
5.    Filsafat adalah ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi.
6.    Sains adalah ilmu pengetahuan pada umumnya.
7.    Awalnya diskusi diselenggarakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pusat.
8.    Temanya: Berkhidmat pada Sains.
9.    Waktu itu Covid-19 baru saja melanda (juga) Indonesia.
10. Banyak orang masih abai pada peringatan bahayanya pandemi itu.
11. Termasuk memakai alasan agama: mati di tangan Tuhan.
12. Penulis terkemuka, AS Laksana, mengomentari diskusi itu.
13.  Yang menjadi polemik hebat sangat serius.
14. Melibatkan puluhan ahli filsafat.
15. Romo Fransisco Budi Hardiman turun tangan.
16. Media tempat polemik: Facebook.
17. AS Laksana yang mulai.
18. Ia menulis naskah 2.500 kata di akun Facebook-nya.
19. Kemudian ditanggapi para ahli filsafat.
20. Untuk kali pertama polemik serius dilakukan di Facebook.
21. Ilmuwan filsafat, pastor Katolik, ustadz, dan guru besar adu argumentasi filsafat di situ.
22. Facebook harus berterima kasih pada mereka: citra Facebook tidak hanya untuk  penggosip.
23. Di antara tokoh filsafat muncul nama baru.
24. Tidak dikenal di persilatan filsafat.
25. Namanya hanya 1 kata: Taufiqurrahman.
26. Doktor dari manakah ia?
27. Saya penasaran.
28. Saya ingin tahu siapa Taufiqurrahman.
29. Kok tulisannya hebat.
30. Bacaan buku filsafatnya kelas berat semua.
31. Pendapatnya juga bagus.
32. Dan menarik: keberanian Taufiqurrahman ‘membantai’ nama besar di polemik itu.
33. Dia habisi orang seperti Goenawan Mohamad dan Ulil Abshar Abdalla.
34. Akhirnya saya bisa menemukan nomor kontaknya.
35. Nama itu benar ada.
36. Bukan nama samaran.
37. Orangnya ada.
38. Bukan pengecut.
39. Awalnya saya mendapat indikasi Taufiqurrahman alumnus sekolah terkenal di Perenduan.
40. Di desa yang jauhnya “20 km sebelum kota Sumenep, Madura” ada pesantren besar.
41. Itu pondok ‘Gontor’-nya Madura.
42. “Saya bukan alumnus Perenduan,” ujar Taufiqurrahman kemarin sore.
43. “Saya dari Annuqayah,” tambahnya.
44. Saya tahu Annuqayah.
45. Letaknya di desa Guluk-Guluk.
46. Saya beberapa kali ke sana.
47. Lebih jauh dari Perenduan.
48. Lebih masuk ke desa.
49. Pertama ke sana saya wartawan muda majalah TEMPO.
50. Terakhir ke sana saya menjadi sesuatu dulu.
51. Untuk urusan tasawuf Nahsabandiyah Qadiriyah.
52. Taufiqurrahman lulusan Madrasah Aliyah di situ.
53. Rumahnya masih 30 km dari Annuqayah.
54. Pesantren itu diasuh beberapa kiai.
55. Salah satu anak kiai di situ kuliah filsafat di Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta.
56. Lulus UGM kiai muda itu kembali ke Annuqayah.
57. Mengajar di situ.
58. “Saya kagum pada beliau,” ujar Taufiqurrahman.
59. “Begitu lulus Aliyah saya ingin kuliah filsafat di UGM,” tambahnya.
60. Ia mendapat beasiswa dari UGM yang dialihkan ke Bidik Misi-nya kementerian pendidikan.
61. Uang beasiswa sebagian dipakai memperdalam bahasa Inggris.
62. Ia ikut kursus bahasa Inggris di Jogja.
63. “Saya harus bisa baca buku filsafat aslinya berbahasa Inggris,” katanya.
64. Wajar banyak penasaran siapa Taufiqurrahman.
65. Dia baru lulus S-1 Fakultas Filsafat UGM tahun lalu.
66. Ia biasa menulis, tapi baru ini terlibat polemik serius.
67. Apakah kenal secara pribadi dengan tokoh yang ia serang?
68. “Tidak,” katanya.
69. ”Pernah bertemu?
70. “Tidak.”
71. “Pernah membaca tulisan mereka?
72. ”Sering. Saya mengagumi tulisan mereka,” jawabnya.
73. “Pernah buka YouTube kuliah filsafat Uli Abshar Abdalla tentang Imam Al Ghazali?”
74. Pernah beberapa kali,” jawabnya.
75. Nada suara Taufiqurrahman khas orang pondok.
76. Lirih, rendah hati dan sangat sopan.
77. Tidak sama dengan tulisannya.
78. Misalnya saat ia menanggapi tulisan Ulil soal ‘Saintism’.
79. Tulisan Ulil panjang itu ia anggap hanya pamer nama besar tokoh filsafat dunia.
80. “Intinya hanya satu: Ulil tidak suka Saintism.
81. Selebihnya tulisan otobiografi intelektual Ulil sendiri,” tulisnya.
82. “Saya tidak komentar biografi intelektual Ulil karena tidak penting untuk polemik ini.
83. Saya ingin menunjukkan kekeliruan dan kelemahan Ulil.
84. Yakni ia salah mendefinisikan Saintism,” tulisnya.
85. Demikian juga ketika membantah premis Goenawan Mohamad (GM).
86. “Dua premis itu mungkin hanya betul di pikirannya GM sendiri,” tulisnya.
87. GM memang menanggapi tulisan AS Laksana.
88. Panjang lebar.
89. Taufiqurrahman menanggapi GM.
90. Dibalas GM.
91. Dibalas lagi oleh Taufiqurrahman.
92. Sampai 4 kali.
93. AS Laksana juga memberi tanggapan.
94. Dibalas juga oleh GM.
95. Disanggah lagi oleh Laksana.
96. Beberapa kali saling menanggapi.
97. Di susul yang lain.
98. Selama 2 bulan terakhir.
99. “Ketika sains menjadi panglima, sains akan terdorong mengedepankan kepastian.
100.      Bukan masuk ke dalam proses pencarian kebenaran,” tulis GM pertama saat menanggapi AS Laksana.
101.      Taufiqurrahman membantahnya.
102.      “Yang membuat sains special dan membuatnya layak jadi sumber utama memahami dunia alamiah adalah prinsip umum dalam komunitas ilmuwan,” tulis Taufiqurrahman.
103.      “Itu yang disebut Lee McIntyre sebagai scientific attitude.
104.      Yakni ilmuwan punya sikap mengubah teorinya, jika ditemukan bukti dalam empiris teorinya salah,” tulisnya.
105.      GM tidak mau kalau sains menjadi dogma baru.
106.      Taufiqurrahman menganggap GM salah jika berkata sains bisa jadi dogma baru.
107.      Motivasi AS Laksana menulis diskusi IDI datang dari sikap GM sejak lama.
108.      Yang ia anggap sebagai tokoh ‘anti sains’.
109.      Laksana mencatatnya agak lama.
110.      “Tulisan GM mencerminkan sikapnya anti-sains,” katanya.
111.      Termasuk di acara diskusi IDI itu.
112.      Bahkan sebelum diskusi dimulai.
113.      GM tidak setuju topik dibahas hari itu.
114.      Yakni ‘Berkhidmat pada Sains’.
115.       GM minta topik diganti ‘Sains dan Beberapa Masalahnya’.
116.      DI’s Way hari ini tidak akan masuk ke materi polemik itu.
117.      Tempatnya tidak cukup.
118.      Cari sendiri di Facebook.
119.      Buka Facebook bukan untuk mencari siapa selingkuh dengan siapa.
120.      Perdebatan antara filsafat dan sains terus hangat.
121.      Sampai ada topik diskusi bertema ‘matinya filsafat’.
122.      Bagaimana perasaan Taufiqurrahman setelah polemik?
123.      Tidakkah ia merasa sungkan telah membantai para senior?
124.      Di filsafat itu biasa.
125.      Saya sering dibantah angkatan junior saya,” ujarnya.
126.      “Asal berdasar argumen.
127.      Bukan sentimen,” katanya.
128.      Juga asal jangan berdasar tempat asal “mungkin Anda belum pernah mendengar nama desa Luk-Guluk.
129.      Itu sebutan Guluk-Guluk bagi orang Madura.
(Sumber Dahlan Iskan)

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment